(foto : DRE)
Datsun Risers Expedition (DRE) pada hari kedua mengunjungi komunitas dayak di Desa Saham, Kalbar. Rumah Betang yang panjang banget, khas suku dayak kami kunjungi dalam tempuh waktu sekitar 4 jam dari Ibukota Kalbar.
Cuaca cerah, langit biru, awan putih dan lanskap vegetasi hijau seakan karpet yang membentang ketika kami meninggalkan Pontianak pagi, 27 Januari 2016.
Menikmati Perjalanan
Perjalanan ini kami stop dua kali, pertama untuk beristirahat di Gunung Seha, tanjakan yang cukup eksotis untuk beristirahat paruh waktu dan sekedar ngopi dan minum teh.
Selain itu, sebuah pom bensin kami masuki. Tidak, bukan untuk isi bensin bagi sekitar 10 mobil tim DRE III ini. Sebab Datsun Go terbilang sangat irit. Lihat saja, sesampai di Hotel Honglong sekitar pukul 17.30 WIB asupan si tangguh, menarik dan terpercaya ini hanya satu bar maksimal dua bar bensin turun!
Yup, tiada lain selain panggilan alam yang membuat kami berhenti sejenak, sekitar 10 menit. Di Pom bensin di daerah Mandor ini merupakan kesempatan pula untuk melakukan aktif update status sosial media bagi sebagian besar Risers yang terkendala sinyal.
dokpri
Buku-buku yang kami bawa, tetap berada di jok ketiga di belakang. Yup jangan bilang bagasi, karena Datsun GO ini mobil kecil yang unik, memiliki 7 Seaters alias tiga baris jok.
Â
Sepanjang Rumah Betang
Tiba di perkampungan Dayak Kenayan, kami langsung disambut sumringah wajah-wajah itu. Ini lah momen kebahagiaan kami pula, momen bagi buku-buku ini menemukan sahabat baru dan teman yang dapat berbagi.
Â
Kami juga, lima tim Risers berbagi dengan cara berbeda. Anak-anak dikelompokkan untuk kita bagi apa yang kita punya untuk memotivasi mereka. Keren, teman-teman Risers semua punya cara berbeda. Ada yang melipat kertas, mengajak berkeliling dan mengenal mobil Datsun, pun kami, dengan buku-buku yang sudah kami siapkan sejak dari Bandung, Bogor dan Jakarta.
Â
Anak-anak dayak berbaris rapi, dan nanti dipecah ke berbagai tim risers untuk main games (Dokpri)
Â
Sore, kami seakan tak mau pulang. Sesi foto, mendongeng, mendongeng lagi, asyik sekali. Dan yang membuat kami senang, anak-anak Dayak yang pada kesempatan ini diwakili oleh anak-anak SD dan juga adik mereka yang belum sekolah ternyata pintar-pintar, dan pemberani loh!
Mereka ngga malu untuk maju ke depan, mengikuti saran kita semua, dan ikut membaca buku dan melihat gambar-gambar di dalam buku. Segala hikmah dongeng yang kami sampaikan pun mereka bisa pahami dengan cepat. Inilah bangsaku, anak-anak pintar bahkan sampai di pedalaman!
Kak Dayu mendongeng (dokpri)
Â
Akhirnya, mau tak mau kami berpisah. Tapi tenang aja, buku-buku sudah memiliki sahabat baru, suda berada di tangan yang tepat. Dan kami juga pastikan ke mereka, bahwa buku tersebut bukan untuk dimiliki sendiri. Tapi untuk dibagi, setelah dibaca, berikan ke saudara dan teman yang lain.
Games yang tadi kami atur pun sudah memiliki filosofi seperti itu, dan mereka, Alhamdulillah paham banget!
Foto bersama Risers di Rumah Betang yang sangat panjang dan menampung 130 KK (foto : DRE)
Sepanjang Rumah Betang
Jalan panjang di teras rumah betang, cita-cita yang tinggi, dan harapan sepanjang masa orangtua yang membesarkan ada di mata anak-anak ini.
Sepanjang rumah panjang khas Dayak ini, sepanjang persahabatan kalian. Saat ini, mereka sudah bersahabat dengan buku, dengan cerita-cerita baru, dengan jendela dunia yang dipandu oleh para guru disana untuk melangkah melihat dunia dengan baik.
Â
Selamat tinggal anak-anak, semoga kalian dapat menjadi apa yang dicita-citakan, dan membangun kampung kalian dengan bekal kecerdasan dengan dukungan pendidikan hingga tinggi. Kalian harapan orangtua, kalian yang juga harus bisa membangun kebudayaan untuk terus bertahan, dalam gerusan jaman. Namun juga modern dalam arti kata yang sesungguhnya. Kalian pintar, kalian pasti akan paham!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H