Mohon tunggu...
Unik D.L.
Unik D.L. Mohon Tunggu... -

Jadikan perjalanan ini indah dan penuh warna

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kritis

14 April 2018   21:56 Diperbarui: 14 April 2018   22:29 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada suatu sore ketika seorang ibu ke pasar bersama seorang anaknya yang masih SD kelas 2, anaknya melihat seorang pedagang cabai rawit yang sedang menawarkan dagangannya. Terbersit pertanyaan dibenak sang Anak dan bertanya kepada ibunya:

          Anak : "Ma...Mengapa kok cabai itu pedas ya?"

Mendengar pertanyaan anaknya seperti itu spontan dalam pikirannya terbersit jawaban:

         Mama: " Ya jelas pedaslah...gitu aja kok ditanyain!"

Namun setelah dipikir-pikir lagi kok sepertinya tidak tepat kalau dijawab seperti itu. Beberapa lama masih terdiam hingga sang anak mengulangi pertanyaannya:        

        Anak: "Ma...denger nggak sih? Kenapa kok cabai itu pedas ya?"

Mendengar pertanyaan itu Sang Ibu berpikir keras untuk memberikan jawaban. Dia berusaha memberikan jawaban yang bijaksana...menurut dia:

       Mama : "Nak...kamu tahu ada cabai rasanya pedas. Kalau asem rasanya gimana?"

       Anak    : "Ya asem lah..."

       Mama  : "Benar...ada juga garam rasanya gimana?"

      Anak     : "Asin."

      Mama   : " Ada yang rasanya pedas, asem, asin, manis...semua dibutuhkan sama tubuh kita. Kita tidak boleh makan yang manis terus...atau yang asin saja...atau yang manis saja. Tetapi semuanya secara seimbang. Benar kan?"

      Anak     : " Iya..."

      Mama  : " Semua itu diciptakan oleh Tuhan bermacam-macam untuk memenuhi kebutuhan kita, ada makanan yang asin, manis, asem, pedas, pahit dan sebagainya untuk semua melengkapi kebutuhan kita."

Mendengar jawab seperti itu anaknya mengangguk-angguk.

Demikian pengalaman sekilas yang seringkali dialami oleh seorang Ibu terhadap anaknya. 

Seorang anak akan secara spontan bertanya atau menanyakan hal-hal yang tidak diketahuinya atau yang membuatnya penasaran. Disitulah sikap kritis seorang anak mulai muncul.

Tergantung kita sebagai orang tua bagaimana menyikapinya, apakah akan memberikan jawaban yang pertama dengan konsekuensi si Anak akan enggan atau takut untuk bertanya lagi ataukah jawaban nomor 2 dengan memberikan jawaban yang masuk akal untuk memenuhi hasrat keingintahuan dari sang Anak.

Sikap kritis haruslah dipupuk sejak dini agar anak-anak kita bisa menghadapi persaingan yang ketat di masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun