Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Saujana di Kesunyian

7 September 2019   07:47 Diperbarui: 7 September 2019   08:01 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com/Cleverpix

Semburat ungu tetiba menyapaku. Saat itu, hanya Kau dan aku. Merajut pandang tanpa butiran debu. Tatap seakan tak henti mengoyak rindu. Begitu tajam hingga padamkan jelaga ragu.

Belaian nan lembut menyapa semesta. Meski tak ada rajut kata. Hanya kesunyian yang menyapa raga. Kau datang diantara serpihan asa terpendam. Hempas sembilu yang coba menikam. Diantara riuh sang penggoda kalbu. Kau tegap meski di tengah senyap.

Cahaya temaram lintasi ruas kegelapan. Lewati dinding kesunyian. Riak malam kian rengkuh kehampaan. Menyeruak kesunyian nan mencekam. Hingga tak terdengar penghuni malam nyanyikan kidung kerinduan alam. Kemanakah rembulan yang sempat singgah menyulam cahaya kelam?  

Begitulah semesta, tak selamanya berbalut keindahan surga. Terkadang berselimut semu pun berhias kepiluan. Menembus urat nadi kesejukkan. Hingga diri terasa terkungkung dalam dinginnya laut kesendirian.

Barangkali inilah jawaban mengapa roda kehidupan setia berputar pada poros haluan? Di satu masa kan terasa getar kebahagiaan. Saat berada pada puncak tertinggi nan menawan. Sungguh, badai keindahan kerap menerpa laju perjalanan.

Namun, jika tiba masa terayun pada titik terendah. Seketika sapa gundah merekah. Tiba saat gelar puing ketegaran. Halau pemeluk jelaga  keresahan. Berbekal bulir keyakinan. Tepis telaga kegelisahan. Yakin Kau tak mungkin biarkan diri tergadai melewati batas kemampuan.

Saujana di kesunyian. Kiranya mampu menembus ruang kebimbangan. Tepikan semu nan merajam kesabaran. Saat goda dunia kerap menawan kebijakan. Tetiba terganti cahaya keikhlasan merengkuh kemuliaan.

Saujana di kesunyian, kulihat pelangi melintas pada jembatan kegelapan. Suka duka menjadi teman tak terpisahkan. Bergandengan menghiasi setiap helai daun kehidupan. Gurat resah terhapus oleh serpihan asa yang melekat dalam benak pikiran.  

Saujana, coba meniti waktu yang kerap membisu. Degup rasa tak kan lari dan berlalu. Jikalau terengkuh dalam senada cinta terbalut rindu. Semesta pun kan bertasbih pada-Mu.

Saujana begitu tajam menembus ruang kesunyian. Tak tergoda riak keraguan. Tercambuk bilah keyakinan. Meski harus rela terpilin ruas kehampaan. Berharap hanya sementara memeluk kebimbangan.

Saujana di kesunyian. Bulir kesyukuran coba disematkan. Diantara riuh kegalauan. Menelusuri puing kesetiaan. Asa tak henti ditambatkan. Pada dermaga cita pun dilabuhkan.

Saujana di kesunyian membuatku kian tertawan. Dalam bilik kerinduan kubertahan. Terdiam, menerawang hingga menikam biduk  kegundahan. Coba temukan ketenangan yang tersembunyi di tengah temaram malam.

Saujana di kesunyian akhirnya membawa diri pada ketertundukan jiwa. Walau begitu jauh dari makna sempurna. Hingga kedua mata dipejamkan. Angan berkelana menyusuri lentera kehidupan. Tentu, hanya Kau yang dituju. Sebagai sang pemilik keabadian.

Niek~
Jogjakarta, 7 September 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun