Ini adalah malam yang sempurna untuk merayakan duka. Â
Dan aku akan membangun mahligai sendiri,Â
dari risalah cinta yang luruh  dari para pemuja kesunyian.Â
Sejak dinihari tadi aku menanti.Â
Namun entah mengembara ke mana cahaya merah.Â
Guratan di langit itu hanyalah cerita tentang pipit yang risau.Â
Ajari aku sebuah kata pengobat duka, meskipun itu palsu.Â
Setelah itu kau boleh jatuh cinta pada siapa saja,Â
seperti kau sayat pedih yang menghantar perih sampai ke uluhati.Â
Biarlah aku tetap menjadi yang terasingÂ
dan tak pernah terkenali dalam ciuman kasihmu.Â
Ada yang ingin dikekalkan oleh cahaya rembulan,Â
Tapi tak ada yang nyata selain bayangan.Â
Selebihnya hanya perasaan kehilangan.Â
Dan kebahagiaan hanya singgah pada mata yang berkaca-kaca,Â
yang memantulkan geletar langit kelabu.Â
Sesendu itukah kau mencintaiku?Â
*
Suatu ketika aku berharap kau tumpahkan kerinduan ke dalam sebuah puisi.Â
Kelak,akan tiba jua, segala kepedihan tak akan tertampung lagi pada puisi ini.Â
Cinta hanya goresan luka yang menyakitkan, dan maaf adalah luapan kasih yang menyejukkan
*
Katamu: membenci adalah cara terbaik untuk melupakan,Â
dan mencintai adalah cara terbaik untuk mengikhlaskan.Â
Itulah kutipan bijak yang kupungut darimu untuk merawat 'kesabaran' yang terlambat aku ketahui
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H