Pantaskah sang penulis surat-surat untuk menuju terang dalam keadaan gulita, keadaan gelap baik dalam arti konotatif maupun denotatif ini dinegasikan keberadaannya, dibalik kontroversi yang dibagi di abad ke 21 yang katanya abad informasi ini.
Kartini, Blogger, dan PLN : PINTAR
Jaman dulu, tak ada listrik. Ketika ada, tak pula dinikmati banyak orang. Apalagi di negeri jajahan. Harganya juga mahal. Mengembalikan ingatan, Perusahan Listrik Negara alias PLN berdiri pada paruh masa yang lama, di era euforia liberalisme eropa yang meneteskan sedikit “politik etis” dan balas budi. Yang mungkin hanya setetes diberikan belanda, dibandingkan Inggris yang satu belanga.
Habis gelap, terbitlah terang. Seyogyanya menginspirasi kita semua.
Blogger, termasuk Kompasianers, dan layanan PLN sebagai representasi alat untuk terang. Juga, alat untuk meng-enable Teknologi Informasi. Tak akan ada internet, gadget, laptop yang meancarkan cahaya, dan colokan gadget Anda tanpa Listrik.
Listrik, mengubah dunia.
Pengelolaannya di Indonesia diserahkan kepada negara, makanya ada Perusahaan Listrik Negara. Perusahaan yang mengemban amanat Konstitusi dimana “sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat”.
Perjuangan Kartini memang tak dia nikmati. Bahkan pada era-nya. Sekolah Kartini, Buku kumpulan surat yang diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang” ini jadi fondasi bagaimana menulis, menjadi bahasa universal. Bahwa terang, adalah kondisi yang harus dicapai.
Abad pencerahan (enlightenment) adalah “abad terang” dalam arti filosofis, abstrak. Penemuan listrik oleh Thomas Alva Edison, adalah abad pencerahan dalam arti fisik.
Untuk itu, antara Kartini, Blogger, dan upaya PLN mewujudkan layanan listrik untuk seluruh masyakat Indonesia adalah hal yang, ternyata, erat berkait. Pintar, adalah erat dengan perilaku.
Perilaku Kartini saat itu, pintar. Memanfaatkan kemampuan (skill) berbahasa dan literasi, dia mampu menjalin relasi mancanegara. Blogger, juga pintar (seharusnya). Dengan kemampuan menulisnya, bisa memanfaatkan blog sebagai media sosialisasi, informasi bermanfaat untuk khalayak. Mengisi dengan konten-konten positif guna melawan pengaruh negatif Internet. Ini jaman sekarang.