Ada banyak pendapat soal generasi millenials. Ada yang berpendapat mulai dari 1980an hingga 2000an, dengan spektrum yang lebih luas. Atau, 1990an hingga 2000an dengan spektrum yang lebih mengerucut. Teori-teori menyebut soal Generasi Y dan Generasi Z, namun pada dasarnya, Millenials adalah semua orang yang "dewasa" pada saat setelah tahun 2000 (Milenium Baru).
Jadi, untuk tidak membatasi generasi Y dan Z serta generasi-generasi lainnya, banyak yang suka menyebut target masyarakat yang familiar dengan teknologi informasi dan komunikasi, terutama internet dan gadget sebagai "millenials". Paling tidak, mereka familiar dengan soal "update status" dan "belanja online" serta melakukan aktivitas di gadget tak hanya SMS dan Telepon tapi berbagai aplikasi lainnya.
Ahli demografi William Straus and Neil Howe menjelaskan dengan kalimat "Anda tidak dapat secara tegas menentukan garis pemisah kelompok hingga generasi itu mencapai umur yang cukup dewasa." Howe mendefiniskan Milineal di mulai dari kelahiran tahun 1982 hingga antara tahun 2000 -- 2006.
Disebabkan generasi Milenials ini adalah juga mereka yang terkoneksi di dunia siber melalui beragam platform sehingga millenials adalah "netizen" alias warganet yang memiliki identitas di dunia maya. Mereka ini, menurut survey sebenarnya adalah kaum yang "Me Generation" dan tidak betah dalam kungkungan lingkungan yang monoton.
Millenials lah yang "memaksa" dunia industri untuk memasuki era internet dengan masif. Merekalah yang dengan pengalaman uniknya membentuk ekonomi baru, mengubah cara berjual beli dan memaksa perusahaan-perusahaan mengevaluasi bagaimana mereka melakukan bisnis saat ini dan masa depan.
Millenials sangat optimis dengan prospek karier dan penghidupan ke depannya melalui perantara internet. Mereka akan menjadi 35% tenaga kerja produktif dunia pada tahun 2020. Dalam praktiknya, termasuk dalam hal melakukan berbagai pekerjaan. Tidak mengejutkan, banyak dari mereka tidak mau berada dalam satu perusahaan yang salam dalam waktu 10 tahun! Bahkan, banyak yang ingin membuat perusahaan (Startup/UMKM) sendiri. Ya, itulah mereka.
Millenials Tidak Mau Jadi Karyawan di Satu Perusahaan Seumur Hidup?
Senjakala manajemen Perusahaan, karena menurut fokus dari  Forbes, hanya 13% millenials yang mau untuk menapaki karir dari awal hingga ke puncak corporate leader dan menjadi CEO di perusahaan tersebut loh. Tengok saja, banyak perusahaan yang memiliki CEO dibawah 40 tahun, dan mereka memulai bahkan dari usia sangat muda, misalnya ketika menjadi mahasiswa dan menjadi CEO pada umur 27 Tahun saja, dibandingkan statistik generasi sebelumnya yang berumur 35 tahun. PERCAYA? Hampir 70% millenials dari berbagai survey di beberapa negara, lebih suka bekerja sendiri, berusaha sendiri, dan membuat bisnis dan usaha sendiri!
Jadi, gen wirausaha ada di Millenials ini. Tinggal bagaimana iklim usaha mendukung inovasi, ide, kreativitas para millenials sehingga banyak startup yang berkembang tak kemudian hancur berkeping-keping dalam hitungan bulan, seperti informasi dari catatan BEKRAF. Padahal, mereka yang akan menjadi tulang punggung perekonomian bangsa yang nantinya akan berbasis digital (Ecommerce)!
Di Indonesia, Millenials gampang sekali pindah kerja. Mudah sekali bosan. Itu kalau mereka merasa karier yang panjang, masa depan tak jelas dan lingkungan kerja yang monoton. Â Dari obrolan saya di awal, mereka yang berkata "aduh, gimana ya" berarti belum yakin perusahaan yang sekarang adalah perusahaan yang "tepat".Â
Berbeda pada generasi sebelumnya, mereka tak suka menunggu. Mereka mau berbuat sesuatu yang baru, beda, menantang dan bebas. Mereka suka kompetisi, suka profit dan suka duit untuk membiayai gaya hidup "millenials" mereka. Berwirausaha, membuat startup company bareng beberapa teman, sudah jadi hal yang secara natural, akan menarik bagi mereka, apalagi ketemu teman-teman yang memiliki ide yang nyambung.Â