Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengelola Tantrum

5 November 2020   23:38 Diperbarui: 6 November 2020   16:31 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidaaakkk, huaaaaa." Terdengar tangisan si kecil disertai lengkingan suara sekuat tenaga.
Prang....

Suara benda-benda berjatuhan ke lantai susul menyusul.

Pernah melihat kondisi seperti di atas terjadi pada buah hati Ayah Bunda? Sebuah pemandangan yang tak dikehendaki dan menguji iman di tengah rasa letih yang mendera.

Eits, tenang dulu. Harap Ayah Bunda tak tersulut emosi. Jangan sampai memamerkan seringai kemarahan pada ananda tervinta yang masih belia.

Yuk, kita pelajari, apa gejala yang sedang merundung ananda. Hingga tampa ampun ia membuat barang-barang di rumah berserakan kala dikuasai oleh kemarahan yang membahana.

Tak lupa kita carikan solusi juara untuk meredam amukannya.

Tarik napas dalam-dalam, Ayah Bunda. Tahan sejenak. Hembuskan. Oke, sudah tenang? Mari kita kupas lebih dalam terkait kondisi si kecil yang seperti itu.

Kadang kita menyaksikan ananda sangat emosional. Kemarahannya meledak. Tanpa sebab yang tak dipahami orangtua pula.

Tak bisa dimungkiri, hal seperti kejadian di atas cukup menguji kesabaran Ayah Bunda. Namun, menghadapinya dengan kemarahan bukanlah sikap bijak.

Gejala yang sedang menimpa ananda seperti di atas dikenal dengan istilah "tantrum". 

Disebutkan di laman Alodokter, tantrum adalah keadaan ketika anak meluapkan emosinya dengan cara menangis kencang, berguling-guling di lantai, hingga melempar barang.

Tantrum kerap terjadi pada anak berusia 1-4 tahun. Namun, kadang kala hal ini juga terjadi pada orang dewasa.

Tantrum sebenarnya bukan penyakit mengerikan. Ia merupakan wujud dari ketidakmampuan buah hati dalam mengekspresikan pesan yang ingin disampaikan dengan baik dan benar. 

Jika ini dibiarkan terjadi terus-menerus, akan berdampak buruk pada perkembangan ananda.
Ia bisa saja tumbuh kembang menjadi pribadi yang temperamental. Emosi tidak stabil. Dikendalikan oleh kemarahan yang tak berujung.

Tapi, Ayah Bunda jangan panik dulu. Mari kita kupas cara bijak dalam menghadapi buah hati dengan kondisi tantrum.

Pertama, Tetap tenang
Penulis pernah menghadapi kejadian seperti ini. Tiba-tiba saja keponakan laki-laki yang masih berusia taman kanak-kanak muncul dengan kemarahan yang tidak terkendali. Disertai tangisan yang memilukan pula.

Penulis tak lantas marah. Menghampiri dan memeluknya. Memberikan kesempatan padanya untuk menangis sampai ia tenang.

Hal yang sama terjadi ketika penulis berprofesi sebagai seorang guru PAUD. Menyaksikan seorang siswa sedang mengumbar kemarahannya. Hal yang sama penulis lakukan. Mendekap dan menenangkan ananda. Tak jarang tangan mungilnya itu melayangkan pukulan.

Namun, pukulan tersebut diraih dengan penuh kelembutan. Sembari mengendalikan rasa yang juga menyesak di dada. Agar rasa tak nyaman yang kadang hadir, tak muncul dan menjelma menjadi kemarahan yang tak mendidik terhadap mereka.

Reaksi yang diperoleh luar biasa. Letupan emosi si kecil mulai mereda. Tangisan pun perlahan berhenti. Ia pun bisa diajak bicara dengan kepala dingin.

Menurut penulis, kita harus tenang dalam menghadapi anak dengan gejala tantrum. Lalu mencoba menenangkan si kecil dengan penuh cinta dan kasih sayang. 

Tapi, tetap dengan cara yang mendidik dan diridhai Allah. Bukan dengan jalan instan, yakni memberikan apa pun yang ia suka walaupun hal itu akan berdampak kurang baik padanya.

Kedua, Ajak bicara
Ketika kondisi si kecil mulai tenang, peluang berkomunikasi dengannya akan terbuka. Ajak ia berbicara. Laksana seorang sahabat yang berusaha menjadi pendengar yang baik untuk kawan karibnya.

Jangan berikan bantahan terhadap ungkapan rasa yang disampaikannya. Dengarkan ceritanya hingga tuntas. Cari peluang dan cara terbaik untuk memberikan masukan padanya. Tidak menggunakan kata-kata menggurui apalagi perintah.

Akan lebih bijak mengajak ananda berpikir positif. Melalui kisah ataupun tanya jawab. Arahkan mereka menemukan pelajaran terbaik. Juga belajar menemukan solusi bijak dari setiap persoalan yang dihadapinya.

Buat anak nyaman saat bercerita. Agar tak mencari tempat lain untuk dijadikan pelarian.

Temukan trik jitu selanjutnya pada lembaran buku "Parents Smart untuk Ananda Hebat."

Bahan Bacaan:
Buku Parents Smart untuk Ananda Hebat, Penulis: Herlin Variani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun