[caption caption="Catatan Keempat Jelajah Kalimantan Etape III"][/caption]Hari terakhir di Kalimantan Barat, kami tak lantas berleha-leha. Dengan kondisi lumayan capek di hari sebelumnya, Jumat pagi ini rencananya akan ada pengumuman-pengumuman dan kunjungan ke Museum Kalbar. Selain itu, akan mampir di Masjid Jami untuk Sholat Jumat, makan di Resto Nelayan dan lanjut ke Bandara. Jika ada waktu, mampir ke oleh-oleh sebentar.
Nah, kegiatan dimulai tepat pukul 9.00 WIB sebab pagi ini semua harus check out, termasuk ribetnya panitia DRE yang membawa banyak perbekalan, so waktu-nya disesuaikan. Kami juga yang belum menulis ada kesempatan untuk drafting walaupun belum publish, atau, di-publish tanpa foto terlebih dahulu untuk kemudian di edit.
Singkat kata, semua tim siap berangkay jam 10.00 WIB menuju Museum Kalbar di Jalan A YANI. Di Museum, kami disambut dengan pengenalan museum terlebih dahulu dan sambutan pihak museum. Adapun museum ini lumayan lama, yaitu sejak tahun 1970an namun sudah di-revitalisasi.
Waktu yang terbatas, membuat kami bergegas masuk dan melihat berbagai koleksi museum yang ada. Ternyata, museum ini terbagi dalam tiga kontinum waktu. Jaman prasejarah, jaman sejarah dan kebudayaan serta jaman penjajajahan dan perjuangan.
Ke-tiga episode waktu ini berjalan berurut dari pintu depan hingga belakang yang memuat berbagai produk budaya seperti ritual perkawinan dari tiga etnik terbesar populasi Kalbar yaitu Melayu, Dayak, dan Tionghoa.
DI bagian awal, kita bisa menemukan berbagai artefak kuno yang ditemukan di Kalbar. Termasuk, ehm, batu akik batu kecubung! hehehe.. jaman purba sudah ada nih batu tapi ngga bisa dijadiin cincin kali ya waktu itu.
Kemudian di bagian agak tengah, kita beranjak ke kebudayaan dayak dan melayu. Salah satunya adalah panji-panji keraton dan stempel keraton Pontianak.
Nah, dari berbagai mitos dan legenda, kita tahu konon kabarnya Pontianak adalah sebutan dari Puntianak alias Kuntilanak. Sejarahnya, kota ini didirikan di tempat tinggalnya kuntilanak!
Tadinya saya aga sanksi. Namun demi melihat salah satu stempel badge prajurit ini, saya yakin benar adanya!
Walaupun, kisah pembentukannya meliputi dua versi.
Pertama, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie mengusir Kuntilanak dengan tembakan meriam yang berdaya magis ketiga tempat, dengan kencangnya sehingga kuntilanak kabur dari lokasi tersebut. Kemudian didirikan Masjid dan Istana di tempat yang dulunya menjadi tempat kuntilanak berada. Sejarah ini terjadi hampir tiga ratus tahun yang lalu, dimana Syarif Abdurahman, anak seorang hakim agama dari kerajaan Matan suka menyusur Kapuas guna mencari lokasi kerajaan yang akan dia dirikan sendiri.
Versi kedua menceritakan bahwa Sultan Syarif meminta bantuan suku dayak untuk mengusir kuntilanak. Memindahkannya ke lokasi lain jauh dari pontianak. Tempat magis dayak-dayak yang membantu dan melakukan ritual kemudian berada tepat di tengah-tengah halaman keraton Kadriah.
Apapun itu, legenda kuntilanak tak terlepas dari pendirian kota pontianak.
Penampakan kuntilanak perempuan (pasti perempuan ya?) ini menunjukkan legenda tersebut benar. Sebab, gambar yang ditulis dengan pensil di kertas kuno ini merupakan desain badge kerajaan Pontianak. Di gambar terlihat seorang prajurit (Islam, terlihat dari pakaiannya) berusaha menikam kuntilanak. Kejadian pengusiran yang dipurwarupakan dalam bentuk gambar diam.
Selain itu, kita menemukan berbagai kebudayaan dayak yang lumayan syerem. Misal dalam meminang perempuan dengan mahar kepala manusia. Kesemua itu diceritakan oleh guide museum Kalbar sendiri.
Saya sempat pula bertanya yang namanya museum pasti ada sisi horror. Ada kejadian apa biasanya. Guide menjawab, satu tempat di ruang tengah, sebuah replika tempat ritual dayak untuk berbagai kegiatan supranatural, biasanya disana banyak "penunggunya". Mahasiswa magang biasanya ga kuat karena aura yang sangat negatif disana. Syerem.
Â
Di bagian belakang, kebudayaan terkait pernikahan, khitanan, berbagai peninggalan lain dari tiga etnik yaitu tionghoa, melayu dan dayak dipajang. Selain itu, beberapa peninggalan belanda juga ada. Misalnya yang unik, ada dispenser jaman belanda hehe.. hebat ya jaman dulu sudah bikin!
Selesai dari museum, semua risers kemudian menaiki Datsun GO yang ada dan pergi ke Masjid untuk sholat. Alhamdulillah, tak jauh. Masjid Mujahiddin di Pontianak merupakan masjid yang megah dan berada ditengah kota.
Selesai sholat jumat, rombongan risers menuju Pondok Nelayan untuk makan siang dengan menu yang enak-enak misalnya ikan salju dan sayur pakis.
Ini kayaknya Ikan bandeng yang dibakar. Empuk dan lezat!
Ini adalah akhir perjalanan jelajah etape 3 di Kalbar, tepatnya Pontianak - Entikong. Kami ucapkan terimakasih kepada Datsun Indonesia dan Kompasiana yang sudah merangkai perjalanan ini dengan apik, sehingga kami selain mampu jajal Datsun GO juga menikmati keindahan dan kebudayaan Kalbar. Termasuk ke dalam museum yang melengkapi aktivitas selama empat hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H