Bekerja di luar negeri mungkin menjadi mimpi sebagian besar orang. Namun hal itu bukan lagi mimpi bagi Febrianti Sonia Gandi. Ya, sudah hampir satu tahun, Sonia, sapaannya, berada di Jepang untuk magang sebagai seorang perawat pasien lanjut usia. Tidak hanya pengalaman di lingkungan kerja, Sonia bahkan mendapatkan pengalaman yang lebih berharga yang bisa dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan kedepannya. Salah satunya berkaitan dengan budaya kedisiplinan dan toleransi.
----------
Sejak bertolak ke Jepang pada November 2022 lalu, Sonia dan beberapa rekannya yang merupakan mahasiswa di Universitas Harapan Bangsa, kini hanya tinggal menghitung hari menjelang kepulangan mereka ke tanah air.
"Kalau untuk program internship-nya sudah selesai. Tapi masih ada waktu sekitar dua minggu untuk menyelesaikan pekerjaan, dan menyiapkan beberapa dokumen untuk pulang," ungkap gadis asal Pemalang tersebut.
Sonia menjelaskan, jika ada kata-kata yang tepat untuk menggambarkan pengalamannya selama magang di Jepang, mungkin kata "Asik dan Seru" yang pertama kali terlontar darinya. Meski demikian, Sonia mengaku masih butuh adaptasi di awal kedatangannya ke Jepang. Karena selain suhu dan kultur yang berbeda, etos kerja masyarakat jepang yang menjunjung tinggi kedisiplinan juga menjadi tantangan yang harus ditaklukkannya.
Lebih lanjut, Sonia mengatakan, di Jepang dia bersama beberapa rekannya bekerja di salah satu Rumah Sakit di Perfektur Okinawa. Dimana RS tersebut cukup konsen terhadap keperawatan gerontik (keperawatan yang ditujukan kepada klien atau pasein lanjut usia).
Dalam hal fasilitas, secara umum RS di Jepang sudah cukup maju dalam pemanfaatan teknologinya. Meski demikian, untuk RS-RS khusus yang menangani pasien lanjut usia, memang lebih banyak dilakukan langsung oleh manusia (perawat) ketimbang alat-alat canggih rumah sakit.
"Karena secara umum yang dibutuhkan orang-orang lanjut usia adalah perhatian dan kasih sayang. Dan sisi humanisme perawat akan sangat diuji disana. Termasuk kepekaan perawat terhadap keinginan dari klien/pasien," ungkapnya.
Yang membuat Sonia takjub tidak hanya soal fasilitas RS-nya. Melainnya juga sikap dan perhatian seluruh perawat di RS yang memang mendedikasikan diri mereka untuk merawat para orang yang sudah lanjut usia. Terlebih mereka tidak sendiri dalam melakukan perawatan, tetapi juga mendapat dukungan dari keluarga pasien/klien.
"Jadi walaupun dititipkan di RS khusus lanjut usia, para keluarga juga tetap suportif dengan datang setiap saat untuk sekadar memberikan hadiah, makan bersama, atau sekadar mengobrol. Fenomena itu yang jarang terlihat di panti-panti jompo yang ada di Indonesia," jelasnya.