Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Implementasi Rasa Syukur yang Tak Terukur

14 Januari 2019   09:40 Diperbarui: 7 Juli 2021   19:11 985
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Implementasi Rasa Syukur yang Tak Terukur (priksa.com)

Ketika aku bertanya pada diriku, berapa kali aku bersyukur dalam sehari? Apakah aku merasa lelah ketika mengucap syukur? Alhamdulillah, ternyata aku tak lelah, justru aku merasa lebih segar ketika aku berkali-kali mengucap syukur pada-Nya.

Ah tak cukup diucap rupanya. Syukur itu harus pula diimplementasikan. Bagaimana aku bisa melakukannya? Mudah saja. Karena sejatinya Allah tak pernah mempersulit hamba-Nya. Yakin kita pasti bisa melakukan syukur sebanyak-banyaknya.

Allah tak meminta apapun jua dari kita. Hanya rasa syukur sebagai tanda bakti kita pada-Nya. Apakah itu memberatkan? Tentu saja tidak. Justru dengan memperbanyak syukur, maka Allah senantiasa melimpahkan nikmat. Mari bersyukur!

Baca juga : Seberapa Besar Bahagiamu Tergantung dari Seberapa dalam Rasa Syukurmu

Dimulai dari hal yang kecil. Semisal bangun tidur, kita bersyukur karena masih dipertemukan dengan pagi. Pagi dengan segudang motivasi. Merupakan awal hari yang menjadi pijakan tuk menggapai harapan. Alhamdulillah.

Kemudian ketika kita hendak melakukan aktivitas, kita bersyukur karena masih diberi nikmat sehat. Sehingga kita bisa menggerakkan seluruh anggota badan untuk melakukan beragam kegiatan. Alhamdulillah.

Ketika bersilaturahmi dengan kerabat, kita bersyukur karena masih diberi nikmat selamat. Sebab untuk bertemu dengan seseorang terkadang butuh sebuah perjalanan maupun waktu tempuh yang tak singkat. Dengan nikmat selamat kita bisa berjumpa dan saling bersilaturahmi. Alhamdulillah.

Baca juga : Bagaimana Cara Melatih Rasa Syukur?

Dan ketika hendak beristirahat, lalu berjumpa dengan malam yang tergulung kelam. Kita merasakan hawa malam penuh damai dan tentram. Sebab malam adalah waktu dimana kehidupan diistirahatkan sejenak dengan keheningan tanpa ada beban yang menantang. Alhamdulillah.

Tak hanya kemuliaan yang wajib kita syukuri. Terkadang cobaanpun tak boleh kita sesali. Sebab itu juga merupakan bagian dari nikmat. Semisal kita tak diberi cobaan, justru kita merasa takut, takut menjadi kufur, na'udzubillah.

Cobaan merupakan penyeimbang kemuliaan. Dengan dicoba, kita bisa selangkah lebih maju dalam mensyukuri nikmat-Nya. Dengan dicoba pula, kita bisa senantiasa ingat, bahwa hidup itu hanya sesaat. Dan cobaan merupakan gerbang agar kita tak sesat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun