10 Februari 2019, sekitar pukul 10.00 WIB, aku melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang. Maksud hati hendak mengunjungi Patung Gajah kesukaan anakku di belakang Masjid Klidon, Ngaglik Sleman. Tempat itu berada beberapa kilometer dari rumah tinggalku.
Tetiba di sekitar Masjid Klidon, kecepatan aku kurangi. Awalnya sempat hendak kubelokkan ke arah kanan, namun kubatalkan. Kemudian aku arahkan kendaraanku ke sebelah kiri. Sebab aku melihat keganjilan di ujung jalan.
Beberapa meter di depanku telah berhenti sebuah mobil polisi. Terlihat dua orang polisi tengah sibuk mengeluarkan pita kuning lalu diselendangkan menutupi badan jalan. Pertanda jalan tersebut tak boleh dilalui kendaraan.
Ada kejadian apa gerangan? Aku pun segera turun dari kendaraan. Mencoba mencari tau perihal kejadian. Rupanya seorang nenek tua ditemukan tak bernyawa di dalam selokan, tepat di persimpangan jalan menuju Patung Gajah.
Menurut saksi mata, nenek tersebut sedang berjalan menuju ke arah persawahan yang berada beberapa meter dari lokasi kejadian. Tiba-tiba terjatuh, dan masuk ke dalam parit yang kedalamannya mencapai lutut orang dewasa. Sebelumnya nenek ini memang diduga menderita stroke.
Seketika kakiku terasa gemetar. Kasihan sekali nenek itu. Aku tak begitu paham daerah tersebut. Lalu aku mencoba menanyakan pada penjual nasi padang yang berada di dekat lokasi kejadian mengenai si nenek malang tadi. Ternyata nenek tersebut tinggal di sebuah gubuk dekat lapangan Klidon bersama seorang kakek tua.
Sontak aku tak bisa berkata apa. Hanya mataku yang berbicara. Entah bagaimana kisah selanjutnya. Yang pasti si nenek tua pada ujung usia harus berakhir sedemikian tragisnya.
Ketika itu sang kakek tengah pergi berkeliling rumah warga. Sehingga ketika si nenek terjatuh dan meninggal, kakek tersebut tidak sedang berada di rumah. Beruntung warga sekitar tanggap. Seketika dipanggil aparat setempat dan ambulan dari puskesmas terdekat, guna mengurus jenasah sang nenek.
Tindakan warga seketika itu kiranya sudah tepat. Apalagi pasangan lansia ini tak punya sanak famili. Siapa yang wajib peduli, kalau bukan warga sekitar yang kerap dijumpai.
Tetangga adalah saudara paling dekat. Mungkin begitu istilah yang tepat. Kalau bukan tetangga, siapa lagi yang akan jadi penolong tercepat. Apalagi untuk lansia seperti ini, kiranya memang dibutuhkan tetangga yang siap dan peduli. Sebab tak ada sanak famili, pada siapa lagi mereka mendapat empati.
Ketika kulihat mobil ambulans segera datang, hatiku pun tenang. Sebab jenasah memang harus segera dirawat hingga dikebumikan. Jikalau tidak maka bisa menjadi dosa jamaah bagi warga sekitar.
Jalanan berangsur normal kembali. Kulihat hanya warga setempat yang bersiap mengurus jenasah untuk diautopsi. Kepedulian mereka kepada lansia patut kita apresiasi. Sebab lansia itu bagai kembali ke masa bayi. Harus dirawat dan diperhatikan dengan teliti.
Niek~
Jogjakarta, 10 February 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H