Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menjemput Anak-anak Khatulistiwa : Catatan Pertama Jelajah Kalimantan Etape 3

27 Januari 2016   07:31 Diperbarui: 4 Februari 2016   09:36 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Awal

Buku ini menjelajah, membelah nusantara hingga menemui pendambanya, anak-anak katulistiwa di perbatasan Indonesia Malaysia. Negeri serumpun yang dipisahkan sejarah, yang pernah pula dipersatukan sejarah di centenial sebelumnya.

Kisah yang saya tuliskan adalah reportase kami, tim Buddy (Benny, Unggul dan Dudi) Kompasianers yang mencoba melakukan beberapa hal untuk kita semua. Menjajal ketangguhan Mobil baru Datsun Go+ Panca yang mencoba menjejak menjadi legenda baru tanah air sejak diperkenalkan (kembali) 2013 silam. Juga, membawa dunia kepada anak-anak yang entah kapan kami temui, karena kami hanya berharap untuk bertemu mereka di perbatasan, minimal di Provinsi terluar Indonesia yang berbatasan dengan Sabah dan Sarawak.

Ya, cerita ini bukan cerita kami saja, tapi juga cerita buku-buku untuk mereka.

 

 

Permufakatan Baik

Sungguh, terimakasih kami kepada Datsun dan Kompasiana yang memberikan kesempatan ini. Kami mengenal melalui media sosial, dengan hobi blogging yang sama. Adanya Datsun Risers Expedition (DRE) ini menyatukan kami untuk mendaftar. Sampai dua kali malah, karena sudah tanggung niat, di etape sebelumnya belum rejeki. Karena dibuka terus kesempatan hingga etape sebelumnya selesai, saya mewakili tim daftar ulang. Tak lupa memberi alasan yang logis mengapa kami perlu dipilih.

Nah, Kami juga ternyata berlatar belakang sama. Bapak-bapak dengan anak. Mungkin saya yang termuda, putri saya Jessica, berumur 6 tahun di bulan Januari ini. Dudi dan Benny, sudah senior dengan anak yang sudah "abege".

Kamu bermufakat, ingin berbagi buku. Kami lanjutkan dengan mengumpulkannya. Selain itu, kami juga berasal dari pasundan. Paling tidak, kang benny dan kang dudi. Saya putra Palembang, di tepian sungai Musi, sumatera selatan yang berkarakter budaya sungai seperti di Kalimantan. Namun saya sudah jadi wargi bogor sadayana hehe.. katepe sudah bogor, putri lahir di bogor.

Jadi, kami sudah bersepakat, mengenakan ikat kepala Sunda sebagai simbol perjalanan kami dari Pasundan menuju tanah lain di seberang, sesama bangsa baru yang membentuk komunitas bernama Indonesia, seperti kata Ben Anderson. Dan kami bermufakat baik, jika ada istilah ilmu politik lainnya "permufakatan jahat" maka kami permufakatan baik ya hehe.

Catatan Pertama

Dari hari pertama ini, 26 Januari 2016, buku itu berada di bagasi pesawat menuju Bandara Supadio, Pontianak, ibukota Kalimantan Barat. Untuk berkelana di dalam mobil Datsun Go+ Panca kami menuju berbagai anak yang kami rindukan. Anak-anak yang juga kami punyai dirumah, yang kami tinggalkan untuk sementara menemui anak kami yang lain.

Pesawat Garuda yang kami tumpangi mendarat dengan mulus pada pukul 10 WIB lebih sedikit. Tak ada perbedaan dengan WIB di Jakarta.

Deretan mobil DAT, Durable, Attractive dan Trustworthy bernama Datsun Panca berjejer di depan bandara. Langsung kami kendarai. Kebetulan, kami berada pada Mobil Riser 1. Tepat di belakang Mobil Road Captain (RC) Navarra yang gagah.

Buku-buku ini berada di belakang, row ke-tiga. Datsun Go Panca kebetulan memiliki keunggulan dengan tiga baris duduk yang jarang dimiliki oleh mobil sejenisnya.

Perjalanan jendela dunia ini kami hentikan di beberapa titik, yaitu  pertama, langsung menuju Tugu Katulistiwa. Tugu ini menandai bahwa Pontianak tepat digaris katulistiwa yang dibangun sejak 1928. Karena posisi strategis inilah, persis di titik ini, garis katulistiwa yang membelah dunia menjadi dua terletak.

Menurut guide di Tugu, Pontianak istimewa, karena satu-satunya yang dilalui garis katulistiwa tepat di tengah perkotaan. Bukan di danau, laut, dan hutan.  Sebuah ikon yang tak terbantahkan dari negeri Sultan ini. Bahkan, karena keistimewaan garis ini di bumi, telur pun tegak di titik ini. Wow.

Perjalanan di siang hari, kami ke Kantor Gedung Nissan Datsun Pontianak, dimana kami makan siang dan briefing. Pada pukul 12.30 WIB, kami telah tiba dan disambut dengan beragam menu dan press conference untuk media se Kalimantan Barat.

Secara resmi, dari Kantor Nissan Datsun ini kami resmi berangkat sebagai Datsun Risers Expedition Etape III Jelajah Kalbar hingga ke perbatasan di Entikong.

 

Namun demikian, buku-buku ini belum ke mereka, anak-anak itu. Masih tertata di row 3, ketika kami meneruskan perjalanan ke Masjid Sultan Syarif dan Keraton Kadriah yang merupakan istana kesultanan pontianak di masa lampau. Hingga hari ini, aktivitas di komplek keraton dan rumah-rumahnya merupakan keturunan dari sultan.

Anak-anak, sudah kami temui, bermain di sepanjang Kapuas, sungai panjang yang persis di depan Masjid. Gema Adzan Ashar mengumandang ketika kami tiba. Karena sudah dijamak di kantor Nissan Datsun, maka kami, tim Buddy hunting foto keindahan tepian kapuas, keraton, dan masjid.

Tak lupa, aktivitas anak-anak yang ceria mandi di Sungai. Aura keakraban sudah kami dapatkan, namun sayang, belum saatnya kami membagikan buku itu nak.

 

Untuk itulah, setelah puas eksplorasi tiga lokasi yang berdekatan ini, kami ke China Town. Sebuah lokasi sentra oleh-oleh yang direkomendasikan. Walau demikian, kami manfaatkan untuk membeli tambahan buku, yaitu buku menggambar dengan menawar dan mendapatkan harga yang pas untuk uang yang diberikan panitia. Tak lupa, krayon untuk menggambar kami beli. Usai sudah hari ini, karena besok kami akan lanjutkan mengantarkan jendela dunia kepada mereka. Anak-anak katulistiwa di perbatasan.

Malam hari, selepas Dinner di Hotel Gardenia, sekitar pukul 18.30 WIB kami tiba. Makan malam ini diakhiri dengan sedikit presentasi apa yang kami beli. Ya, buku dan krayon kami paparkan sebagai bentuk sumbangsih untuk tambahan esok hari. Alhamdulillah, sejalan dengan niat panitia DRE. Apresiasi diberikan berupa tiga buah tas sling bag yang sangat bermanfaat. Buku-buku kecil bisa kami bawa disana pula, selain di dalam kardus yang kami bawa dari Jakarta.

Yuk, ikuti terus perjalanan kami, tim Buddy di DRE Etape III esok hari menuju Rumah Panjang dan melakukan kegiatan berbagi buku dan juga jika ada waktu, mendongeng untuk mereka.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun