Dengan begini prosesi pembagian rapor bisa berjalan dengan lancar. Tenang pun tetap sesuai dengan protokol kesehatan. Terlebih pula menghindari terciptanya kerumunan. Yang akan menyulitkan pun malah menambah keresahan.
Tentu saja tidak menimbulkan kerumunan. Sebab orang akan mengantri dengan kendaraan pribadi. Tak perlu turun, transaksi cukup dilakukan dari atas kendaraan yang ditumpangi. Praktis kan.
Lebih tertib. Pasti. Tak mungkin ada kesempatan untuk menyalip. Atau menerobos antrian orang yang berada di depan. Ini akan sangat merepotkan. Sebab harus putar haluan kendaraan. Yang ada hanya menimbulkan masalah diri sendiri, sehingga akan tetap memilih untuk sabar menanti hingga tiba giliran.
Nah, inilah yang mendasari mengapa dipilih model penerimaan rapor secara Drive Thru. Seperti yang kita tau. Jika penerimaan rapor tiba. Orang tua tentu akan datang ke sekolah sesuka waktu yang dimilikinya.
Meski masih dalam durasi yang tersedia. Namun terkadang terjadi penumpukan di jam yang sama. Akibatnya sekolah penuh dengan antrian pun berakibat terjadi kerumunan.
Jika kondisi normal, pasti hal tersebut masih tetap aman. Namun bayangkan apa yang terjadi di masa pandemi. Tentu saja sangat membahayakan. Di mana kita masih wajib menjaga. Social distancing pun harus terlaksana.
Sehingga menghindari kerumunan menjadi agenda yang tetap dijaga. Dan Drive Thru adalah salah satu solusinya. Orang tua tak perlu turun dari kendaraan, pun penerimaan rapor bisa cepat diselesaikan.
Cara ini terbukti memang efektif. Terlebih tak menimbulkan suasana yang cukup aktif. Lokasi penerimaan rapor pun tetap bisa kondusif. Terjaga dari kerumunan orang tua pada jam yang sama. Sebab Drive Thru dilakukan secara bergantian dengan durasi waktu yang berbeda tiap orang tua.
Penerimaan rapor pun pada akhirnya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Meski di tengah musim pandemi yang masih membuat bimbang. Yang pasti selama kita bisa saling menjaga, tentu semua akan terlaksana dengan baik tentunya.
Pandemi memang dihadirkan agar manusia lebih bijaksana. Dalam mengurai sebentuk lika liku warna dunia. Jika kita mampu membuka mata. Kiranya pandemi bukan sebuah musuh yang harus kita cela.