Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Komplit (5): Siswa Tak Pernah Memperoleh Nilai 0 (a)

26 November 2020   17:55 Diperbarui: 27 November 2020   05:45 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat

"Keberhasilan bukanlah milik orang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha." (BJ.Habibie)

"Jika nilai siswa rendah, siapa yang akan disalahkan?" Tanya saya suatu kali pada peserta dalam sebuah training kala itu.

"Guruuuuu...." Jawaban terdengar menggelegar hingga memenuhi ruangan. Eiits, jangan marah dulu. Semua peserta yang memberi jawaban berprofesi sebagai guru. Narasumber pun seorang guru SD di salah satu daerah Ranah Minang. Wkwkwk.

Apakah ini curhatan sesama guru di hari guru? Entahlah.

"Oleh sebab itu Bapak Ibu guru hebat, saya tak pernah lagi membubuhkan nilai nol di buku latihan siswa saya ataupun lembaran ujian mereka." Peserta terdiam mendengar kalimat dari saya yang terdengar janggal.

Sebuah slide segera terpampang. Terlihat jelas di sana ada potret lembaran kertas kerja siswa. Terlihat nilai seratus untuk semua jawaban yang benar. Ini hal biasa. Namun nilai tujuh puluh untuk semua jawaban yang salah, ini terlihat luar biasa.

Tatapan audience pun beralih dari layar infokus menuju saya.

"Tenang Bapak Ibu, ini bukan bermaksud sok pahlawan pada siswa. Tapi, itu upaya saya menyelamatkan diri sendiri. Agar tak dimarahi atasan karena nilai siswa saya rendah. Silahkan dicoba sekira bersedia."

Gerrrrrr...Tawa peserta kembali mengudara mendengar ocehan saya. Saya pun ikut tertawa kecil. Agar ada kekompakan dan melodi senada antara instruktur dengan teman-teman audience. Hingga terlahirlah sebuah ikatan penuh romansa cinta diantara kami. Azeeekk.

Berikutnya saya memamerkan sebuah slide lagi. Terlihat di sana foto seorang pria tanpa tangan dan tanpa kaki kanan. Terlihat mulutnya begitu piawai memainkan kuas di atas kanvas. 

Hingga tercipta sebuah lukisan penuh pesona. Membuat mata yang memandang enggan berpaling dari gambar indah yang dihasilkannya.

Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat
Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat
Saat bertanya, ada yang kenal dengan sosok pada slide saya? Peserta hanya terdiam. Entah karena tidak tahu atau terpesona dengan video proses melukis yang dilakukan pria istimewa ini dengan mulut.

Saya kemudian menjelaskan lagi. Pria tersebut bernama Agus Yusuf. Pendidikan beliau hanya hingga SMP. Tapi hari ini begitu mendunia. Bahkan pernah tampil di sebuah stasiun televisi swasta.

Tak jarang mengunjungi sebuah negara sebagai seorang tamu kenegaraan. Naik pesawat dengan kelas terbaik. Kerenlah. Hari ini, selain menjadi seniman yang karyanya telah go internasional, beliau juga seorang pengusaha.

Allah izinkan beliau hidup lebih dari berkecukupan dengan keluarga yang telah dibinanya. Nah, terihat jelas di sini bahwa bukan nilai akademik yang membuat beliau sukses. 

Lalu perempuan cantik disamping beliau siapa. Beliau adalah ibu Sri Rohmatiah. Beliau istri tercinta Pak Agus Yusuf. 

Ibu Sri, melihat sesuatu yang istimewa pada diri Pak Agus. Hingga wanita asal Majalengka ini tertawan dalam cinta seorang seniman kebanggaan nusantara. Rumah tangga dengan fondasi iman pun terbangun dengan bahagianya.

Walau banyak pro kontra terhadap pilihan wanita ayu ini, beliau tak menyerah. Tetap setia merenda cinta di relung hati Pak Yusuf. 

"Cieeeee..." Peserta training pun bersorak mendengar paparan saya.

Nah, ibu Sri pendidikan beliau hingga SMA. Namun dalam waktu tujuh belas hari saja, mampu melahirkan sebuah buku solo bernuansa motivasi dengan judul "Kalau Berbeda, Lalu Kenapa." Tak hanya itu saja, beliau juga telah melahirkan lima buku antalogi.

"Kebayang ndak Bapak Ibu, jika ibu Sri ini berprofesi sebagai seorang guru. Gampang banget nih naik pangkatnya. Karena karya tulis beliau membanjir. Kalah kita nih." Saya kembali berseloroh dengan peserta untuk mencairkan suasana yang diam.

Nah, betapa malunya, ketika sebagai seorang guru dengan ringannya membubuhkan nilai nol pada siswa. Memandang sebelah mata terhadap mereka yang menurut kita tak berprestasi dari segi pendidikan, taunya nanti mereka lebih sukses ketimbang saya di masa depan.

Bersambung

Di penghunjung sore, di Ruang mimpi, Kamis, 26 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun