Universitas Ahmad Dahlan (UAD) sukses menyelenggarakan Joint Seminar bersama S-1 Pendidikan Matematika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Lumajang pada Rabu, 15 Januari 2025. Bertempat di Educator Hall, Kampus IV UAD, acara ini dihadiri oleh dosen dan mahasiswa dari kedua institusi, mempererat kolaborasi akademik dalam kunjungan kedua STKIP PGRI Lumajang ke UAD.
Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika (PMat)Seminar yang mengusung tema "Meningkatkan Numerasi: Kunci Sukses di Abad 21" dibuka oleh sambutan dari Dr. Puguh Wahyu Prasetyo, M.Sc. selaku Ketua Prodi PMat UAD dan Fahmi Abdul Halim, M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Lumajang. Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UAD Dr. Ani Susanti, M.Pd.B.I. secara resmi membuka acara. Sementara itu, Fatimah Nur Mukhlishoh, mahasiswa PMat UAD 2021, bertindak sebagai pembawa acara dan Dr. Burhanudin Arif Nurnugroho, M.Sc. memoderasi sesi seminar.
Materi pertama disampaikan oleh Moch. Fauzi, M.Pd., yang memberikan tips menyusun tugas akhir secara efektif. Fauzi menyoroti kebiasaan mahasiswa yang langsung "setor judul" tanpa memahami rumusan masalah secara mendalam. Ia menekankan pentingnya menemukan masalah nyata terlebih dahulu dan menggunakan referensi yang relevan untuk menciptakan kebaruan dalam penelitian.
"Sebelum menentukan judul penelitian, alangkah lebih baik mencari referensi yang relevan dengan masalah. Ini akan membantu menciptakan kebaruan dalam penelitian," ujar Fauzi. Ia juga menutup sesi dengan motivasi kepada audiens, menekankan bahwa motivator terbaik adalah diri sendiri.
Sesi kedua menghadirkan Rima Aksen Cahdriyana, S.Pd., M.Pd., yang membahas numerasi dan peran pentingnya dalam kehidupan sehari-hari. Ia mengajak peserta untuk memahami numerasi melalui contoh konkret, seperti membandingkan keuntungan membeli satu piza besar atau dua piza medium berdasarkan ukuran dan harga.
"Numerasi memiliki tiga dimensi utama: konteks, matematika, dan strategi," jelas Rima. Ia menjelaskan bahwa dalam kasus piza, konteks adalah kebutuhan sehari-hari, proses matematis melibatkan perhitungan luas dan harga, sementara strategi mencakup pengambilan keputusan.
Acara ini memberikan wawasan baru bagi peserta tentang pentingnya numerasi dalam kehidupan sehari-hari dan strategi praktis dalam menyusun tugas akhir, sejalan dengan upaya meningkatkan kualitas akademik mahasiswa di abad ke-21.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H