Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Modal Tipis Jiwa Optimis

8 November 2020   09:28 Diperbarui: 8 November 2020   09:57 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku mendarat di tangan generasi milenial


Balada penulis pemula begitu berwarna. Galau, resah, gelisah, bahkan nelangsa. Bagaimana dengan saya? 

Nah, banyak orang yang bilang, saya ini sosok pribadi yang berbeda. Sosok yang tak biasa. Bahkan menurut beberapa sahabat, saya kelewat nekat dalam upaya meraih asa.

Tak masalah. Terserah apa komentar sahabat-sahabat yang melihat dan memandang. Seperti apapun penilaian yang datang, saya akan tetap melangkah demi masa depan cemerlang. 

Selagi itu tak melanggar norma-norma yang berlaku, langkah akan tetap dilanjutkan hingga berakhir sebagai seorang pemenang. Rontokkan semua aral yang melintang. 

Toh sejak awal saya punya sebuah keyakinan kuat, kita terlahir sebagai seorang pemenang. Hidup sebagai pejuang. Serta mesti berupaya, semoga bisa tutup usia sebagai seorang tokoh penebar kebaikan yang layak untuk ditauladni dan dikenang.

Alhamdulillah, buku impian terwujud
Alhamdulillah, buku impian terwujud
Begitu juga ketika memutuskan untuk konsen dengan dunia tulis menulis. Semua keraguan ditepis. Ketakutan akan ketidakmampuan untuk menghasilkan tulisan bergizi dikelola menjadi sebuah kekuatan manis.

Hingga bukan pesimis yang hadir. Melainkan jiwa-jiwa optimis membanjir.

Niat dan tujuan menulis diluruskan. Semua demi meraih ridha Tuhan. Tujuannya untuk menebar benih-benih kebaikan. 

Dengan menulis, kita bisa meretas jalan menuju keabadian. Ya, keabadian. 

Seperti yang hari ini dialami oleh Buya Hamka. Hari ini, raga beliau telah menyatu dengan tanah. Namun benih-benih kebaikan yang disemai melalui tulisan-tulisan apiknya tak terhentikan oleh waktu. 

Namanya melegenda hingga hari ini. Buah pikiran beliau yang dituangkan dalam bentuk karya tulis, masih diadopsi dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga hari ini.

Melihat fenomena ini, tekad saya semakin membaja dalam meretas jalan menjadi seorang penulis. Hancurkan bisikan-bisikan keraguan yang mengintai. 

Tema yang diinginkan segera dibingkai menjadi kerangka tulisan. Konsep-konsep mulai memenuhi buku catatan. Konsep selesai, penulisan naskah pun dimulai.

Tak lupa semuanya diawali dengan memohon izin dan ridha Sang Khalik. Lanjut meminta restu pada kedua orang tua dan para guru. 

Bahkan, sebelum naskah dituntaskan, konsep yang sudah ditulis, dipresentasikan dihadapan beberapa orang guru dan beberapa ulama. Semua masukan yang dipaparkan oleh guru-guru juara ini ditulis dalam sebuah buku catatan baru.

Langkah-langkah ini ditempuh demi meminimalisir kesalahan dari segi isi. Sangat mengerikan jika tulisan yang dilahirkan menggiring pembaca pada kesesatan. Efeknya akan kembali pada diri penulis. 

Memulai sebuah tulisan sembari berkonsultasi dengan banyak guru dan sahabat meraup manfaat tak terhingga. Bukan hanya saran-saran dahsyat yang didapat. Puluhan buku sumber pun dikantongi. 

Alhamdulillah, karya perdana menyebar nyaris ke seluruh nusantara
Alhamdulillah, karya perdana menyebar nyaris ke seluruh nusantara
Malahan ada dari beliau yang memberikan hadiah. Bentuk apresiasi atas kemauan anak muda dalam berkarya. Begitu alasan yang diberikan kala hadiah diselipkan ke tangan saya.

Bismillah, dengan penuh keyakinan naskah tuntas dalam tempo dua pekan. Di sinilah hembusan angin keraguan menyeruak. Ingin menggandeng editor profesional, dana tiada. 

Enggan menyerah, sebuah langkah tak biasa kembali ditempuh. Naskah diedit sendiri. Bahkan melibatkan teman-teman sejawat dalam merevisi naskah yang sudah di print out.

Namun, proses editing ala saya ini tampaknya tak membuat jiwa muda puas begitu saja. Terlintas sebuah pemikiran. Saya memiliki saldo di buku tabungan dengan jumlah yang lumayan. Status tabungan itu terblokir.

Tanpa pikir panjang, saya mencoba membangun komunikasi dengan beberapa pihak yang dapat membantu pencairan dana tersebut. Kesimpulan yang didapat, dana bisa dicairkan.

Mendapat informasi ini, dengan keyakinan penuh, melalui tangan seorang guru, naskah saya melenggang ke tangan editor profesional. Naskah sampai di editor, dana yang diharapkan tak kunjung cair.

Suhu panas dingin menyelimuti diri. Apa yang mesti dilakukan? Menarik kembali naskah yang telah diberikan pada editor tentu tak mungkin. Pantang jika harus menyerah ketika sebuah langkah telah dimulai. Solusi dan jalan lain harus dicari.

Di sinilah Sang Khalik kembali membukakan mata muda ini. Bahwa semua yang akan terjadi sesuai kehendakNYA.

Dalam masa berpikir dan mencari solusi, tiba-tiba  sejumlah rupiah mengalir ke rekening dari seorang kerabat. 

"Pakailah agar naskahmu menasional. Bayarnya kapan ada uang saja."Begitu pesan yang masuk mengiringi saldo di rekening yang tiba-tiba meningkat jumlahnya dalam sekejap. Biaya editor yang dikhawatirkan akhirnya tuntas. 

Langkah selanjutnya mengantarkan naskah menuju cetak. Sesungguhnya biaya cetak juga belum disediakan. Salah seorang mentor menulis menyarankan cetak buku dengan jumlah 200 eksemplar. Saran diterima, naskah dikirim ke percetakan. 

Ketika naskah menuju meja cetak, seluruh anggaran biaya dapat dikalkulasikan dengan jelas. Harga jual buku pun diputuskan. Karena ini peluncuran karya perdana, harga jual hanya untuk mengembalikan modal semata. 

Buku mendarat di tangan generasi milenial
Buku mendarat di tangan generasi milenial
Pamflet promo PO buku pun disebar. Di sini Allah kembali membukakan mata saya untuk melihat kekayaan dan kemudahan yang diberikan oleh-NYA kepada hamba yang mau berusaha dan berdoa. 

Kebanyakan dari pihak yang ikut PO buku "Parents Smart untuk Ananda Hebat" ini membayar 2 hingga 3 kali lipat dari harga yang ditentukan untuk satu buku. 

Ada juga beberapa orang memesan lebih dari 10 eksemplar untuk dirinya dan disedekahkan pada orang lain. Diluar dugaan saya, itu semua menyelesaikan biaya cetak yang sempat dikhawatirkan.

Sepekan buku cetakan pertama mendarat di alamat saya, 205 eksemplar buku laris manis tak bersisa. Pekan berikutnya, melalui arahan seorang guru, saya beranikan diri untuk proses cetakan ke-2.

Dari sinilah saya semakin yakin dan percaya. Kita bisa bukan karena luar biasa. Melainkan yakin dan percaya akan kekuatan yang dikaruniakan oleh Tuhan untuk hamba yang mau berusaha dan mengharap pertolongan pada-Nya.

And than, semua manusia memiliki hak yang sama dalam meraih cita. Berjuanglah. Berkilaulah

Coretan di pagi ahad ditemani hembusan angin dan rintik2 hujan, Ruang Mimpi, 8 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun