"Dia tak suka perempuan."
Bisik Shift lirih. Pengakuannya bak petir di siang bolong. Menyambar dengan garang. Lathifah membeku. Ia terbelalak. Mulutnya terbuka, memamerkan gigi rapi yang dihiasi behel. Ia menatap lekat ke arah Shift. Baru saja mau bertanya...
 "Hiks...hiks...hiks"
Tangis tertahan mengalun seret. Shift menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Bahunya berguncang hebat.
"Lepaskan tangismu." Lathifah menyentuh bahu sohib sejak masa kecilnya itu.
Sejurus kemudian, tangisannya meledak. Pemilik hidung bangir dan berkulit putih bersih itu sesenggukan. Lathifah menghela napas panjang menatap nanar ke arah Shift.
"Jadi ini alasannya? Pernikahannya mendadak batal 2 hari jelang hari H? Tenda sudah terpasang. Undangan sudah tersebar. Persiapan sempurna..." Lathifah membatin.
Lathifah kembali menarik nafas panjang sembari memejamkan mata. Dadanya ikut turun naik dan terasa sesak. Lidahnya kelu sejenak. Ketika tangisan Shift mulai mereda, Lathifah sontak menyodorkan sebungkus tisu besar.
"Hapus ingusmu. Kasian kerudungnya kotor." Ucap Lathifah tanpa rasa bersalah.
Shift melotot. Tangisannya terhenti.