Ya Rabb. Di tengah gelora bahagia saat memegang buku perdana, sebuah kabar getir singgah di telinga.
drg.Harfindo Nismal,Sp.Bm -spesialis bedah mulut-, sedang di rawat di ICCU RS UNAND Padang karna positif covid-19. Persendian lunglai mendengarnya.
Siapa beliau? Beliau salah satu dokter terbaik di Sumbar.
Beliau menangani proses pengangkatan gigi bungsu saya berapa tahun silam. Gigi yang tumbuh tak normal. Itu menimbulkan rasa sakit luar biasa.
Saya memyampaikan kekhawatiran saat beliau berkunjung ke bangsal tempat saya dirawat jelang proses operasi dilakukan.Â
Saya sampaikan beberapa kegundahan pada beliau.
Bahwa saya tak ingin diperdengarkan musik saat proses operasi berlangsung.
Saya khawatir aurat saya terlihat oleh non mahrom saya.
Saya sampaikan, bahwa saya belum lama ini bertobat. Saya merasakan manisnya menutup aurat.
Oleh sebab itu, saya tak ingin aurat ini terlihat oleh non mahrom.
Walau itu sehelai rambut.
Itu saya sampaikan dengan wajah sendu. Beliau tersenyum dan mengangguk. Lalu memberikan beberapa kalimat yang mebuat hati tenang.
 "Tenang saja bu. Saya sependapat dengan ibu." Begitu respon beliau tanpa terlihat raut muka jengkel sama sekali.
Dan, hal mengejutkan terjadi. Saat tiba di ruang tunggu operasi.
Saya didatangi oleh seorang perawat perempuan.
Beliau minta posisi seragam pasien operasi yg saya kenakan dirubah posisinya.
Menurutnya, posisi seragam saya keliru.
Saya ikuti. Tak lupa saya pasang peniti untuk penguat. Pasca operasi dan kesadaran pulih, tak ada yang berubah dengan pakaian itu.
Bahkan penitinya pun tak bergeser sama sekali.
Saya menangis hebat. Betapa mulianya drg. Harfindo dalam memenuhi harapan pasien. Padahal saya tak mengenal beliau sebelumnya.
Sebelumnya saya melihat dengan jelas, pasien dengan kasus lain, pakaiannya terlepas.
Ketika masuk ruang operasi, kerudung saya dilepas.
Perawat langsung memasang penutup kepala saya.
Disaat yang bersamaan terdengar sebuah instruksi;
"Seluruh laki-laki keluar dari ruangan ini. Beliau hanya akan ditangani oleh perawat perempuan dan dokter Harfin saja."Â
Sontak tangis saya meledak. Mendengar sebuah instruksi diluar dugaan. Sejatinya saya hanya seorang pasien biasa.
"Apa yang ibu tangiskan?" Tanya salah satu perawat.
Tak ada jawaban. Bahkan saat pemasangan alat-alat detektor jantung ke tubuh saya, perawat mengarahkan saya harus menempel alat itu di mana.
Tangis pun semakin menjadi. Air mata tak dapat dihentikan. Hingga tak sadar karena dampak anestesi umum.
Betapa mulianya dan positifnya drg. Harfin ini. Menghargai dan memenuhi harapan pasien.
Dr Roni, dokter spesialis bedah tulang, positif covid 19. Saat ini sedang di isolasi.
Siapa lagi beliau? Dokter muda sebaya dokter Harfin. Juga sangat saleh. Sebijak dokter Alvin.
Setiap saya konsultasi kesehatan dengannya, beliau selalu bilang;
"Jangan sering ke sini. Semoga ini yg terakhir."
"Ah, ini sakit biasa. Insya Allah besok sehat."
Urat-urat ketegangan mengendor seketika kala mendengar petatah petitih beliau.
Sangat berbeda dengan yang pernah saya dapatkan dari yang lain sebelumnya.
"Ibu MRI saja. Biar tahu apa yg rusak dalam tubuh Ibu. Tapi biayanya mahal."
Ada yg pernah mengatakan begitu.
Nah, giliran ke dokter Roni, beliau bilang, MRI itu ada prosedurnya.
Ndak boleh sembarangan.
"Banyak pun duit kita, itu bukan hal yg bagus. Cukup saat benar-benar urgen saja fasilitas MRI ini dipakai." Begitu titah beliau kala itu.
Setelah melewati beberapa rangkaian prosedur, akhirnya saya MRI.
Semua keperluan saya diurus oleh teman-teman di Solok, Sumbar.
Sahabat saya dan bahkan senior dokter Roni yang bertugas di Solok berkomunikasi dengan beliau terkait kondisi saya.
Hingga proses perawatan saya berjalan sangat lancar. Biaya MRI gratis pun saya peroleh.Â
Seketika saya mendadak merasa seperti seorang putri raja. Mendapat perlakuan istimewa. Realitanya, saya hanya anak seorang petani miskin dari pinggir kota.
Saya merasakan, dua dokter muda ini bak malaikat untuk para pasiennya.
Saya menjadi saksi hidup kemuliaan beliau.Â
Hari ini, saya mohon dengan sangat kepada pembaca yang budiman. Bantu luangkan sedikit waktu untuk mendoakan beliau.
Mohon bantu do'akan, agar beliau segera sembuh dan terbebas dari belenggu covid-19. Semoga beliau diberi umur panjang dan keberkahan dalam hidup.
Bahagia hingga ke surga.
Coretan harapan dari tempat tugas, Senin 12 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H