Mohon tunggu...
unknown
unknown Mohon Tunggu... Lainnya - Who?

Manis yang menghasilkan pahit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Sakit

19 April 2021   12:59 Diperbarui: 30 Juli 2021   01:02 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku tidak akan memaksamu mempercayaiku, menyukaiku, atau pun menceritakan tentangmu kepadaku, terlebih kita baru saja bertemu. Aku juga memang tidak mengetahui sedikitpun tentangmu. Tapi apapun masalahmu,kuharap jangan pernah biarkan masalah itu mengalahkanmu."

Tanpa sadar, Naria menoleh kearah Hana. Dalam hatinya, Ia ingin mempercayai Hana dan menceritakannya pada Hana. Seolah ada sesuatu yang membuat Hana berbeda.

Naria menatap kearah langit yang sudah benar-benar menjadi gelap, memantapkan hatinya untuk menceritakannya kepada Hana. Dengan perlahan Naria menarik napas dan mengalirlah cerita tentang kejadian-kejadian itu: Bermula saat Naria dipaksa oleh kekasihnya untuk berhubungan intim; mengakibatkan Naria yang saat itu berusia 19 tahun mengandung anak darinya. Yang menyedihkan kekasihnya  tidak mau bertanggung jawab kemudian pergi begitu saja meninggalkan Naria.

Tidak cukup sampai disitu, kedua orangtua Naria yang mengetahui hal tersebut bukannya membantu menguatkan malah menyalahkan bahkan mengusir Naria, karena menganggap Naria hanyalah aib dalam keluarga. Belum lagi cemohan dari orang-orang sekitar yang menganggap Naria bukanlah perempuan baik-baik, menjadikan Naria pada saat itu putus asa dan melakukan hal yang akan dia sesali sepanjang hidupnya; Menggugurkan anak dalam kandungannya.

Hana tersentak. Ia tidak menyangka Naria akan mau menceritakan kisahnya itu kepada Hana. Naria menoleh kearah Hana sambil tersenyum miris.

"Bagaimana? Bukankah kau juga berpikiran aku perempuan hina?"

Hana masih terdiam menatap Naria. Naria menghela napas, dengan susah payah berusaha untuk menahan tangis.

"Kamu tau, Han, seandainya aku bisa mengulang waktu aku akan memperbaiki segala hal yang sudah aku lakukan pada masa itu. Jujur, aku menyesali pertemuanku dengan laki-laki seperti dia. Aku kecewa dengan keluargaku yang kukira mereka bisa membantuku bangkit dari keterpurukan namun nyatanya merekalah yang membuat aku lebih terpuruk. Bahkan aku dengan susah payah mencari pekerjaan untuk menghidupi diriku dan tinggal di kos-kosan yang luasnya hanya cukup untuk satu tempat tidur kecil dan lemari kecil. Sementara mereka dengan damainya tinggal dirumah tanpa memikirkan apa yang mungkin sedang terjadi padaku." Ujar Naria dengan tangis yang sudah tak bisa ditahan.

Selama Naria berbicara, Hana tidak pernah mengalihkan pandangannya kearah lain. Hana Kembali mengambil tangan kanan Naria untuk digenggam.

"Segala mimpi-mimpi yang tadinya akan kubuat menjadi kenyataan, kini hanya akan tetap menjadi sebuah mimpi. bukankah aku sangat tidak pantas untuk mempunyai sebuah mimpi? Rasanya semua sudah tidak berguna lagi. Aku juga membenci mereka yang dengan tanpa henti menyalahkan dan menghinaku, membuat aku saat itu begitu putus asa dan dengan bodohnya menggugurkan kandunganku. Salah satu hal yang paling aku sesali dari sekian banyak yang telah terjadi. '' lanjut Naria dengan tangis yang semakin tak terbendung.

Hana tersenyum tipis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun