Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Titik Awal Sebuah Kata "Bijaksana"

24 Januari 2019   11:34 Diperbarui: 25 Januari 2019   08:34 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seringkali kita mendengar kalimat, "Tak ada manusia yang terlahir sempurna".

Benar demikian adanya. Tak terkecuali diri kita, yang hanya manusia biasa. Terlahir dengan ego yang tak bisa dipungkiri kehadirannya. Ya, karena ego adalah bagian dari diri manusia. Sudah sewajarnya terkadang muncul tiba-tiba. Bahkan tanpa kita sadari datangnya. Lalu hilang begitu saja.

Kalau kita ingin sesuatu, seketika itu pula ego kita muncul. Kadang dalam porsi wajar. Tak jarang pun berlebihan. Asal jangan sampai kita menjadi manusia yang egois. Egois? Ah sepertinya kerap juga menyapa kita. Hmm. Akui sajalah, aku pun demikian pula. Ya sudah tak mengapa, mungkin ini bagian dari duniawi.

Yang terpenting keegoisan kita jangan sampai mengganggu bahkan melukai orang lain disekitar kita. Nah itu yang harus kita hindari. Karena kita pun tak mau diganggu atau dilukai orang lain bukan?

Meski tak ada manusia yang sempurna, namun berusaha menuju sempurna kiranya menjadi dambaan setiap manusia. Ingin membahagiakan orang lain. Juga memberikan arti yang terbaik untuk orang yang kita sayangi, kiranya merupakan keinginan setiap insan di dunia ini.

Jikalau setiap orang mempunyai keinginan yang indah dalam waktu bersamaan, sungguh sesuatu yang luar biasa. Dunia ini pastilah dipenuhi kedamaian. Tanpa ada pertikaian.

Keluarga adalah sebuah awal yang paling sederhana. Dimana ego ego berkumpul dan bercengkerama. Terkadang egois tak bisa dipungkiri, menyapa setiap hati dengan beragam kata dan keinginan yang berbeda.

Ketika berbagai karakter dengan bermacam warna tinggal dalam satu sisi. Saat itu pula interaksi beberapa ego pun terjadi. Akan indah bila terpadu dengan rapi.

Namun akan menjadi sebuah hal yang tak mengenakkan bila ego ego saling bertolak belakang. Meski begitu, manusia tetaplah manusia, tak ada yang sempurna. Sehingga pertemuan ego yang tak bisa dihindari pun harus dihadapi dengan lapang dan bijaksana.

Kiranya kata "bijaksana" inilah kunci utama. Dimana menyatukan berbagai ego, merupakan hal yang membutuhkan hati dan rasa. Bijaksana bisa menjadi penengah dalam situasi apa pun jua. Namun, tuk menghadirkan bijaksana dibutuhkan kelegowoan hati. Dimana hati harus rela melepas ego masing-masing pribadi.

Berawal dari rumah. Kiranya disanalah kita bisa belajar menyikapi ego kita. Dari rumah pula kita belajar menjadi pribadi yang bijaksana. Rumah adalah tempat kita belajar berbagai hal kehidupan dunia untuk pertama kalinya.

Rumah merupakan awal pertemuan indah dengan berbagai macam ego yang singgah. Dari rumah pulalah seseorang bisa terbentuk dengan berbagai karakter sikap yang berbeda. Berbeda untuk memberikan arti yang sama yaitu satu kata "bijaksana". Begitulah seharusnya.

Mewujudkan rumah sebagai wahana belajar ego ego tuk menjadi bijaksana itu memang tak semudah membalik telapak tangan. Butuh perjuangan. Tanpa boleh ada kata menyerah. Harus kita sadari bahwa ada yang selalu membolak balikkan hati. Ada yang senantiasa mengawasi.

Kita hanya bisa berusaha dengan sebaik-baik hati agar tetap terjaga. Meski dengan keterbatasan yang ada, paling tidak kita gunakan seluruh kemampuan diri kita. Tuk selalu menjaga rumah agar dipenuhi hati hati yang penuh harap. Harap tuk menjadi pribadi yang bijaksana.

Rumah adalah titik awal. Titik dimana sebuah kata "bijaksana" bermula. Bukan sesuatu yang mustahil. Meski sungguh sulit. Dan merupakan hal yang rumit. Namun sebisa mungkin kita harus bangkit. Bangkit menata ego ego yang berbeda, demi terwujud sebuah kata "bijaksana".

Ini kan menjadi modal kelak, ketika ego ego telah tiba saatnya keluar dari rumah. Lalu bergabung, serta bertemu, dan berinteraksi dengan ego ego yang lebih berbeda di luar sana. Jika tlah berpegang pada kata "bijaksana", kiranya dunia kan mampu bernafas lega. Damai pun bisa segera terwujudkan, bukan hanya sebuah impian.

Hanya harap selalu diberi hati yang lapang, agar ego pun terbentang. Dan tak menyerah tertata di dalam rumah. Karena semua berawal dari rumah, berproses serta bercengkerama dengan kelegowoan tanpa ada jeda gundah. Semogalah kita senantiasa bisa mewujudkan asa agar hati tetap terjaga dengan baik dan bersahaja. Tuk mewujudkan satu kata "bijaksana".

Sejujurnya aku pun belum mampu, menata ego dengan sempurna. Keterbatasanku sebagai manusia biasa. Aku pun tak lepas dari ego yang aku punya. Namun, kiranya usaha bisa membangkitkan semangatku. Tuk bisa menata kembali ego yang tersisa.

Meski kerap diselimuti ketidaksempurnaan hati. Semoga bisa terwujud satu kata "bijaksana". Karena satu kata itu berawal dari rumah, mau tak mau, sanggup tak sanggup, kita harus bersama menghampirinya dengan hati bahagia. Semoga kita senantiasa diberi kemudahan tuk menjadi pribadi yang mencapai sebuah kata "bijaksana". Aamiin.

Niek~

Jogjakarta, 24 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun