Cerita Kavita Dwi Pramudya Menjalani Program Magang Jepang
PURWOKERTO -- Dua bulan pertama menjalani program magang di Jepang telah mengubah banyak hal bagi Kavita Dwi Pramudya. Meski awalnya sempat insecure dan merasa ragu, Kadiva sapaan akrabnya, kini justru merasa semakin betah menjalani hari-harinya sebagai peserta Program Magang Jepang Universitas Harapan Bangsa (UHB) Purwokerto.
"Awalnya saya berpikir, 'Apa saya bisa menjalani magang satu tahun di sini?' Tapi baru dua bulan, saya sudah merasa nyaman dan malah tidak ingin pulang," ungkap Kadiva yang masuk Program Magang Jepang Bacth 8 yang berangkat pada 21 Oktober 2024 bersama lima mahasiswa UHB lainnya.
Kadiva, yang merupakan anak kedua dari pasangan Kusmiyati dan Sutarwan, menjalani program ini di rumah sakit yang kebetulan memiliki kenangan khusus. Tempat tersebut adalah lokasi yang sama di mana kakaknya, Friska Ambarwati, pernah magang beberapa tahun lalu. Bahkan lantai dan rekan kerja yang ditemui pun tak berubah.
"Saat saya menyebut kak Friska adalah kakak saya, mereka langsung ingat dan menyambut saya dengan hangat. Rasanya seperti membawa nostalgia," tuturnya.
Salah satu hal yang membuat adaptasi Kadiva berjalan mulus adalah penguasaan bahasa Jepang. Sejak semester satu di kampus, ia sudah belajar bahasa Jepang, namun baru serius mempelajari bahasa khusus di lingkungan kerja dua bulan sebelum keberangkatan.
"Alhamdulillah, sekarang sudah lancar. Bahkan teman-teman magang sering bertanya pada saya, dan staf rumah sakit juga sering memuji kemampuan bahasa Jepang saya. Mereka bilang, 'Bahasa Jepangnya bagus banget,'" cerita Kadiva sambil tersenyum bangga.
Kadiva pun memiliki metode unik dalam belajar bahasa. Menurutnya, kunci utama adalah rasa suka dan niat. "Kalau sudah suka, belajar apa pun pasti cepat masuk. Selain itu, saya selalu cerewet bertanya-tanya agar lebih mudah paham," jelasnya.
Tak hanya bekerja, Kadiva juga memanfaatkan waktu untuk mengeksplorasi budaya dan tempat-tempat menarik di Jepang. Selama dua bulan ini, ia sudah mengunjungi pantai, American Village, hingga mencicipi berbagai makanan khas Jepang.
Di rumah sakit tempatnya magang, Kadiva berkesempatan mengikuti acara tahunan yang disebut Kaisha. Acara ini menjadi momen hangat untuk saling mengenal dengan rekan kerja.
"Saya dan teman-teman yang baru langsung cair. Kami makan-makan, menari, menyanyi, bahkan ada doorprizenya juga. Ternyata setiap tahun ada tradisi seperti ini, dan saya sangat senang," ceritanya.
Ia juga berbagi rencana akhir tahun, di mana ia dan teman-teman magang lainnya akan mengunjungi Teamlab Future Park, salah satu destinasi populer di Jepang saat ini.
Sebagai peserta magang, Kadiva sudah menerima gaji pertama yang ia manfaatkan dengan bijak. Sebagian uang ia gunakan untuk membeli pakaian khas Jepang, membayar biaya kuliah, menabung untuk program NERS, serta memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, tantangan tetap ada, terutama soal transportasi. Kadiva bercerita bahwa taksi menjadi pilihan termudah untuk bepergian, tetapi biayanya cukup mahal. Untungnya, untuk perjalanan sehari-hari ke rumah sakit, ia sudah dibekali sepeda.
"Di Jepang, orang-orangnya lebih suka jalan kaki atau naik sepeda. Tapi saya baru tahu kalau di sini tidak boleh berboncengan karena dianggap berbahaya," tambahnya.
Pengalaman magang ini telah membuka wawasan baru bagi Kadiva. Ia kagum dengan kedisiplinan, sopan santun, dan kebersihan yang diterapkan masyarakat Jepang. Semua itu menjadi pelajaran berharga yang ia bawa dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah menyelesaikan program magangnya, Kadiva bercita-cita kembali ke Jepang untuk bekerja sebagai perawat.
"Memang jadi perawat di Jepang itu tidak mudah, tapi saya percaya kalau ada niat, pasti ada jalannya," ujarnya penuh semangat. Â
Dua bulan di Jepang telah memberi banyak kesan mendalam bagi Kadiva. Mulai dari pengalaman bekerja, eksplorasi budaya, hingga momen-momen kecil seperti belajar naik sepeda sendiri di tengah kota.
"Magang di Jepang ini bukan hanya tentang pekerjaan, tapi juga tentang belajar bagaimana menjalani hidup dengan lebih mandiri dan teratur. Satu tahun di sini, saya yakin akan jadi pengalaman yang tidak terlupakan," pungkasnya.
Rektor Universitas Harapan Bangsa, Dr. Yuris Tri Naili, S.H., KN., M.H., menyampaikan rasa bangga terhadap para mahasiswa yang mengikuti program magang ke Jepang. "Mahasiswa yang berangkat ke Jepang adalah contoh nyata bagaimana mahasiswa kita mampu bersaing di kancah internasional. Program ini bukan hanya untuk memperkaya pengalaman kerja, tetapi juga membangun karakter mahasiswa agar lebih mandiri, disiplin, dan berwawasan global," ungkapnya.
Ia juga berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain. "Kami di UHB akan terus mendukung program-program yang memberikan manfaat nyata bagi mahasiswa, baik secara akademik maupun pengembangan diri. Semoga pengalaman lewat Program Magang Jepang ini bisa menjadi bekal berharga untuk masa depan mereka," tambah Dr. Yuris.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI