Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Mimpi Kerelawanan Menjadi Gaya Hidup, Cita-Cita Sila Kelima Pancasila Akan Kita Capai

25 Mei 2016   22:53 Diperbarui: 25 Mei 2016   23:39 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengajar anak membaca di rumah suku dayak yang maha panjang.. bisa, kamu relawan!

aku ingin sungaiku indah tanpa sampah. Kamu?
aku ingin sungaiku indah tanpa sampah. Kamu?
Ketika relawan menjadi gaya hidup bangsa, maka semua karyawan, wirausaha, politikus, profesional akan merasakan bahwa berkali-kali lipat bangsa ini melambungkan pembangunan.

Tak ada biaya-biaya tersembunyi, mark-up dan sejenisnya, semua efisien karena semua bergerak tanpa pamrih, gotong royong sebagai salah satu karakter bangsa sejak jaman Nusantara.

Bayangkan, betapa mudah mencari orang miskin dan membuatnya kaya. Betapa mudah mencari pendonor, pengajar dan pelaku kesejahteraan sosial.

membantu guru-guru sekolah belajar IT, bisa! kamu relawan!
membantu guru-guru sekolah belajar IT, bisa! kamu relawan!
negara maju anak mudanya bergaya hidup relawan. Kamus-kampus di Korea pun memiliki program menyebarkan relawan. Relawan, gaya hidup dan tumpuan pembangunan sosial kultural. Kita harus belajar!
negara maju anak mudanya bergaya hidup relawan. Kamus-kampus di Korea pun memiliki program menyebarkan relawan. Relawan, gaya hidup dan tumpuan pembangunan sosial kultural. Kita harus belajar!
Karena kesejahteraan sosial dan keadilan sosial yang sulit itu, bahkan di Pancasila saja yang jadi pedoman kebangsaan, masih belum terimplementasi baik dan berada di urutan kelima.

Kalau sudah kesejahteraan itu nampak di depan mata, niscaya, mimpi bangsa yang besar akan pula terlihat dan itu semua berkat kita, gotong royong kerelawanan disela waktu sibuk mengejar materi, juga membagi kebahagiaan dan kesempatan bagi yang lain.

Saya percaya itu, bahwa apapun yang kita lakukan akan berdampak seperti kepakan sayap kupu-kupu di satu belahan bumi yang menjadi angin ribut di belahan bumi lain. Saya juga percaya, sebagai seorang Muslim, soal "sampaikan walaupun hanya satu ayat".

Karenanya jangan ragu menjadi relawan, karena dengan itu, relung jiwa kita terisi, tidak hampa dan hanya bersumpah serapah mengutuk keadaan. Relawan adalah mereka yang menyalakan lilin-lilin kecil di setiap sudut kehidupan yang tak terjamah.

Kata para ahli, inilah kapital sosial, sumber daya yang berdaya ledak tinggi ketika dia tebal. Sesederhana itu, kerelawanan menjadi basis bagaimana kita bersama-sama gotong royong entaskan kemiskinan, tingkatkan taraf kehidupan sosial ekonomi bersama-sama.

Indonesia, saya yakin, adalah negara itu.

Muluk? Tidak. Mimpi ini bukan tak mungkin, kalau semua pihak mencari-cari bagaimana waktu luang berleha-leha dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk sesama. Kecil saja, tapi bermakna bagi mereka yang kita bantu. Kalau semua berbuat kecil, tapi nyata, maka akan menjadi maha-mega dampaknya. Menjadi gerakan sosial yang masif sistematis dan berdampak jangka panjang yang menguntungkan semua.

Sudahkah Anda menjadi bagian kapital sosial dan mewujudkannya dalam kerelawanan? Saya mencobanya, dan tak peduli dampaknya, karena pasti, dia berdampak untuk masyarakat luas, untuk bangsa jika kita bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun