Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Budaya Mencuci Tangan, Lindungi Diri dari Ancaman Kuman

18 Maret 2020   17:32 Diperbarui: 18 Maret 2020   17:42 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : lifestyle.okezone.com

"Nak jangan lupa cuci tangan ya..."

Begitulah aku kerap mengingatkan. Pada ketiga anakku untuk rajin mencuci tangan. Dimanapun, kapanpun dan bagaimanapun kondisinya. Mencuci tangan tak boleh diabai begitu saja.

Mengapa harus memperhatikan kebersihan tangan? Ya, tangan adalah bagian yang aktif melakukan kegiatan. Dimana perilaku bertumpu pada sentuhan.

Merupakan media penghantar segala sesuatu yang memungkinkan masuk ke seluruh badan. Sehingga tangan menjadi area yang cukup menarik bersarangnya para kuman. Jika tak rajin dibersihkan tentu ini sangat berbahaya bagi kesehatan.

Sebelum atau usai melakukan kegiatan. Termasuk acara makan. Adalah hal yang tak luput dari perhatian. Sepulang dari bepergian mencuci tangan tak boleh dilupakan. Menjadi sebuah kebiasaan bahkan merupakan kewajiban.

Kebetulan anak-anakku sudah begitu akrab. Mencuci tangan menjadi budaya yang dilakukan setiap saat. Tak hanya sekejap. Menjadi agenda rutin meski aku sedang tak melihat. Mereka secara mandiri bisa melakukan. Tak perlu perintah meski tetap harus selalu diingatkan.

Usia anak-anak masih dalam pendampingan pun pengawasan. Mengenai pentingnya budaya mencuci tangan. Dimulai sejak usia dini kiranya tak akan merugi. Justru hal ini sangat dianjurkan supaya anak lebih mengerti. Seberapa penting menjaga kebersihan diri.

Budaya mencuci tangan merupakan bentuk pembiasaan, digalakkan tentu bukan tanpa tujuan. Sedari dulu hingga sekarang kiranya budaya mencuci tangan sudah marak didengungkan. Hanya saja sebagian dari kita terkadang masih meremehkan.

Mencuci tangan yang baik dan benar kiranya tak sedikit dipublikasikan. Oleh instansi pun petugas kesehatan yang turun ke lapangan. Aku ingat betul ketika petugas kesehatan berkunjung ke lingkungan kami beberapa waktu silam. Menginformasikan bagaimana mencuci tangan yang baik dan benar.

Ada enam tahapan mencuci tangan sesuai standart WHO. Jikalau tertib dilakukan maka terhindar dari ancaman kuman. Nah, agar keenam langkah tersebut selalu lekat dalam ingat, petugas kesehatan mengajari kami dalam bentuk nyanyian. Dengan nada lagu yang tak asing di pendengaran. Yuk simak bersama keenam tahapan tersebut dengan nada lagu "Naik Becak" :

"(1) Basuh telapak tangan,
(2) Punggung tangannya juga,
(3) Masuk ke sela sela,
(4) Dua tangan mengunci,
(5) Jempol kanan dan kiri,
(6) Ujungnya jari-jari,
Bersama kami menuju sehat."

Dengan nyanyian tersebut diharapkan para orang tua bisa menularkan kepada anak-anak. Melalui nada yang tak asing seperti lagu "Naik Becak". Mudah dipahami pun dimengerti. Kemudian dipraktekkan setiap hari. Asyik kan?

Sumber : fr-fr.facebook.com
Sumber : fr-fr.facebook.com

Begitu pentingnya mencuci tangan. Bahkan ketika bepergian aku selalu mengamati dimana posisi keran. Mencuci tangan dengan air mengalir tentu lebih dianjurkan. Namun saat tidak menemukan maka hand sanitizer kerap menjadi pilihan.

Ya, membawa cairan pencuci tangan (hand sanitizer) kiranya wajib dilakukan jikalau kita tengah melakukan perjalanan. Hal ini tentu untuk memudahkan. Ketika kesulitan mendapat air untuk membasuh tangan.

Seperti yang dilansir alam doktersehat.com, hand sanitizer itu sendiri merupakan cairan pembersih tangan sebagai alternatif untuk cuci tangan selain menggunakan sabun dan air.

Jadi benar adanya jika dalam keadaan terpaksa maka hand sanitizer bisa menjadi salah satu solusinya. Saat itu juga bisa langsung digunakan. Sehingga anak-anak tetap terjaga kebersihan badan. Dan terhindar dari aneka jenis kuman. Paling tidak meminimalisir terpapar penyakit yang membahayakan.

Tak terkecuali virus yang bertebaran. Menyusup pada udara yang kita hirup. Pun menempel di area umum yang menjadi persinggahan.

Berawal dari anakku yang alergi debu, hand sanitizer tak pernah luput dari saku. Dalam perjalanan, usai bermain pun memegang sesuatu di tempat umum, pasti berakhir dengan mengusap tangan. Sehingga hand sanitizer menjadi barang yang wajib dibawa dalam genggaman.

Namun semenjak virus corona menyerang seluruh belahan dunia. Hand sanitizer pun sontak menjadi barang langka. Tapi apa mau dikata, sebagai manusia tentu kita hanya bisa lebih berusaha.

Membuat hand sanitizer sendiri tak salah tuk dicoba. Tentu dengan memilih bahan alami yang mudah ditemui. Pun aman dari jangkauan anak-anak usia dini.

Salah satunya bisa dengan campuran lidah buaya dan kemangi. Yang sedang marak didengungkan sekarang ini. Dengan cara memblender daging lidah buaya dan daun kemangi dengan perbandingan air yang sama. Jadilah hand sanitizer yang siap digunakan pun dibawa kemana saja.

Jadi jangan khawatir, yakin Tuhan telah mengatur sedemikian adil, bagi manusia yang mau berpikir. Lewat alam Tuhan bisikan jalan, dihembuskan di sela gemulai dedaunan. Tentu saja semua demi kebaikan.

Tugas manusia hanya menguntai doa pun ikhtiar yang terus ditingkatkan. Dan yang tak kalah penting apapun kondisinya pembiasaan mencuci tangan tetap harus dicanangkan. Lindungi diri dari ancaman kuman.

Begitu berartinya mencuci tangan. Menjadi budaya untuk saling mengingatkan, dimanapun dan kapanpun harus dilakukan. Jika wabah sudah menyerang, tak ada jalan lain selain meningkatkan kewaspadaan. Bagaimana setuju kan?

[Sumber referensi]

Niek~
Jogjakarta, 18 Maret 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun