Koneksi Antar Materi Modul 1.3
Seorang pendidik khususnya Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem Pendidikan. Sementara dalam dunia Pendidikan terdapat pihak-pihak yang berkecimpung didalamnya yaitu siswa, guru, tenaga kependidikan, komite sekolah, orang tua siswa, serta masyarakat sekitar. Untuk itulah seorang  guru penggerak memiliki peran untuk menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi, mewujudkan kepemimpinan murid, menggerakan komunitas praktisi.
Dalam pembelajaran di sekolah, Guru penggerak menjalankan filosofi among Ki Hajar Dewantara:
Ing Ngarso Sung Tuladha ( menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-sifat dan lain-lain)
Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka)
Tut wuri handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju)
Sedangkan ketika menjalankan perannya, seorang guru penggerak menginternalisasikan nilai-nilai Berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif agar tujuan Pendidikan bisa tercapai.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Seperti apa yang diyakini oleh Ki Hajar Dewantara bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka Pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapaianya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan ke generasi-generasi berikutnya.
Manusia yang beradab seperti apa yang dimaksudkan oleh Ki Hajar Dewantara tertuang dalam wujud Profil Pelajar Pancasila. Sebuah pedoman untuk Pendidikan Indonesia dalam membangun karakter anak. Pelajar Pancasila artinya pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. Pelajar yang memiliki ptofil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentukannya yang dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil tersebut menjadi tidak bermakna. Keenam dimensi tersebut adalah : Satu, Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan YME, Kedua Mandiri, Ketiga bernalar kritis, keempat Kreatif, Kelima bergotong-royong, keenam berkebinekaan global
Guru penggerak pun mengadopsi kerangka berpikir inkuiri-apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mereka lugas dalam mengemas pertanyaan-pertanyaan pemantik. Sebuah dialog yang mengungkap potensi, kekuatan atau asset individu maupun sekolah demi pencapaian visi bersama. Inkuiri apresiatif juga dapat menjadi alat bantu dalam proses mengelola perubahan.
Untuk mengadakan sebuah perubahan, inkuiri apresiatif tidak melihat kelemahan dan kekurangan namun justru melihat kelebihan, kekuatan dan asset yang dimiliki. Langkah pertama dengan mengidentifikasi hal bai kapa yang sudah ada kemudian mencari bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan dan memunculkan strategi mewujudkan perubahan kea rah yang lebih baik. Sehingga nantinya kelemahan, kekurangan dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi.
Di sekolah tempat saya mengajar banyak hal baik yang telah menjadi pembiasaan dan kebiasaan siswa-siswi diantaranya, bersalaman dengan guru Ketika datang ke sekolah, bekerja sama membersihkan lingkungan sekolah setiap pagi, tadarus Al Quran, pembiasaan literasi, upacara bendera, belajar berbagi dengan sumbangan infak tiap jumat pagi, kegiatan jumat sehat di minggu pertama, jumat bersih di minggu kedua, jumat rohani di minggu ketiga, jumat ekspresi di minggu keempat, pengibaran bendera setiap hari.
Pembiasaan diatas merupakan asset atau kelebihan di sekolah saya, dimana anak-anak secara otomatis melaksanakan tanpa paksaan. Saya ingin mengadakan sesuatu yang baru yaitu membudayakan antri. Meski selama ini memang ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan dengan menggunakan barisan sebagai bentuk dari antri namun belum sepenuhnya dilaksanakan di sekolah.
Antri merupakan sesuatu yang terlihat sangat sederhana, namun mengandung begitu makna di dalamnya. Karena dalam kegiatan antri itu siswa-siswi belajar tertib, disiplin, sabar dan menghargai orang lain. Harapan dari budaya antri di sekolah adalah siswa-siswi melakukan hal yang sama di lingkungan masyarakat.
Visi yang saya rangkai adalah " Terwujudnya generasi tangguh di era global, berprofil Pelajar Pancasila dan mampu mengembangkan diri sesuai potensi yang dimiliki "
Purbalingga, 10 Oktober 2022
Uniek Widyarti Nugrahani
CPG Angkatan 6 Kelas B.1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H