Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Mengukir Cerita Senja

26 Agustus 2019   00:07 Diperbarui: 26 Agustus 2019   00:25 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi sang surya yang mengiring senja. Saat rembulan mulai meretas kelam pun tampakkan sapa manja. Mega hadir dipelupuk mata dengan harap terbuka asa. Hamparan bumi menyapa sembari menguntai makna kata bahagia.

Merdu, begitu membelai rindu. Alunan nan syahdu. Menyapa hati pada sudut kalbu. Rupanya mampu hentikan sejenak gejolak nurani. Hanya sekedar singgah, lalu nikmati pesona nan membuai relung hati. Apa kabar hari ini?

Bagiku, senja adalah waktu tuk menata kata. Merangkai rasa hingga terukir cerita pada satu tahap masa. Baik pun buruk yang tersaji tergantung pada ukiran tangan manusia.

Senja bagai ujung haluan. Yang terputar pada ruas harapan. Mengarungi mimpi yang terbentang pada samudera kehidupan.

Mengapa harus senja? Sebab senja waktu terindah tuk mengungkap rasa. Kala hati mulai meletak lelah. Sebelum raga siap direbah. Saat itulah senja hadir menyapa kisah. Kiranya senja kan setia menyimak tanpa helai resah.

Begitulah semburat senja seakan memberi tanda. Putaran waktu begitu jelas tertata. Senja mengganti surya. Seolah mengajak kita mengeja cerita sebelum malam menyapa.

Tak keluhkan letih, meski terkadang langkah tertatih. Tak ada alasan tuk tak ikuti kata hati, walau sekedar berbisik lirih. Yakin pada Sang Pencipta. Di satu titik masa kan beri jawab yang begitu nyata.

Lalu cerita apa yang hendak diukir pada senja? Tentu hanya kita yang bisa ungkap dengan segenap rasa. Bagaimana kata bercerita pada untaian rasa? Biarlah tangan semesta yang kan mengurai hingga ujung masa.

Senja begitu bijak. Tak kan pandai dia menolak. Meski hanya terukir selembar sajak. Rangkai asa walau hati terkoyak penat. Meniti hari, semai nuansa suka nan semerbak. Pun dalam balutan duka yang kerap hinggap. Dan senja kan tetap setia menyimak.

Meski senja bukan penentu. Namun sanggup memberi batas waktu. Memungut puing puing kata penyibak pilu. Patahkan lara pun siap menatap sembilu. Ukiran cerita senja menjadi saksi bisu.

Begitulah kisah semesta. Tentu tak selamanya terukir manis. Tak jarang pun tergores tangis. Hidup bagai putaran roda. Kadang tak hadir penghalang pun kerap terhalang noda. Yakin tiap lembar tersemat asa dibaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun