Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Audrey dan "Mereka", Korban Kemajuan Zaman

14 April 2019   00:52 Diperbarui: 14 April 2019   15:18 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kekerasan terhadap anak dan perempuan. (pixabay)

Audrey. Nama ini begitu menggema beberapa pekan belakangan. Di berbagai media bahkan perbincangan orang. Selalu terselip nama Audrey. Jujur awalnya aku tak begitu faham. Mengenai kabar beritanya yang begitu merebak. Namun setelah kucoba membaca pada salah satu media. Sontak mataku terjebak. Hati seakan koyak.

Perundungan. Sebuah hal yang begitu miris dalam benak pikiran. Seakan kembali menyeruak menjadi trend dikalangan mereka. Para usia yang beranjak remaja. Pun bahkan masih belia. Aku tak habis bertanya. Pada diriku berkaca. Ini salah siapa?

Jika sudah terjadi, rasanya tak bijak jikalau menyalahkan berbagai pihak. Yang terbaik adalah mencari solusi. Sebab korban harus segera ditangani. Dan pelaku pun harus diadili. Agar tak terjadi hal serupa juga kasus yang sama.

Ibu. Begitu miris hatiku. Karena aku pun seorang ibu. Meski ketiga anakku tak ada yang wanita. Namun aku adalah wanita. Sama seperti mereka. Bagaimana rasa hatinya? Juga kedua orang tuanya? Tentu aku bisa memahaminya.

Keadilan memang harus ditegakkan. Pun tak memandang usia. Hanya perlakuan yang tentu berbeda. Yang pasti agar mereka jera dan mengerti. Bahwa perundungan bukan sebuah kewajaran. Namun merupakan perusakan moral yang harus dihentikan.

Sungguh kabar ini begitu mengetuk hati setiap orang tua. Aku yakin mereka pasti memiliki pemikiran yang sama. "Jangan sampai terjadi pada anak-anak kita". Begitulah.

Lalu apakah dengan begitu kita akan diam? Atau bungkam? Aku harap jangan! Lindungilah anak-anak kita. Sebab zaman kian mengalami kemajuan. Pun mengancam pemikiran. Terutama anak-anak yang masih butuh pengawasan.

Sumber : kabar24.bisnis.com
Sumber : kabar24.bisnis.com
Ya, zaman semakin melaju tanpa rasa tau. Lalu apa hubungan kemajuan zaman dengan pendidikan moral? Tentu sangat berhubungan erat. Aku yakin sebagian dari orang tua sudah memahami lebih banyak. Mengenai dampak dari kemajuan yang kian pesat. Terhadap pendidikan moral yang harus ditegak. Dan inilah saatnya kita bertindak.

Bagaimana caranya? Aku memang bukan ahli pendidikan maupun psikologi anak. Namun dari sekian tahun aku menjalani profesiku sebagai seorang ibu. Kiranya aku masih saja terus berusaha untuk bisa belajar dari ketiga anakku yang kini mulai beranjak menapak laju kehidupan dunia.

Penat. Sungguh penat. Kadang aku pun tak kuat. Menghadapi perkembangan zaman yang semakin hebat. Harus bagaimana aku sebagai seorang ibu? Tentu dengan seiring waktu berjalan. Aku berusaha menata mereka perlahan. Tak jarang kuhadang cobaan. Yang pasti harapan tetap harus disematkan.

Agar mereka tak tersesat. Dan akhirnya terjebak. Pada realita kehidupan berbalut kemajuan zaman yang semakin kuat. Aku hanya bisa berusaha melakukan tindakan. Meski hanya sekedar hampir mendekati tepat. Tak mengapa. Yang terpenting adalah mencoba berusaha.

Pelukan Hangat

Seiring laju perkembangan zaman. Terkadang kita melupakan hal yang amat sederhana namun teramat dibutuhkan. Pelukan. Ya, sebuah pelukan rupanya kerap dilupakan. Tergantikan dengan buaian gawai yang membuat lalai.

Pelukan ibu rupanya bisa mengalirkan energi positif terhadap hati anak. Yang tak bisa digantikan oleh apapun juga di dunia. Sebuah pelukan hangat, mampu membuat kepercayaan anak meningkat.

Pelukan hangat mampu membuat kepercayaan anak meningkat. Sumber : emaksuper.com
Pelukan hangat mampu membuat kepercayaan anak meningkat. Sumber : emaksuper.com
Maka sempatkan tuk memeluk buah hati barang sesaat. Agar mereka terbalut kasih yang tiada terganti. Karena ibu adalah pelabuhan. Tempat curahan segala resah jiwa. Apapun itu, peluklah agar mereka bahagia.

Jikalau anak telah sematkan rasa percaya, kiranya kesejukan hati kan selalu mengiringi. Itulah harapan abadi seorang ibu. Melihat buah hati tumbuh dalam balutan kasih sayang. Sehingga kasih sayang pun kan disemai kepada orang orang di sekitar yang berinteraksi dengannya.

Komunikasi yang Sehat

Beberapa kali anakku bertanya padaku, "Bu, artinya ini apa? Terus kalau itu apa?"

Aku kaget bukan kepalang, sebab pertanyaan tersebut kerap berkaitan dengan kosakata yang baru dia dapat dari teman. Ada yang baik ada pula yang tidak. Namun aku berusaha sejujur mungkin menjelaskan satu persatu tentang istilah istilah yang ingin dia ketahui.

Mengapa? Tentu agar dia merasa puas sebab aku bisa menjadi kamus berjalannya yang terpercaya. Jangan sampai posisiku ini terganti oleh media atau orang lain yang belum kupercaya. Ini akan berakibat buruk pada perkembangannya. Apalagi jika informasi yang didapat tak lengkap. Yang terjadi anak akan salah tangkap juga keliru mengartikan. Jangan sampai terjadi demikian.

Aku senang sebab anakku sejauh ini masih percaya kepadaku. Dengan jujur bertanya mengenai ini dan itu. Itu berarti dia meletakkan kepercayaan seutuhnya. Hal itu pula yang membuat komunikasi kami berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga terhindar dari transfer informasi yang tak semestinya diterima.

Komunikasi seperti ini kiranya bisa mempererat ikatan batin sehingga anak tidak berusaha lari lalu berpindah ke lain hati. Ini yang terkadang mengkhawatirkan. Apalagi di zaman seperti sekarang. Dimana internet menjadi pusat informasi masa kini dan terkini. Jika tak didampingi tentu bisa berdampak fatal dikemudian hari.

Dalam komunikasi yang sehat akan terjadi transfer informasi yang diharapkan. Sumber : sehatmagz.com
Dalam komunikasi yang sehat akan terjadi transfer informasi yang diharapkan. Sumber : sehatmagz.com
Kepribadian yang tersesat menjadi sebuah ancaman yang mengerikan. Inilah pentingnya sebuah komunikasi yang sehat antara orang tua dan anak. Agar anak selalu merasa terlindungi serta terjaga kejujuran. Sehingga terhindar dari salah pergaulan yang menjebak.

Menjalin Kerjasama yang Erat dengan Guru di Sekolah

Guru di sekolah merupakan orang tua kedua. Hal ini kiranya yang harus disematkan dalam diri anak. Agar anak pun tumbuh rasa hormat terhadap guru sebagaimana orang tua mereka. Sehingga dengan begitu guru akan lebih mudah membantu membentuk kepribadian anak sebagaimana yang diharapkan.

Guru sebagai orang tua kedua. Sumber : educaguru.id
Guru sebagai orang tua kedua. Sumber : educaguru.id
Kita wajib menjalin kerjasama yang baik dengan guru di sekolah. Agar guru mengetahui perkembangan anak di rumah. Pun sebaliknya orang tua, mengetahui kegiatan serta tingkah anak di sekolah.

Sehingga bisa dilakukan tindakan senada, antara orang tua dan guru. Tentu agar anak pun merasa terlindungi baik di rumah maupun di sekolah. Balutan kasih sayang orang tua serta guru sebagai orang tua kedua kiranya bisa menjadi bekal berharga dalam menghadapi gelap dan gemerlap laju dunia. Juga kemajuan zaman yang kian meraja.

***

Itulah beberapa langkah yang sedang aku coba. Kiranya bisa menjadi bagian dari ikhtiar kita sebagai orang tua. Manusia hanya bisa berusaha. Namun Tuhan tetaplah penentunya. Dia Yang Maha Membolak balikkan hati manusia. Anak-anak hanya manusia biasa, pun sama seperti kita para orang tua. Tempatnya salah juga lupa. Tentu hanya kekuatan doa yang menjadi senjata paling utama.

Semoga Tuhan senantiasa melindungi anak-anak kita dimana pun berada. Sebab kita tak bisa selalu mengawasi segala tindakan mereka. Memberi kepercayaan juga tanggung jawab adalah hal bijak yang perlu ditindak. Sebab laju perkembangan zaman tak bisa dielak. Dan kemajuan pun semakin marak.

Menapaki zaman dengan bekal kepribadian kiranya bisa menjadi panduan. Agar perundungan tak lagi dihembuskan. Audrey dan mereka merupakan korban kemajuan zaman. Cukuplah kiranya menjadi sebuah pelajaran yang harus dihentikan.

Niek~
Jogjakarta, 14 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun