"Kalian memiliki hak yang sama dengan mereka untuk berjaya dalam meraih cita. Berjuanglah hingga batas kemampuan yang dimiliki. Abaikan semua sorak sorai penonton."
Motivasi dan spirit tak pernah reda di tekankan pada putra putrinya. Seiring perjalanan waktu, suntikan motivasi tiada henti ini mulai menampakkan hasil manis.
Putra putri keluarga sederhana ini mulai berani menapaki jalan menuju gerbang mimpi tiada henti. Lebih menakjubkan lagi, sibungsu yang acap kali cengeng, kondisi fisiknya paling lemah diantara saudara-saudara, kini mulai memperlihatkan kekuatan istimewanya.
Di tengah keterbatasan, ia mulai menempuh bangku perkuliahan di salah satu kampus tak terkenal di Ranah Minang. Walau beberapa tahun menjalani perkuliahan di ibu kota Sumtra Barat itu, nyaris tak pernah ia menginjakkan kaki di tempat-tempat yang sering dikunjungi teman-temannya
Seperti pusat perbelanjaan, pantai atau tempat wisata lainnya. Bukan karena sok idealis. Melainkan karena keminiman biaya membatasi geraknya.
Walau demikian, dia selalu meraih nilai terbaik di kampusnya. Tak hanya nilai-nilai di atas kertas yang terlihat cemerlang. Ia juga menjadi pimpinan tertinggi di sebuah organisasi mahasiswa terbesar di kampusnya.
Memasuki tahun terakhir kuliah, ia mulai gusar. Untuk menentukan tempat praktek, ia mesti bersaing dengan seluruh mhasiswa senusantara.Â
Kampus-kampus bonafid, menjamin tempat praktek mahasiswanya. Ada kerjasama antara kampus dengan perusahaan yang akan dituju mahasiswa kampus tersebut.Tidak demikian halnya dengan kampus tempat sibungsu menjalani perkuliahan.
"Perkuat doa dan usahamu dik. Jika dekingan mereka manusia, dekingan kita Tuhan. Insya Allah, dekingan kita lebih kuat." Pesan si kakak menjawab kegusaran sibungsu ini.
Berkat keyakinan dan kekuatan doa, akhirnya ia mendapat tempat praktek terbaik di sebuah perusahaan Eropa. Senyum keluarga mengembang. Di masa praktek, ratusan dolar mengalir ke rekening tiap bulannya dari perusahaan tersebut.