Mohon tunggu...
Halim Malik
Halim Malik Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

HUMBLE

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pemikiran Paradigma Baru (Tamat)

7 Februari 2012   16:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 2765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah paradigma mungkin menjadi terlalu banyak digunakan, tetapi konsep paradigma penting sekali dalam kepustakaan Green. Dalam konteks ini, paradigma berarti pandangan dunia tempat dikonsepnya teori, praktek, pengetahuan, sains, tindakan, dll. Paradigma tersebut berupa  rangkaian asumsi, pemikiran-pemikiran, pemahaman dan nilai-nilai (biasanya tidak dinyatakan) yang menentukan aturan-aturan apa yang yang relevan atau tidak relevan; pertanyaan apa yang boleh dan tidak boleh diajukan; pengetahuan apa yang dipandang sah; dan praktek-praktek apakah yang dapat diterima. Penerimaan paradigma biasanya merupakan konsensus yang tidak dinyatakan, dan sering tidak sadar. Misalnya, paradigma dominant praktek dan penelitian ilmiah menerima secara obyektif gejala yang terukur dan teruji  sebagai obyek penelitian yang tepat, tetapi menolak gejala-gejala yang tidak dapat dikelompokkan; maka dari itu astronomi adalah sains sains yang ‘tepat’ sedangkan astrologi bukan, obat ‘nyata’ termasuk terapi obat dan pembedahan tetapi ilmu gaib atau pengobatan dengan keyakinan, dan lain-lain tidak termasuk. Dengan kata lain, paradigmalah yang yang mendefinisikan pengetahuan dan kegiatan apa yang ‘tepat’ atau sah. T.S. Kuhn, yang menjelaskan pentingnya paradigma dalam The Structure of Scientific Revolutions (Kuhn, 1970), menguraikan bagaimana kegiatan-kegiatan ilmiah terjadi di dalam suatu paradigma tertentu yang, setelah satu masa, terbukti tidak memadai sebagai kerangka untuk pengetahuan baru. Sebagai akibatnya terdapat ‘revolusi’ yang menyebabkan berkembangnya suatu paradigma baru, dan reorientasi pemikiran ilmiah di dalam pandangan dunia baru. Transisi dari fisika Newton ke fisika relativitas dan teori kuantum merupakan contoh nyata perubahan paradigma tersebut, atau ‘revolusi ilmiah’ menurut istilah yang digunakan Kuhn.

Walaupun Kuhn menerapkan gagasan paradigma pada usaha-usaha  ilmiah, pemikiran  tersebut telah diterapkan secara jauh lebih luas. Para penulis dari berbagai disiplin telah memberi kesanbahwa banyak masalah yang sedang dihadapidunia sekarang ini dapat dipahami sebagai akibat dari ketidakmampuan ‘paradigma dominan’ yang didefinisikan secara bervariasi sebagai Barat, industrial, Newtonian, mekanistik dan sejumlah nama lainnya (Capra 1982; Rifkin 1985; Ornstein & Ehrlich 1989). Mereka menunjukkan   bahwa paradigma atau pandangan dunia khusus ini, walaupun telah memberikan keuntungan yang tak dapat diragukan bagi umat manusia,  sekarang telah mencapai suatu titik yang semakin tidak fungsional, dan bahwa kita akan tidak mampu memecahkan masalah-masalah yang menekan saat ini  kecuali jika kita mengembangkan suatu alternatif. Walaupun tidak semua penulis seperti itu akan dapat mengidentifikasi diri mereka sebagai ‘Green’, pemikiran paradigma baru telah menjadi sentral (central) bagi gerakan Green, dan pemikiran memasukkan banyak pandangan yang sudah diuraikan sebelumnya dalam bab ini.

Para penulis dari perspektif ini, diantaranya mengarah pada sumber  pandangan dunia dominan dalam filosofi ‘Pencerahan’ (Enlightenment), dalam fisika Newton, filosofi dan matematika Descartes, teori ilmiah Bacon, utilitarianisme Bentham, teori politik Locke dan ilmu ekonomi Adam Smith (Capra 1982; Rifkin 1985). Paradigma dominan ini menekankan rasionalitas obyektif ilmiah, dan kurang menghargai pengalaman subyektif intuitif, dan bentuk-bentuk pengetahuan lainnya. Metode ilmiah memandang dunia sebagai suatu mekanisme yang tertata dengan baik, dan tugas ilmu pengetahuan adalah untuk menemukan hukum yang menggerakkannya, melalui suatu proses yang rasional dan linear (Fay 1975). Untuk melakukannya, ‘mesin’ dibagike dalam bagian-bagian komponennya, dan masing-masing diteliti secara terperinci; dan bagian-bagian ini bersama-sama membentuk keseluruhan. Pemahaman mengenai bagaimana ‘mesin’ ini bekerja memungkinkan orang untuk memahaminya, dan karenanya, menguasai dan menggali dunia alam. ‘Manusia’ tidak hanya mempunyai kemampuan untuk menguasai alam, ‘ia’ mempunyai hak, dan tentu kewajiban, untuk melakukannya, karena peningkatan pemahaman dan penguasaan seperti itulah yang memungkinkan ‘kemajuan’ dalam bentuk industrialisasi dan pengembangan teknologi. Kemajuan seperti itu dipandang sebagai tujuan utama   peradaban manusia. Sebagaimana keseluruhan mesin yang dipecah-pecah ke dalam bagian-bagian komponen, maka masyarakat pun dipandang sebagai tersusun  individu-individu, dan tindakan individu dan kepentingan individulah yang pada dasarnya  penting. Jadi, sistem sosial dan ekonomi terutama dipandang dari segiindividu, dan individu-individuyang bertindakmenurut kepentingan mereka sendiri akan menguntungkan semua . Pandangan dunia  ini, berdasarkan rasionalitas ilmiah, kemajuan, individualisme, penguasaan atas alam, teknologi, eksploitasi, dll, menyediakan konteks untukberkembangnya  kapitalisme, revolusi industri, inovasi teknologi, pertumbuhan, perusakan dunia alami, penguatan patriarki, dan pembangunan struktur-struktur besar yang mengasingkan – yang kesemuanya telah diidentifikasi sebelumnya dalam bab tersebut sebagai penyebab penting kerusakan ekologi saat ini. Konsekuensi lain dari pandangan dunia ini yang istimewa pentingnya  untuk buku ini adalah berkurangnya   nilai yang melekat pada ‘masyarakat’ dan keluarga besar demi mendukung bentuk-bentuk keluarga inti yang individualdan semakin terpecah-pecah.

Tentangan terhadap dominant paradigm telah muncul dari sejumlah sumber. Dengan berarti, salah satu yang paling kuat dari tentangan-tentangan ini dari ilmu fisika, yang telah dinilai sebagai pola dasar dominant paradigm. Pengaruh prinsip ketidakpastian Heisenberg, fisika kuantum, teori relativitas dan chaos telah mempertanyakan dunia yang pasti, teratur  dan predictable, dan mengakui keberadaan unpreditability dan ketidakpastian. Ketika materi dipecah ke dalam partikel-partikel unsurnya dan diketahui  bahwa pada tingkat fundamentalnya, hanya terdapat kemungkinan-kemungkinan daripada kepastian-kepastian empiris, keseluruhan dasar dominant paradigm dipertanyakan.

Dalam ilmu-ilmu sosial, kajian positivisme dan empirisisme mempunyai pengaruh kuat yang sama terhadap dominant paradigm. Ilmu sosial yang dibangun dari analogi ilmu fisika tradisional, dengan penelitian empiris obyektif dari gejala-gejala sosial, seakan-akan gejala tersebut benda yang dapat diukur yang berjalan sesuai dengan hukum-hukum alam, telah terbukti secara logis inkonsisten (Fay 1975) serta tidak mampu  mengatasi interaksi gejala sosial yang kompleks. Pembangunan paradigma-paradigma interpretatif alternatif dan teknik-teknik penelitian kualitatif atau naturalistik (Strauss & Corbin 1990; Reason 1988; Lincoln & Guba 1985) menunjukkan usaha pencarian alternatif untuk dominant paradigm.

Muncul dari ilmu sastra (humanities), post-modernisme mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran sosial dan politik, dan telah berpengaruh penting terhadap mereka yang sedang mencari formulasi-formulasi alternatif. Post-modernisme menolak dominant paradigm sebagai ‘inti(sari)’/esensi, dan mencari model-model produksi dan kajian kultural non-linear yang berbeda yang menolak bentuk-bentuk logika dan wacana  konvensional. Menurut post-modernisme, realita tidak lagi dapat dipahami dipandang dari segi ‘meta naratif’ tunggal, tetapi dicirikan dengan wacana ganda, makna-makna yang terpecah-pecah, dan pendefinisian ulang bersama-sama yang terus-menerus; untuk mencari model tunggal yang menyatu-padukan, jawaban atau paradigma sia-sia serta tak bermakna. Sebagaimana gerakan-gerakan intelektual lainnya, terdapat berbagai cabang  di dalam post-modernisme, dan kepustakaannya kompleks dan sulit. Rosenau (1992, pp 14 ff) membuat pembedaan posisi antara posisi post-modernisme sceptical dan affirmative, dan yang kedua secara khusus, menggabungkan identifikasi kuat dengan gerakan-gerakan sosial politik, mempunyai hubungan yang erat dengan perspektif Green.

Di dalam berbagai disiplin, gerakan-gerakan lainnya seperti post-industrialisme, feminisme, post-positivisme, teori kritis  dan post-kolonialisme dapat juga dimasukkan sebagai bagian dari gerakan yang lebih besar yang mempertanyakan validitas dan relevansi dominant paradigm atau pandangan dunia Barat, dan maka dari itu, berusaha mengembangkan suatu paradigma alternatif. Jadi, istilah pemikiran paradigma baru (new paradigm thinking) menunjukkan cakupan luas dari usaha sungguh-sungguh/keras intelektual, dan membantu mengidentifikasi hubungan-hubungan penting antar analisa yang telah muncul dalam berbagai disiplin.

Pokok bagi  pemikiran paradigma baru adalah para penulis those writers yang mereka itu secara khususmenegaskan bahwa apa yang dibutuhkan adalah paradigma baru, dengan kata lain, suatu cara baru memikirkan tentang dunia, bagaimana cara kerjanya, dan tempat kemanusiaan di dalamnya. Fritjof Capra telah menjadi penulis terkenal di bidang ini, dan buku populernya The Turning Point (1982) menggambarkan panggilansuatu paradigma baru. Dari sudut pandang ilmu sosial terdapat kelemahan analisa Capra, dalam hal bahwa ia gagal mengatasi secara efektifpersoalan-persoalan struktur sosial dan structural inequality. Tetapi karaya Capra penting dalam menekankan pentingnya perspektif holistik dibandingkan pemikiran linear, dan dalam mencari/mengusahakan sebuah paradigma yang menghargai keseimbangan dan bukan paradigma yang mengancurkannya. Hazel Henderson (1988, 1991) adalah penulis penting lainnya yang telah secara khusus membahas  pemikiran paradigma baru untuk mengganti dominant world view masyarakat Barat, dan pendekatan ini juga sesuai sekali dengan analisa-analisa seperti yang disebutkan terdahulu dalam bab ini, misalnya eko-feminisme, ilmu ekonomi alternatif, dan kajian teknologi, dll.

Tabel Aliran-Aliran Pemikiran Green

Aliran Pemikiran Green

Persepsi Mengenai Masalah Utama

Solusi yang diusulkan

Penulis Penting

Eko-sosialisme

Kapitalisme

Masyarakat sosialis

Gorz, Mellor, Ryle, Pepper, Green Left

Eko-anarkisme

Hirarki, birokrasi, pemerintah

Desentralisasi, kontrol lokal, tanpa pemerintah pusat

Bookchin, Thoreau, Marshall

Eko-feminisme

Patriarki

Revolusi feminisme, menghargai sifat-sifat wanita, mengakhiri penindasan gender

Mellor, Biehl, Merchant, Shiva, Plumwood

Eko-luddisme

Teknologi

Teknologi skala manusia (human scale) tingkat rendah, mengakhiri ‘kemajuan’ teknologi tanpa pemikiran

Illich, Postman Mander

Anti pertumbuhan

Pertumbuhan (ekonomi, penduduk, konsumsi, dll)

Masyarakat tanpa pertumbuhan

Meadows, Suzuki, Ehrlich

Green economics

Teori ekonomi konvensional

(i) ekonomi berkelanjutan (sustainable) termasuk eksternalitas (ii) ekonomi terdesentralisasi

Henderson, Dauncey, Ekins Pearce, Daly & Cobb, Jacobs

Pekerjaan dan pasar tenaga kerja

Definisi mengenai pekerjaan, ketergantungan pada pasar tenaga kerja sbg mekanisme distributif

Definisi baru mengenai bekerja (work) dan bersantai (leisure), jaminan upah dasar basic income)

Gorz, Lipietz

Pembangunan global

Dominasi dan eksploitasi Selatan oleh Utara, ketidakadilan (inequity) global, ‘pembangunan’

Keadilan (equity) global, pembangunan yang tepat

Trainer, George, Shiva, Latouche, Norgaard, New Internationalist

Eko-filosofi

Pandangan dunia antroposentrik

Pandangan dunia ekosentris

Fox, Eckersley, Naess

Pemikiran paradigma baru

Pandangan dunia Newtonian-Cartesian, pemikiran linear

Paradigma holistik, sistematik

Capra, Rifkin, Henderson, Ornstein & Ehrlich



Dapat dikatakanbahwa semua Green positions yang diuraikan dalam bab ini dapat dimasukkan di dalam label paradigma baru, dan paradigma baru ini dapat merupakan istilah yang lebih baik daripada Green untuk semua perspektif yang telah dijabarkan. Pendekatan alternatifnya adalah memasukkan pemikiran paradigma baruke dalam Green position, sebagai salah satu dari cabang pemikiran (walaupun mungkin yang terpenting karena sifat inklusifnya) yangmenyumbangkan suatu kesadaran Green baru. Bab ini memilih yang akhir, menggunakan istilah Green untuk menjelaskan suatu perspektif khusus. Terdapat dua alasan untuk ini. Pertama hanya karena biasa digunakan; istilah Green digunakan secara lebih luas (walaupun mungkin disalahgunakan secara lebih luas), daripada istilah paradigma baru dan secara intelektual kurang gagah/megah. Alasan kedua lebih mendasar. Paradigma baru pada dasarnya  berhubungan dengan proses-proses pemikiran, intelektualisasi, penelitian dan cara kita perceive dunia. Namun demikian, Green juga mengandung  suatu perspektif tindakan, dan menyiratkan suatu proses politik dan gerakan sosial yang tidak perlu ada dalam paradigma baru, walaupun sebagian pemikir paradigma baru (misalnya Fay 1987) memang akan memasukkan  tindakan politik dan sosial di dalam rumusan-rumusan mereka.

tulisan sebelumnya:

Eco-socialism

Eco-anarchism

Eco-feminism

Eco-Luddism

Anti-Grouth

Ekonomi Alternatif

Bekerja, Waktu Luang dan Etika Kerja

Pembangunan Global


Eco-Philosophy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun