Mohon tunggu...
Halim Malik
Halim Malik Mohon Tunggu... Administrasi - Pendidik

HUMBLE

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FSC] “Pamit”

14 Agustus 2011   07:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:48 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang...!

Kau seperti orang yang tak mengerti bagaimana mencintai. Kau benar-benar rapuh dan kehilangan keberanian untuk memulai. Telah kulepaskan rasa yang pernah kau titipkan di hati ini, maka lenyapkan pula rasa yang pernah kutitipkan kepadamu. Tak semestinya mempertanyakan mengapa berakhir seperti ini, tapi bagaimana kita membersihkan agar rasa yang pernah hadir tak tersisa di hati kita masing-masing. Jangan biarkan nostalgia itu memberikan sedikit pun dukungan batin dalam dirimu.Tak ada gunanya lagi berandai-andai sekarang.

Waktu yang tersisa seharusnya kau manfaatkan untuk belajar mencintai lelakimu. Jika menurutmu dia tak sempurna, maka perlakukan dan cintailah dia dengan cara yang sempurna. Karena itu akan menjadi surga bagimu.

Sayang...!

Jika takdir yang bicara, maka segala pengharapan dan doa akan sia-sia. Jangan menentang takdir, karena itulah yang akan membuatmu sulit untuk melupakanku. Kita tak bisa kembali ke masa lalu bersama kenangan-kenangan itu. Kau harus meminta bantuan kecerdasanmu, dan sadarilah bahwa semua telah berakhir. Salah satu sifat dasar manusia, ketika berada dalam keadaan putus asa, yang tersisa hanya keajaiban-keajaiban tempatnya berharap. Pengharapanmu akan kehadiranku adalah sesuatu yang tak bisa kupenuhi. Raga kita mungkin bisa tegar, tapi batin kita takkan selamat. Tidak akan pernah ada ruang dan waktu yang cocok untuk kau, aku dan dia. Inilah bukti bahwa kehidupan tak selalu indah seperti yang kita impikan dulu.

Sayang...!

Setelah aku pergi, jangan pernah berpikir bahwa aku telah kecewa atau patah hati, karena itu akan menyiksamu. Aku hanya ingin menemukan kehidupan yang lain. Hati ini tak menuntut lagi perenungan, karena bagiku hidup adalah sesuatu yang mengagumkan, termasuk hukum-hukum yang ada di dalamnya. Satu-satunya yang tertinggal dalam benakku adalah perasaan bahwa aku sedang diuji.

Jika menginginkan cinta sejati yang penuh berkah, tiada jalan lain kecuali kita merujuk pada ketentuan Allah dan Rasul-Nya yang lurus dan selamat. Dalam kerangka syariat, cinta diposisikan secara proporsional yang mengandung hikmah dan kesucian.

Inti dari cinta itu adalah kemampuan melepaskan diri, dan membebaskan diri dari egosentris yang membuat tindakan mencintai orang lain, karena perasaan jatuh cinta lebih penting daripada makna yang mendasari cinta itu sendiri.

Saat ini, aku hanya berpikir doa-doa apa lagi yang belum sempat terucap untuk kebahagiaanmu, sebelum aku mengucapkan kata selamat tinggal.

***~~~*~~~***

Halim Malik————>>>Peserta No. 7

*

Untuk membaca hasil karya peserta Fiksi Surat Cinta yang lain maka dipersilahkan berkunjung ke akun Cinta Fiksi dengan jusul postingan: Inilah Malam Perhelatan & Hasil karya Fiksi Surat Cinta [FSC] di Kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun