Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebutir Kelereng yang Kau Punya

29 Juni 2020   23:59 Diperbarui: 30 Juni 2020   00:02 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain kelereng. Sumber : FreeImages.com

Sebutir kelereng terhenti tepat di depan mataku. Tangan mungilmu berusaha meraih dari hadapku. Kau sempatkan kedua bola mata beradu denganku. Kau tersenyum dan memanggilku. Ibu.

Suaramu begitu lirih. Perlahan kau mendekatiku. Meraih dan memelukku. Aku tak kuasa dalam dekap tubuh mungilmu. Meski kau tak henti bicara. Namun seketika kau hentikan kata saat kau sebut namaku. Ibu.

Kembali kau tersenyum. Kali ini kau balikkan tubuh mungilmu. Jemari kecil masih menggenggam erat sebutir kelereng yang kau pungut dari hadapku. Kau bergerak menghampiri sosok lain yang berdiri tegap. Bersiap menerima segala dekap. Dan kau pun dengan lantang memanggilnya. Ayah.

Senyummu semakin lebar. Rasa bahagia kian ditebar. Kau untai segala kisah terlarik lewat bibir mungilmu. Jemarimu masih menggenggam sebutir kelereng yang kau pungut tadi. Kau pandangi genggam mungilmu. Lalu kau buka perlahan telapak tangan berisi sebutir kelereng. Dan kau katakan, "Ini dari Ayah."

Kau tutup telapak tangan perlahan, kembali genggam erat. Sembari menatap lekat. Sosok itu pun memelukmu ke dalam dekap yang begitu hangat. Hingga sebutir kelereng kau genggam semakin kuat. Kembali kau meramu kata dan kau panggil dia. Ayah.

Satu ketika kau diam. Sambil memandangi sebutir kelereng yang masih kau genggam.

"Ada apa?"

"Kapan aku ke sekolah?"

Katamu terbata namun tertata. Aku beradu pandang dengan sosok di hadapku. Juga di hadapmu. Kami tak banyak bicara. Hanya sentuhan lembut tanganku menata rapi helai rambutmu. Kau terdiam. Matamu menjawab pandang dengan sosok yang kau sebut. Ayah.

"Jika tiba saatnya kau pasti ke sana, Nak."

Kau terdiam lalu tersenyum. Sembari membuka perlahan telapak tangan. Sebutir kelereng masih utuh, lalu kau genggam kembali. Kau berjanji akan membawa serta sebutir kelereng tadi ke sekolah jikalau sudah tiba saatnya nanti.

Sebutir kelereng yang kau punya menjadi bekal berharga. Walau sebutir saja namun cukup menuai beragam makna cinta. Dari ayah dan ibu, dalam dekap keluarga.

Niek~
Jogjakarta, 29 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun