Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengingat Damai yang Terlupa

10 April 2019   16:45 Diperbarui: 10 April 2019   16:59 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka begitu menggoda, sejuk menerpa raga. Senyum dikulum dari bibir merona terbalut rupa mulia.

Mereka. Iya mereka, begitu tenang terbentang. Elok menyambut sapa mentari. Membalut kelembutan alam yang menari.

Kuberdiri dihadapan. Dengan tatapan jauh ke depan. Merapi menjulang siap menghadang pandangan. Menoreh sapa sembari berucap. Salam jumpa. Damai melihatmu bahagia.

Sang penghuni kerajaan. Bersanding dengan mahkota keindahan. Semilir angin berbalut permadani yang hampir menguning. Tersemai menanti ulur sapa petani mengiring.

Bulir bulir seolah tak sabar bermekar. Usai menua siap direngkuh sang pemilik lahan. Dinikmati para penikmat. Disantap walau sesaat pun terasa nikmat. Masya Allah.

Sungguh begitu damai. Alam nan riuh pun ramai. Dihempas angin sepoi. Saling mengait menoreh cerita mengusir sunyi. Tak sedikit terasa penat menyemat. Hanya tenang yang terkenang dalam pikir dan pandang.

Sejenak ku tertegun, sapanya nan ramah. Begitu murah Kau beri pesona alami nan merekah. Hingga kami tak merasa kurang diri. Segala isi raga tercukupi. Pun tersisa untuk sesama makhluk di bumi.

Senyum di wajah terurai sudah. Gurat semburat pun menyingkir. Dari balik tirai raya melambai kuberpikir. Hati tak terbesit tuk mangkir. Memaut kepingan asa. Mengait jemari pertahankan kekuatan. Tapaki jejak dengan laju yang begitu mantap menghampiri cahaya kesyukuran.

Kusapa alam dengan penuh damai tenteram. Mereka yang lekat dihadapan. Membasuh wajahku hingga senja menjelang. Kan kulukis kisah di bentang alam-Mu yang begitu manis. Dengan tinta dan helai kertas putih tanpa noda tergores pun teriris.

Kubagi rasa kagum ini pada mereka. Agar tak hilang syukur di dada. Atau sekedar bertanya kabar. Sebentang alam yang kian tersebar. Kan sampaikan senyuman keindahan. Lalu katakan pada-Nya, aku begitu bahagia bersanding dalam dekapan alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun