Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bersahabat dengan Penat

31 Juli 2019   01:58 Diperbarui: 31 Juli 2019   02:22 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang kita rasakan jikalau hari beranjak petang? Penat! Ah, kukira kata itu kerap hinggap. Bagaimana tidak, kala senja tlah singgah seolah raga tak lagi bersahabat. Pun ingin segera beristirahat. Lelah, tentu saja. Dan inilah yang kerap menimbulkan suasana hati menjadi tak menentu. Kata "nyaman" pun entah dimana rimbanya, jikalau raga tak diistirahatkan dengan segera.

Penat bisa menyerang siapa saja. Kapan saja dan dimana saja. Seorang dokter yang menghadapi pasien secara terus menerus setiap hari, sudah pasti merasakan penat. Juru masak yang tak henti mengolah aneka menu untuk disaji, pun kan mengalami penat. Hingga sopir truk yang menempuh perjalanan jauh, terpaksa harus segera menepi tuk melepas penat. Jika tidak, maka akan bertaruh dengan kata "selamat".

Selain itu, pekerjaan yang berselimut penat pasti tak kan membuahkan hasil yang maksimal. Siapa yang kan rugi? Tentu kita semua kan menanggung hal yang tak mengenakkan ini.

Tak terkecuali dengan para pekerja kantoran, dalam keseharian melakukan aktivitas rutin yang membutuhkan energi pun pikiran. Tentu tak bisa mengelak penat yang kerap hinggap tak hanya sekejap.

Apalagi, bagi seorang emak rumahan sepertiku. Yang mana ruang kerjaku tak pernah berpindah pintu. Hanya terpaku pada dinding rumah hingga tungku. Penat tentu kerap meraja kapan dia mau. Bahkan tak padang waktu. Hawa bosan sudah tentu menjadi sarang pemicu.

Penat, satu kata hebat yang membuat segala aktivitas kiranya harus dihentikan sejenak. Jika tidak, akan membuat tak nyaman seluruh rangkaian pekerjaan. Suasana hati pun jadi tak karuan. Dan jika tetap dipelihara meraja, maka aktivitas menjadi tak maksimal dilakukan. Lalu, bagaimana agar stabilitas hati bisa tetap terjaga, ditengah gejolak penat yang tak bisa dicegah datangnya?

Jujur aku pun belum sepenuhnya bisa. Apalagi aku hanya seorang emak biasa. Mengusir penat bukanlah hal biasa. Bahkan menurutku, mustahil dicoba. Mengapa? Sebab penat merupakan bentuk reaksi tubuh. Yang terjadi secara alami. Sebagai wujud pengendalian bahwa sebetulnya kita masih menyimpan kekuatan. Namun butuh sebuah kata lanjutan, yaitu "rehat". Hal ini berguna agar kekuatan baru bisa muncul dan digunakan untuk mengatur tugas penting selanjutnya yang sudah mengantri dihadapan.

Penat bagai alarm. Yang kan menyala jikalau raga tak lagi mampu menanggung beban. Itu pertanda tubuh ingin segera diistirahatkan. Maka solusi terbaik adalah bersahabat dengan penat. Bagaimana caranya?

Masing masing orang tentu memiliki cara berbeda. Dalam menghadapi penat tuk dijadikan sahabat. Kiranya merupakan sebuah tindakan bijak. Mengistirahatkan raga barang sesaat. Agar bisa tersusun kekuatan lanjutan yang lebih hebat.

Tidur Cukup dan Teratur


Tidur merupakan solusi yang paling mudah dilakukan. Merebahkan tubuh sembari meletakkan sejenak beban. Tujuannya agar tubuh lebih rileks sehingga siap menerima penat tahap berikutnya. Tentu dengan kekuatan yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun