Mohon tunggu...
Eka Wahyuning Istiqomah
Eka Wahyuning Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Contoh Kasus Dilihat dari Kacamata Realisme Klasik, Neo-Realisme Defensif dan Ofensif

16 Oktober 2023   13:20 Diperbarui: 16 Oktober 2023   13:23 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Realisme Klasik

Perang Irak adalah invasi yang dilakukan oleh Irak ke Kuwait pada tahun 1990. Perspektif yang tepat untuk melihat invasi ini adalah offensive structural realism, yang merupakan salah satu konsep realisme klasik Offensive structural realisme menekankan bahwa negara akan selalu berusaha untuk memperluas kekuasaannya dan mengambil tindakan agresif jika diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini, Irak melakukan invasi ke Kuwait untuk memperluas wilayahnya dan menguasai sumber daya minyak yang ada di sana.Alasan mengapa perang Irak bisa masuk dalam realisme klasik adalah karena realisme klasik menekankan pada kepentingan nasional dan kekuasaan sebagai faktor utama dalam hubungan internasional. Dalam konteks perang Irak, Amerika Serikat dan sekutunya mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan nasional mereka dan memperkuat posisi mereka di Timur Tengah. Selain itu, realisme klasik juga menekankan pada anarki internasional dan persaingan antar negara sebagai faktor yang mempengaruhi hubungan internasional. Hal ini dapat dilihat dari persaingan antara Amerika Serikat dan Irak dalam memperebutkan pengaruh di kawasan Timur Tengah.

Neo-realisme Defensif

Strategi maritim Tiongkok dari kasus krisis Taiwan Strait yang mana Tiongkok berhadapan dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat ikut campur dan mengambil keputusan sendiri terkait penentuan nasib warga negara Taiwan. Tiongkok sangat membenci Lee Teng-hui karena dia sering mendeklarasikan Taiwan sebagai negara merdeka. Ancaman Amerika Serikat datang melalui jalur laut sehingga Tiongkok mengembangkan Angkatan Laut terutama pengembangan pasukan militer. Tulisan dari James Douglas (2012) menjelaskan bahwa negara yang merasa terancam akan mencari kekuatan agar mampu menciptakan rasa aman untuk negaranya. Tiongkok merasa terancam dengan tindakan Amerika Serikat yang ikut campur di Taiwan. Sehingga untuk menawar kekuatan tersebut, Tiongkok memperkuat armada lautnya dan melakukan tes rudal. Menururt James Douglas (2012), strategi maritim Tingkok ini merupakan strategi bertahan ketika dilihat dari kacamata neo-realisme defensif. Strategi maritim Tiongkok ini yang telah dijelaskan di atas hanya bertujuan untuk menciptakan rasa aman untuk negara dan warga negaranya baik yang berada di Tiongkok maupun di luar negeri. Strategi tersebut bukanlah untuk mengekspansi wilayah-wilayah lain, melainkan untuk melindungi dan mengamankan negaranya dari ancaman yang diberikan oleh Amerika Serikat.

Neo-realisme Ofensif

Pemerintahan Obama dalam kompetisi Great Power antara Amerika Serikat dan Cina, sebagaimana banyak dikatakan bahwa naiknya Cina dapat mengancam kepentingan Amerika Serikat di Asia. Berdasarkan teori realisme ofensif, modernisasi militer yang dilakukan Cina merupakan langkah awal dalam menjadi negara hegemon di Asia Pasifik. Pada akhirnya, jika Cina berkembang semakin kuat maka ia dapat mengeluarkan Amerika Serikat dari wilayah Asia, sebagaimana Amerika Serikat melakukan hal itu kepada negara-negara Eropa pada abad 19. Amerika Serikat di bawah pemerintahan Obama menghadapi 2 tantangan besar: pertama, merekonstruksi ekonomi pasca krisis, kedua, naiknya Cina menjadi great power baru. Berkaitan dengan masalah yang kedua, Obama telah mengambil beberapa langkah untuk mengamankan kepentingannya di Asia Pasifik melalui kebijakan militer, diplomasi, dan ekonomi. Menurut realisme ofensif langkah tersebut merupakan upaya balancing Amerika Serikat terhadap Cina. Dalam rangka balancing, Amerika Serikat telah memperkuat aliansinya bersama Jepang, Korea Selatan, Filipina, Indonesia, Australia, dan India. Amerika Serikat juga menambahkan bantuan ekonominya ke wilayah Asia Pasifik. Selain langkah tersebut Amerika Serikat Juga mengupayakan strategi buck passing dengan membangun dialog dengan Taiwan guna menghadapi Cina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun