Pelajaran dari Sejarah
Perjalanan hidup ayah mengingatkanku pada takdir pemuda penjual daging di zaman Nabi Musa, A.S. Pemuda ini senantiasa menyuapi daging yang empuk pada ibunya. Selepas makan, si ibu senantiasa berdo'a.
"Ya Rabb. Jadikan putraku ini sebagai pendamping Nabi Musa, A.S. di surga."
Doa itu diijabah. bakti yang tulus pun berbuah manis.
Tersebutlah sebuah kisah pilu di masa lalu. Al Qomah, seorang lelaki taat, terjebak dalam badai sakratul maut. Lidahnya kelu. Terhalang mengucapkan kalimat terakhirnya. Rasulullah datang bagai cahaya di tengah kegelapan dan menanyai keadaanya.
Mendapati kondisinya yang sekarat, Rasulullah pun bertanya,
"Apakah ibunya masih hidup?"
Ibunya datang tergopoh. Rupanya, ia pernah disakiti oleh sang anak hingga hadir sebuah luka yang tak kunjung sembuh..
"Jika engkau tak memaafkannya, ruhnya akan terhalang menghadap Allah." Â Sabda Rasulullah.
Mendapat maaf dari sang ibu, Al Qomah menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang. Dari sini kita belajar bahwa birrul walidain tak sekadar kewajiban. Melainkan kunci kesuksesan dunia akhirat.
Allah mengingatkan dalam Al Qur'an:
"...maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada mereka perkataan 'ah' dan janganlah membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik." (QS. Al Isra':23)
Berkata "ah" saja dilarang. Apalagi menyakiti.
Renungan Untuk Kita
Bagaimana dengan kita hari ini? Masihkah terasa berat membersamai mereka di usia senja. Lupakah kita pada perjuangan yang penuh pengorbanan? Nasihat yang kadang terdengar nyinyir sejatinya berpijak pada pengalaman. Secara akademik mungkin kita unggul. Namun, kebijaksanaan mereka teruji waktu.
Mari berbesar hati merawat mereka dengan kasih sayang. Ingatlah, mereka pernah kehilangan waktu istirahat demi membesarkan kita. Kasih sayangnya tak terbatas. Maafnya seluas Samudra. Doanya tak pernah putus walau kadang sikap kita mengecewakannya. Saat mereka rapuh, mengapa kita tak melakukan hal yang sama?
Kunci Keberkahan Hidup.
Ingatlah! Keberkahan hidup tak datang dari gelar yang mentereng atau harta yang berlimpah. Ia hadir dari doa yang dilangitkan oleh orang tua di sepertiga malamnya. Jika ingin hidup berkah, bahagiakan mereka. Sebab, ridha Allah terdapat pada Ridha orang tua.
Berhati-hatilah. Perlakuan terhadap orang tua hari ini, akan kita panen di masa mendatang. Ia ibarat benih yang disemai yang pasti akan kita tuai di masa depan.
Birrul walidain merupakan investasi terbesar sepanjang masa. Baik di dunia maupun di akhirat.
Finish
Terimakasih atas kunjungannya teman-teman
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI