Mohon tunggu...
Unggun Dwi Prasetyo
Unggun Dwi Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prespektif Liberalisme dalam Hubungan Internasional

30 Mei 2021   09:55 Diperbarui: 30 Mei 2021   10:09 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liberalisme adalah salah satu paham utama dalam teori hubungan internasional. Liberalisme berasal dari pemikiran liberal pada Zaman Pencerahan atau Renaisans. Isu utama yang diangkat oleh kaum liberalis adalah masalah yang muncul dalam mencapai perdamaian dan kerja sama internasional yang abadic serta berbagai metode yang dapat berkontribusi menyelesaikan masalah tersebut.

Kaum liberal yang memandang positif tentang sifat manusia. Mereka meyakini bahwa pikiran manusia dan prinsip-prinsip rasional yang ada di dalam masing-masing individu dapat dipakai pada masalah-masalah internasional. Kaum liberal pun mengakui bahwa setiap individu akan memiliki kecenderungan untuk mementingkan diri sendiri dan bersaing terhadap satu hal. 

Di sisi lain individu-individu memiliki banyak kepentingan dan dengan demikian dapat terlibat dalam berbagai aksi sosial yang kooperatif dan kolaboratifc baik domestik atau internasional. Mereka juga percaya bahwa adanya interdepedensi ekonomi negara-negara di dunia akan mencegah negara untuk melakukan perang contohnya adalah dilakukannya perdagangan bebas untuk saling menumbuhkan rasa kerjasama dan saling menguntungkan satu sama lain yang dapat menjadi perwujudan bahwa untuk mencapai sebuah perdamaian tidak harus melalui perang.

Aktor dalam Hubungan Internasional menurut liberalisme bukan hanya negara tetapi juga melibatkan aktor non-negara seperti multinational corporation, organisai internasional dan lain-lain. Bahkan dalam liberalisme aktor non-negara dianggap lebih mempunyai peran dibandingkan aktor negara itu sendiri. Karena pandangan ini maka dibuatlah suatu organisasi internasional yang bernama Liga bangsa-bangsa pada tahun 1920 dengan tujuan untuk menciptakan perdamaian. Tetapi akhirnya Liga bangsa-bangsa ini gagal dengan adanya perang dunia kedua. Kegagalan ini membuat perspektif realisme mendominasi dan berkembang kuat pada era ini.

Liberalisme memandang bahwa hubungan internasional bersifat kooperatif. Liberalisme sangat menjunjung tinggi kebebasan dan kemajuan individu. Individu akan membentuk sebuah kelompok atau organisasi yang dapat saling memberikan kebahagian satu sama lain. dan dari kelompok-kelompok tersebut, setiap individu dapat mencapai kebahagiannya dengan menyatukan kepentingan-kepentingan bersama. bagi perspektif liberalisme hubungan antar negara dapat dilakukan seperti itu. karena negara terbentuk dari individu-individu yang mempunyai kepentingan bersama sehingga mencapai sebuah kebahagiaan.

Perspektif liberalisme percaya bahwa hubungan internasional lebih bersifat kooperatif daripada konfliktual. Teori ini sangat menghargai manusia sebagai makhluk yang baik yang diciptakan oleh Tuhan. 

Sehingga, ketika kebaikan mereka harus terbentur dengan kepentingan yang mereka wajib penuhi, orang liberalis percaya bahwa mereka akan mencoba untuk menggunakan cara cara kooperatif yang mengutamakan agar manusia  menjalin kerjasama dan persahabatan yang baik antar makhluk hidup ketimbang ke arah hal hal yang bersifat konfliktual condong pada  kekerasan. 

Selain itu, paham ini juga memiliki sisi negatif, yaitu paham liberalisme memilki kesulitan dalam menangani kasus-kasus berupa sebab-akibat yang besifat fundamental karena teori liberal didasarkan pada konsepsi modernisasi yang tidak dapat diubah.

Paham liberalisme juga membahas mengenai eksistensi anarki dalam sistem internasional. Anarki dalam sistem internasional akan selalu ada jika dibarengi dengan fakta bahwa sebagian negara tidak memiliki sistem pemerintahan yang sah dan efektif, seperti yang terjadi pasca PD II di mana banyak negara yang tergolong sebagai negara perwalian. 

Dalam paham ini juga dijelaskan bahwa ada dua tipe perdamaian, yaitu kekuatan besar akan mengancam kehancuran diri sendiri dan demikrasi yang terkonsolodasi dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development). Hal itulah yang menunjukan sifat optimisme para kaum liberalisme dalam menghadapi masa depan.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun