Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Mozaik Cinta

5 Maret 2020   11:16 Diperbarui: 5 Maret 2020   11:16 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyanyian alam
Begitu menyayat kelam
Terdiam
Hanya bibir bergumam

Sketsa wajah membelai rindu
Merajah sendu
Mengiris batin membelah kalbu
Kau hadir tepat di anganku

"Ibu, katakan padaku, adakah duka di sudut matamu?"

Ibu hanya tersenyum
Walau nadinya berdentum
Mata sedikit sayu
Menyelinap berjuta pilu

Pusaran waktu menelan cerita
Satu persatu potongan rasa
Tenggelam bersama asa
Mata ibu kembali berkaca

Tetiba serpihan mimpi diraihnya
Lalu berpesan pada bulan
Temani malam hingga akhir zaman
Lalu dipungutinya cinta
Pada helai nafas yang tersisa

Bingkai hati tersusun rapi
Ibu menatap di tengah sunyi
Bibirnya tak henti melantunkan
Doa-doa terbaik pun dipanjatkan

"Nak, hidup ini kejam, janganlah menjadi hitam. Jadilah bijak di antara tumpukan sekam. Tak terlihat, manfaat yang bertindak."

Tak banyak kata
Sedikit bicara
Ibu membingkai hari
Bersama serpihan mimpi

Andai waktu bisa terulang
Kususun potongan asa agar tak hilang
Percayalah mozaik cintamu
Kan abadi dalam bingkai nafasku

Niek~
Jogjakarta, 5 Maret 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun