Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbankan Syariah: Sama Bagusnya, Sama Lengkapnya, Sama Modern-nya, Lebih Filosofinya!

8 Mei 2016   23:03 Diperbarui: 9 Mei 2016   15:05 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebab urusan duit, bagi yang bertakwa, harus berhati-hati. Salah sedikit, menjadi dosa yang disesali. Tak menggunakan pendekatan itupun, apalagi Anda yang non-muslim, tak masalah kok. Anda akan terpesona, karena ini soal keunggulan, nilai lebih, dobel bonus. 

Perbankan Syariah hadir dengan sistem yang berbeda dari perbankan konvensional, yaitu penerapan prinsip-prinsip syariah yang menonjolkan pendekatan kemasyarakat akan hal yang tak ada di sistem perbankan konvensional alias umum, yaitu ada universal values (nilai-nilai yang diakui secara umum), seperti prinsip kerja sama, keseimbangan, keadilan (saling ridho atau win-win) dalam transaksi. 

Jadi, nilai-nilai inilah yang ditonjolkan, dan  mendekatkan sekaligus membuat kita cinta keuangan syariah!

Menjadi Nasabah dan Keluarga Cinta Keuangan Syariah

Sedikit cerita. Saya dan istri, merupakan nasabah. Walau kami masih memiliki tabungan di sistem konvensional, kami percaya, mesti menjadi bagian dari yang cintakeuangan syariah. Karena sistem lain itu rentan. Walau katanya jaminan uang yang kita tabung meningkat, saya selalu bertanya kepada diri sendiri, apa benar seperti itu. Adanya bunga bank, adanya berbagai aplikasi keuangan yang saya tidak jelas aturannya. Abu-abu dan bikin “ngeri” dan “was-was” akan kegiatan ini.

Saya dan istri ingin lepas langsung, tentu tak bisa. Kami berupaya moderat,membuka dulu tabungan syariah. Istri saya di Bank Syariah Mandiri, dan saya di Bank Muamalat. Dua bank yang secara natural memang berdiri mengusung prinsip syariah, bukan divisi keuangan syariah dari bank konvensional saja. Belakangan memang sudah pula banyak divisi syariah dari perbankan konvensional, which is good. Waktu itu, beberapa tahun lalu, kami berikhtiar untuk cari berkahnya.

Walau gaji di bank konvensional, kami selalu pindahkan ke bank syariah. Begitu saja pola "kehidupan jahiliyah" kami yang, mungkin di beberapa kalangan, silakan men-cap dengan label apapun, kami terima. Karena kami belum mampu lepas dari kehidupan yang seperti itu. Masih tangan dibawah. Saat ini.

Bersikukuh dengan keinginan masa depan yang berkah, saya tak tinggal diam. Saya minta kantor untuk dana pensiun melalui DPLK Muamalat. Perjuangan yang bukan sekali dua kali saya coba lakukan, dan Alhamdulillah, tahun 2010, ada hasil. 

Saya dan karyawan kantor kecil tempat saya bekerja, akhirnya menjadi bagian dari Muamalat, dan hingga tahun 2036 saya akan memperoleh pensiun yang saya tenang, karena dari perbankan syariah.

20160508-204347-573002ac8f7e610f05920c7b.jpg
20160508-204347-573002ac8f7e610f05920c7b.jpg
DPLK Muamalat, dana pensiun saya tahun 2036 nanti (sumber : dokpri)

Istri pun sama. Sejak menikah, tahun 2009, keukeuh bercita-cita naik haji. Istri memang lebih “lurus” dibanding saya yang selalu suka ragu dan kadang kala menyerah dengan keadaan. Tabungan haji Bank Syariah Mandiri (BSM). Itu yang dia buka dengan niat tulus untuk haji. Ya, walau kami baru saja menikah. Belum memang kesampaian, karena naik haji itu bukan soal duit, tapi soal “panggilan”. Alhamdulillah, jalan menuju sana juga masih terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun