Entah sampai kapan masalah sepak bola ini selesai, segala cara dilakukan tapi tetap saja mentok pada sebuah egoisme, PSSI kah yang egois atau KPSI, dalih apapun dikeluarkan hanya untuk mencari PEMBENARAN, sekali lagi pembenaran bukan KEBENARAN, sebab kalau untuk mencari kebenaran semestinya sudah dari dulu duduk bersama, mungkin ada sesuatu yang disembunyikan, sehingga begitu ngototnya dengan prinsip-prinsip masing-masing dengan alasan yang sama '' Ingin memajukkan sepak bola indonesia'' walaupun kenyataannya orang yang Berfikir waras pasti tahu mana yang ingin memajukan dan mana yang ingin menghancurkan.
Dan Akibat egoisme tersebut menjadikan TIMNAS sebagai TUMBALnya,
Wacana pemanggilan kembali pemain yang berkompetisi di ISL patut kita apresiasi walaupun hal ini belum jelas akan mendapat restu atau tidak dari FIFA, tapi biarlah hal itu menjadi tugas dari PSSI saja untuk menjelaskan kepada FIFA.
Yang menjadi sorotan saat ini adalah para pemain yang berada di ISL, adanya statement satu persatu dari pemilik klub yang enggan melepaskan pemainnya untuk merumput di TIMNAS menjadi dilema tersendiri bagi pemain. Seperti yang kita tahu tujuan pemain di benua manapun adalah membela TIMNAS, bahkan pemain sehebat MESSI atau CR7 tidak ada apa-apanya manakala belum berjaya bersama negaranya.
Ibarat kata dipanggil salah, tidak dipanggil pun tetap salah,
Seandainya pelarangan pemilik klub tersebut terbukti adanya, kira-kira langkah apa lagi yang akan dilakukan PSSI, berusaha, berusaha dan berusaha entah sampai kapan ? Disaat negara lain khususnya negara kawasan asia tenggara sedang sibuk berlatih dan melakukan uji coba kesana kemari demi menciptakan team yang tangguh, hal yang aneh justru terjadi pada bangsa ini, buat memanggil pemain saja susah apa lagi buat berlatih. Sementara dihadapan kita saat ini begitu banyak event-event international yang harus kita hadapi.
Apa tidak bisa egoisme ditempatkan pada tempatnya, ingat TIMNAS bukan milik PSSI tapi milik bangsa ini, bahkan ada yang mengatakan Timnas selection atau Timnas IPL tetapi negara yang lain tetap memandang Timnas kita Timnas Indonesia, sebaik dan seburuk apapun permainan mereka, tetap, yang mereka bawa nama INDONESIA. Selayaknya hal ini menjadi acuan pemilik klub untuk tidak mencampur adukkan kepentingan klub dan kepentingan negara. Namun yang terlihat sebaliknya pemilik klub menjadikan pemain sebagai senjata mereka dengan alasan terikat kontrak.
Kalau kenyataan seperti ini, saya cuma ingin berkata ''STOP'' lupakan Klub ISL, dan maaf lupakan juga pemain ISL, sudah saatnya PSSI fokus kepada pemain yang ada, lakukan pembinaan terutama mental dan kekompakan team, walaupun tehnik pemain yang hebat berada di ISL tapi kenyataannya bukan jaminan mereka bisa juara. Dengan banyak latihan,uji coba bukan tidak mungkin pemain TIMNAS kita saat Ini pun bisa juara, tetap jalankan program pembinaan yang berjenjang karena bisa jadi kejayaan sepak bola kita memang bukan pada saat ini akan tetapi nanti, 5 tahun lagi.
Biarkan ISL dengan ISLnya, IPL dengan IPLnya PSSI dengan PSSInya dan KPSI dengan KPSInya.
Harapan, satgab AFC/FIFA bisa memberikan kontribusi yang berarti dalam menyelesiakan konflik ini. Karena rasanya tidak adil bila bangsa ini yang harus menanggung akibat dari ulah sebagian keegoisan pengurusnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H