Mohon tunggu...
Universitas Ahmad Dahlan
Universitas Ahmad Dahlan Mohon Tunggu... Lainnya - Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Perguruan Tinggi Muhammadiyah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Bekal Terbaik untuk Mengarungi Bulan Muharram?

26 Juli 2024   09:15 Diperbarui: 26 Juli 2024   09:27 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kajian Rutin Ahad Pagi di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali digelar pada tanggal 21 Juli 2024 bertepatan dengan 15 Muharram 1446 H. Rofiul Wahyudi, S.E.I., M.E.I. selaku Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dosen Program Studi Perbankan Syariah UAD didapuk menjadi pemateri kajian. Tema kajian adalah "Bekal Terbaik Menjalani Bulan Muharram".

Bulan Muharram merupakan bulan untuk mengawali tahun baru Hijriah, diawali Muharram dan diakhiri Dzulhijjah. Tanda-tanda tahun baru dapat diukur oleh hadis Nabi saw. yang artinya: "Umurnya umatku antara 60 sampai 70." Tahun baru adalah ciri bertambahnya usia dan berkurangnya jatah usia. Umur umat tersebut sesuai dengan riwayat sejarah yaitu bertepatan dengan wafatnya Nabi Muhammad saw. pada usianya yang ke-63 tahun.

Setiap manusia niscaya akan wafat, karena itu di tahun baru hendaknya mempersiapkan bekal. Bekal pertama sesuai dengan hadis Nabi saw. yang artinya: "Wahai umatku! Carilah ilmu sebelum ilmu itu dicabut (hilang) di atas permukaan bumi, seperti tercabutnya pohon cabai dari atas permukaan tanah. Hilangnya ilmu dari dunia adalah karena meninggalnya para ulama."

"Maka salah satu persiapan bekal terbaik di bulan Muharram adalah dengan mencari ilmu, baik di lingkungan formal maupun nonformal seperti pengajian, dan sejenisnya. Sebab, diterimanya ibadah adalah ilmu. Contohnya salat yang perlu memperhatikan ilmu untuk pelaksanaannya. Mencari ilmu itu juga wajib bagi setiap muslim di mana pun berada," ujar Rofiul Wahyudi.

Ia melanjutkan bahwa bekal kedua yaitu meningkatkan iman yang sejatinya tidak terlihat. Maka misalnya jika ada orang beriman ketika disuruh salat ia enggan melakukannya, bisa disimpulkan imannya sedang berkurang. "Para ulama kemudian membagi iman menjadi empat level, yaitu iman yang tidak bertambah dan tidak pernah berkurang yakni imannya para malaikat, iman yang terus bertambah dan tidak pernah berkurang yakni imannya pada Nabi dan Rasul, iman yang kadang bertambah dan kadang juga berkurang yakni imannya manusia sebagai makhluk Allah, dan iman yang tidak pernah bertambah tetapi berkurang terus-menerus yakni imannya orang munafik dan fasik," tutupnya. (Lus)

uad.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun