"Baik, kau dibebaskan dari segala tugas yang terkait pelajaran Bahasa Indonesia." Ucap si guru tiba-tiba.
Si murid terlihat tercengang mendengar statmen dari bu guru kocak itu.Â
"Tapi ada satu permintaan dari saya. Itupun jika kau berkenan." Sang guru melirik muridnya sejenak, lantas kembali melanjutkan kalimatnya yang menggantung.
"Tulis sepucuk surat cinta untukku setiap hari. Ekspresikan seluruh rasamu untukku melalui surat. Jika itu terasa berat, dua kali sepekan cukuplah. Jika masih tak sanggup, sekali sebulan bolehlah. Atau terserahmu saja. Yang terpenting ikhlas dan tak membebanimu."
Celoteh sang guru panjang lebar tanpa melepaskan senyum dari bibirnya.
"Ibu serius?" Tanya murid yang tiba-tiba diberi tugas yang tak ada kaitannya dengan materi pembelajaran tersebut. Ia memastikan kebenaran kalimat gurunya dengan mata berbinar.
Sang guru mengangguk dengan pasti. Siswi yang tadinya datang dengan wajah cemberut melompat kegirangan membawa buku tulisnya yang mulai menipis itu. Diluar dugaan, hari itu juga ia mulai menulis surat cinta yang diminta oleh bu guru.
Itu nyaris berlangsung setiap hari. Sepucuk surat yang ditulis pada potongan kertas itu kadang tak hanya berisi tulisan saja. Hiasan bunga-bunga serta gambar love menghiasi suratnya.
Terkadang ada terselip rupa-rupa permen dalam lipatan surat yang ditulis untuk bu guru. Ketika ditanya oleh gurunya, siswi ini menjawab dengan penuh keceriaan, bahwa itu kado cinta untuk bu guru.Â
Setiap hari surat cinta dari siswa mendarat di tangan sang guru. Bahkan itu diikuti oleh teman-temannya yang lain. Tulisan yang awalnya terlihat acak-acakan mulai rapi.