Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Prinsip Hidup Kura-Kura, Lamban Bukan Berarti Tak Bisa Menambah Kecepatan

14 Juni 2020   21:21 Diperbarui: 14 Juni 2020   21:42 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

"Kok lama betul ya gak kelar-kelar."

Tetiba aku berpikir, sepertinya aku terlalu lamban melakukan setiap pekerjaan. Pelan, pelan. Meski pada akhirnya sanggup kugapai tujuan. Namun aku membutuhkan waktu cukup panjang untuk sebuah kata penyelesaian.

Entahlah. Mungkin apa karena aku yang terlalu lemah. Atau pekerjaan itu memang susah. Hingga aku berpikir bukan hal yang mudah. Menyelesaikan bagai mengurai masalah. Lamban.

Memang tak semua hal kulakukan dengan perlahan. Ada kalanya aku butuh menambah kecepatan. Namun jika kondisi normal aku bisa saja kembali, lamban.

Barangkali ada yang mengalami hal sepertiku. Pelan hingga yang melihat pun tak sabaran. Pada akhirnya mengurai jemu karena terlalu lama menunggu.

Terkadang malu. Tapi lama-lama aku tak memikirkan hal itu. Itulah aku dan caraku. Atau memang Tuhan menciptakan seperti itu. Barangkali begitu, aku tak tau.

Bagiku, tak perlu jadi orang lain jika ingin mencapai tujuan. Gunakan tangan pun badan sesuai kemampuan. Jika tak sanggup melakukan, letakkan.

Tak lupa urai senyuman. Sekalipun terhimpit sebuah kegagalan. Yakin semua kan terasa ringan. Walau masih saja menyandang beban yang tentu tak gampang.

"Lamban, kayak kura-kura."

Hahaha. Benar juga. Kura-kura. Sepertinya makhluk ini memang cocok berpartner denganku. Dalam hal kecepatan. Sama-sama lamban. Aku kira kura-kura punya alasan tersendiri mengapa demikian hingga kini.

Pemalas! Hahaha itu aku. Tapi bukan berarti aku malas melakukan segala hal ya. Malas di sini tentu saja orang lain yang tak sabar menunggu. Gak nyampe-nyampe. Malas kan jadinya. Kelamaan nunggu.

Lihat saja. Pagi-pagi yang lain sudah rapi hingga berlari menjemput mentari. Namun kura-kura tetap tenang seolah tak hiraukan lalu lalang. Yang terpenting baginya adalah melakukan apa yang menjadi kewajiban. Meski lamban.

Kura-kura tak pernah peduli apa yang dikatakan mengenai dirinya. Sebab dia pun tak ingin mencampuri apa yang menjadi urusan makhluk lain. Ini terbukti kura-kura akan berjalan lurus dan terus hingga menyentuh segarnya air laut. Pun apapun yang menjadi tempat bagi kehidupannya.

Menemani anak-anak mungilnya belajar agar bisa menjadi kuat seperti dirinya. Meski lamban, tak mengapa. Biar alam yang mengurai jawaban. Jikalau kura-kura bukan makhluk biasa. Tentu saja.

Seperti yang kita tau, kura-kura hidup dengan kondisi yang berbeda. Begitu berat beban disandang di punggungnya. Namun dia tak pernah mengeluh. Apalagi mengaduh. Tangguh. Meski berat, kura-kura tak pernah tinggalkan rumahnya. Amanah. Barangkali itulah jawabannya.

Jika kita amati, belum tentu makhluk lain bisa melakukan seperti kura-kura. Berjalan sembari membawa beban. Yang ada malah buru-buru diletakkan. Berat. Pun justru pergi meninggalkan. Atau tukeran sama teman cari yang lebih ringan.

Kura-kura bukan makhluk yang mudah berubah pikiran. Dia begitu kukuh dalam menjalani kehidupan. Untuk bisa mencapai tujuan. Tentu perlu sebentuk perjuangan. Dan kura-kura tak berhenti melakukan usaha demi menggapai apa yang menjadi kewajiban.

Jika lelah. Kura-kura hanya tersenyum. Berhenti sejenak, lalu lanjut kembali. Bisa saja dari tempat semula hingga titik tuju, seharian gak nyampe-nyampe. Namun tak pernah mendengar kura-kura mengeluh bukan.

Atau protes dengan melempar rumah yang menempel di badan. Hahaha tentu saja dia tidak akan melakukan. Bukan karena gengsi atau malu.

Namun itulah bentuk tanggungjawab yang dilalu. Dan memang begitu, kura-kura terlahir tak mungkin terpisah dari rumahnya. Dia pasti akan dengan setia menjaga. Walau mungkin kelakuan masih saja sama. Lamban.

Oya, jangan sekali-kali memberi makan kura-kura lewat samping atau bahkan belakang. Dia akan menyerang. Disarankan memberi makan lewat depan agar tetap aman. Mengapa? Sebab kura-kura tak suka dengan segala bentuk ketidaknyamanan. Berhati-hatilah. Meski dia terlihat, lamban.

Ini tentu bukan tak ada maksudnya. Kura-kura tidak galak ya. Namun dia tak suka makhluk lain mengganggunya. Sikap lamban akan berubah seketika. Coba seandainya kita manusia. Tak mau diganggu juga kan? Ya, kira-kira kura-kura pun demikian.

Di sini sebetulnya ada pesan. Jangan anggap remeh makhluk yang terlihat lamban. Meski sepertinya tak mungkin melakukan namun di sisi yang berbeda dia akan membuktikan bahwa lamban bukan hal yang perlu dirisaukan.

Anggap itu sebuah kelebihan. Meski terlihat lemah namun dibalik sikap lamban tersembunyi kecepatan yang tak terduga. Tak percaya, ingat kisah sang kelinci kan.

Selama ini belum pernah mendengar kelinci menang lomba lari. Yang pasti kura-kura lah menjadi kunci. Hingga garis akhir tetap terlihat percaya diri.

Ya, ternyata kesabaran akan menemukan kecepatan meski dengan gaya pun cara yang dimiliki. Jadi yakinlah menjadi diri sendiri tak akan rugi. Meski terselip aneka kekurangan justru di sanalah letak sebuah kekuatan dalam mengarungi kehidupan.

Lamban bukan berarti tak bertanggung jawab. Namun kura-kura hanya menunggu waktu yang paling tepat. Sebab hidup itu bukan soal cepat. Lebih pada bagaimana kita mengurai segala hal dengan cermat. Tak perlu menjadi hebat cukup dengan satu tindak, dan satu tuju yaitu selamat.

Jadi, sudah jelas kan. Kura-kura memang lamban. Namun bukan berarti tidak bisa menambah kecepatan. Sejatinya dia pemerhati kehidupan. Yang terpenting adalah biar lamban asal selamat sampai tujuan. Bukan begitu?

Niek~
Jogjakarta, 14 Juni 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun