Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Racun-racun Pembunuh Potensi (1)

30 November 2020   12:27 Diperbarui: 30 November 2020   15:30 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Ruang Menulis Pak Cah

"Semua bunga esok hari ada dalam benih hari ini. Semua hasil esok hari ada dalam pikiran hari ini." (Aristoteles)

Setiap manusia yang terlahir ke dunia diiringi dengan potensi besar dalam dirinya masing-masing. Potensi dahsyat yang Allah anugrahkan untuk umat manusia hendaknya digunakan sebaik mungkin guna menopang kehidupannya di dunia yang penuh perjuangan ini.

Walau demikian, jika potensi yang telah diberikan tak diasah sedemikian rupa, ia tak akan membawa pengaruh apa pun terhadap pemilik potensi tersebut.

Oleh sebab itu, potensi yang ada akan lebih bijak jika diasah dan dikembangkan dengan cara yang tepat. Agar mampu melahirkan skill spektakuler. Dengannya, manusia dapat melakukan hal-hal yang kadang di luar ekspetasi logika manusia.

Seperti Muhammad Al Fatih dan pasukannya. Potensi yang terus diasah hingga mampu memiliki kekuatan berpikir out of the box. Hingga mereka mampu melayarkan puluhan kapal melewati sebuah bukit dengan kekuatan manusia di tengah malam buta. 

Begitulah jika potensi diasah. Ia akan menghadirka sebuah kekuatan dahsyat dan melahirkan karya fenomenal.

Namun, ada juga hal-hal yang dapat membuat potensi tak bisa berkembang. Bahkan ia bisa menjadi racun yang dapat menghancurkan potensi yang ada di dalam diri. 

Ini patut segera disadari agar racun ini tak menjangkiti diri dan merusak potensi yang telah dianugrahkan oleh Tuhan kepada hambaNYA.

Racun-racun penghancur potensi tersebut diantara adalah sebagai berikut:

Pertama, pikiran negatif. Sesungguhnya pikiran negatif lebih berbahaya dari pada penyakit yang menggerogoti raga manusia. Pikiran negatif akan melahirkan perasaan negatif bahkan prilaku negatif. 

Menurut Dr. Ibrahim Elfiky, gigitan ular sangat menyakitkan tapi tidak mengakibatkan kematian. Yang menyebabkan kematian adalah racun yang mengalir mengikuti peredaran darah.

Begitu pun halnya dengan pikiran negatif. Sebuah pikiran negatif yang hanya sekadar terlintas dan berlalu pergi tak membahayakan. Namun, akan sangat berbahaya, jika terjadi pengulangan terus menerus  hingga pikiran buruk menumpuk memenuhi memori seseorang.

Pikiran negatif yang berkelanjutan seperti ini akan membuat harapan punah dari dalam diri. Bahkan bisa melahirkan kecemasan tidak wajar, merasa hidup hanya dipenuhi kesengsaraan. Hingga merasa memiliki penderitaan tiada berujung.

Bahkan pikiran negatif akut akan menjelma menjadi sebuah kekuatan imajinasi untuk masuk pada berbagai hal buruk. Walaupun dia sedang berhadapan dengan segala sesuatu yang positif.

Inilah yang menjadi sumber masalah dalam hidup seseorang yang selalu terkungkung dalam pikiran negatif.

Misalnya, ketika seseorang kerap berpikiran negatif mendapat pujian, sebuah kecurigaan akan langsung menyusup ke dalam hati dan pikirannya. Ia akan bertanya, apa yang dikehendaki oleh orang yang memujinya. Hingga muncul kecurigaan dan kewaspadaan dengan dosis tak wajar.

Namun jika dikritik, ia merasa terhina dan merasa direndahkan. Inilah yang terjadi pada individu yang memelihara penyakit pikiran negatif. 

Ia akan cenderung melihat segala sesuatu dengan kaca mata negatif. Sehingga, apa pun yang dialaminya, ia akan selalu merasa buruk, kesulitan dan menderita. Apa pun yang ditemuinya akan memunculkan masalah baru.

Jika hal ini dibiarkan terus menerus membelenggu pikiran, maka saat itulah detik-detik kehancuran potensi dalam diri seseorang sedang dimulai. Bahkan bisa menjadi pemicu depresi, frustasi hingga mengganggu kestabilan jiwa. 

Sebelum semuanya terlambat segera berbenah. Segera penuhi pikiran dengan kekuatan dan prasangka positif. Agar semua energi negatif yang mengancam pikiran terkalahkan bahkan sirna.

Kedua, anti kritik. Sejatinya tiada manusia yang sempurna. Karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Secerdas apa pun seseorang, dapat dipastikan ia memiliki kekurangan dan titik lemah.

Itulah sebabnya, manusia saling membutuhkan satu sama lain. Untuk saling melengkapi kekurangi diri, saling menasihati jika keliru dalam melangkah. Serta saling menguatkan kala lemah.

Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat
Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat

So, tak ada salahnya dong ketika kita dikritik oleh seseorang atau sekelompok orang. Harusnya begitu. Namun, bagi pribadi tertentu, kritik merupakan momok menakutkan yang begitu dihindarinya.

Pujian diterima dengan cuping hidung melebar. Giliran kritikan datang, ruang di hati langsung menyempit. Hingga hadir ketidaknyamanan dan pikiran negatif mengikuti. 

Keberatan menerima kritikan dan saran dari orang lain, hanya akan membuat seseorang stagnan dalam hidupnya. Ia tak akan pernah bisa maju dan berkembang.

Kenapa? Karena manusia memiliki titik blind spot dalam dirinya. Tak semua hal yang bisa ia lihat dari dirinya tanpa bantuan orang lain. 

Contoh kecilnya, kita tak akan mampu melihat beberapa bagian tubuh kita sendiri tanpa bantuan siapa pun. Seperti, tak mampu melihat kepala atau pun telinga kita sendiri tanpa bantuan cermin. 

Begitu pun dengan kemampuan diri, kekurangan serta keunggulan yang dimiliki.

Kita membutuhkan bantuan orang lain untuk dapat mengetahuinya secara signifikan. Memerlukan pihak lain yang bersedia membimbing, melatih hingga memberi masukan hingga potensi diri dapat berkembang dan melejit.

Nah, bisa dibayangkan jika seseorang begitu anti terhadap kritikan. Ia akan kehilangan kesempatan untuk memperbaiki kekurangan diri. Kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri juga akan sirna.

So, mari berbenah. Belajar dengan jiwa besar menerima kritikan yang memiliki fondasi dan tujuan yang jelas serta bersifat membangun. Begitu pun sebaliknya, mari mulai belajar memberi kritikan perbaikan untuk sahabat-sahabat kita dengan cara-cara yang baik. Agar pesan sampai dan bermanfaat.

Bersambung

Ruang Mimpi, Senin, 30 November 2020

Bahan Bacaan:

Ibrahim Elfiky, Terapi Berpikir Positif, Serambi Ilmu Semesta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun