Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Inovasi Balitbang PUPR Sebagai Solusi Kualitas Kehidupan (Quality of Living) Perumahan Rakyat

25 Desember 2015   23:34 Diperbarui: 26 Desember 2015   02:04 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah (dan) Masa Depan Indonesia

Sebuah studi independen dari McKinsey Global Institute, dari publikasi mereka “Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential” (Mc Kinsey Global Institute, 2012) Indonesia saat ini berada dalam urutan ke-16 negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Sebanyak 55 juta penduduk terlatih (skilled workers)  yang akan berubah sebanyak 113 juta pada tahun 2030. Memicu peringkat Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar nomor 7  dunia!

Sejalan dengan prediksi tersebut, Boston Consulting Group  (BCG) dalam publikasi Rastogi, et.al, 2013 juga memproyeksikan cepatnya pertumbuhan penduduk Indonesia yang masuk kategori Middle Class and Affluent Consumers (MAC) alias penduduk “kelas menengah” yang memiliki daya beli mapan. Diperkirakan BCG, populasi ini pada tahun 2020 akan tumbuh di atas 90% (141 juta orang) jika dibandingkan dengan tahun 2012 (72 juta orang).

Artinya, diperlukan peningkatan akses, kualitas dan relevansi pendidikan yang tepat agar 113 juta penduduk alias SDM Indonesia dapat terlatih dan terdidik sehingga mampu mewujudkan era generasi emas Indonesia di taun 2045, sesuai dengan tepat pada perayaan 100 Tahun Indonesia Merdeka!

Ya, Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan pengembangan pasar domestik. Indonesia diperkirakan mengalami apa yang disebut dengan Bonus Demografi pada tahun 2010 hingga 2040.  Hal ini dikarenakan dependency ratio yang semakin menurun. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. 

Dalam kurun waktu tiga puluh tahun ini, usia produktif semakin besar (demografic dividen/bonus demografi), kesempatan dan peotensi meningkatkan produktivitas semakin tinggi. Semakin tinggi tingkat kesejahteraan. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi bencana demografi (demografic disaster). Kualitas SDM sebagai kata kunci, pendidikan dan kesehatan sebagai peran kunci.

Apa yang menjadi masalah, adalah kunci Inovasi. Karena inovasi adalah demi memecahkan masalah, tak hanya karena adanya permintaan dan komersialisasi hasil riset. Tentu, ukuran kualitas SDM lekat dengan pendidikan dan kesehatan masyarakat generasi penerus bangsa. Namun bagaimana membentuk itu, selain institusi pendidikan dan kesehatan, juga sumber dari segala sumber pendidikan, yaitu di rumah. Lah, kalau rumah sendiri masih sulit untuk didapatkan karena mahalnya unit di perumahan yang bahkan kadang jauh dari kata layak tinggal, maka kualitas kehidupan akan pincang.

Alhamdulillah, Balitbang PUPR punya solusi yang tepat. Tepat, karena banyaknya manusia Indonesia yang terlahir, tepat karena target bonus demografi adalah perumahan yang layak huni dan terjangkau, tak hanya masalah layak. Layak namun tak terjangkau, sama saja memberikan peluang investasi tanah dan rumah untuk si Kaya saja, yang jumlahnya hanya 5% hingga 20% penduduk negeri ini!

 

Rumah dan Permukiman untuk Rakyat, Solusi Inovatif Balitbang PUPR


Pada tahun 2016 nanti, Direktorat Jenderal Perumahan, sebagai salah satu dari empat prioritas Kementerian PUPR akan terus melanjutkan pembangunan program sejuta rumah.  Sebagaimana dilansir Kompas, proyeknya antara lain pembangunan 11.642 unit rumah susun, 6.350 unit rumah khusus, dan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 94.000 unit. Berikutnya, pembangunan 1.000 unit rumah swadaya baru, dan memberikan bantuan PSU untuk perumahan umum sebanyak 42.000 unit. 

Hingga hari ini, Kementerian PUPR mencatat sudah ada 667.668 unit rumah dibangun dalam program sejuta rumah. Info paling penting, total untuk pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) sebanyak 429.875 unit dan perumahan untuk non-MBR 237.793 unit

Bukan itu saja, Kementerian lain misalnya Kementerian Keuangan pun mendukung peningkatan kualitas kehidupan masyarakat melalui program Sejuta Rumah ini. Ya, hibah tanah kementerian keuangan menawarkan 21 bidang tanah seluas 381 hektare. Ini lahan yang sudah free and clear dan sebenarnya masih banyak, tapi yang sudah siap baru itu. Hebat ya kerjasama dalam upaya peningkatan kualitas kehidupan.

Nah, selain memiliki prioritas pada tahun 2016 salah satunya di Ditjen Perumahan, Balitbang PU memiliki banyak inovasi teknologi yang luar biasa. Hal ini tentu berjalan sinergis dan paralel dengan program Kementerian PUPR. 

 

Puslitbang Permukiman (Puskim) misalnya, melakukan terobosan luar bisa dalam teknologi terapan permukiman, khususnya Rumah Susun (Rusun). Rusun merupakan solusi untuk permukiman rakyat dari pemerintah, agar tak terjadi karut-marut masalah tempat tinggal sebagai hak setiap warga negara dan aspek sosial ekonomi lainnya.  Jenis-jenis inovasi terapan ini selain terkait dengan Rumah Susun, juga dalam bentuk “Rumah Deret” dan “Rumah Tunggal”. Produk unggulan dari Puslitbang Permukiman antara lain :

(1)    Rusun sederhana yang terbuat dari kayu olahan, yang merupakan teknologi yang cerdas untuk daerah rawan gempa digunakan melalui bahan komponen struktural pada konstruksi bangunan tiga lantai rusun. Teknologi kayu tersebut adalah kayu olahan LVL (Laminated Veneer Lumber) dan Glulam dimana LVL diperoleh dengan merekatkan veneer dalam arah sejajar.

(2)    Rusun C-Plus. Rusun jenis ini adalah bangunan bertingkat dengan kolam berbentuk “Plus” (tambah). Dimana sambungan balok kolom pada bangunan ini menggunakan kombinasi sambungan mekanis berupa plat baja dengan mur dan baut serta grouting dengan semen non-shrinkage.  Rusun ini akan andal terhadap beban gempa, dengan waktu pengerjaan yang relatif singkat, plus biaya konstruksi yang murah. Dari sisi kesehatan pun, C-Plus sangat baik karena bentuk “tambah” ini akan menghasilkan pencahayaan dan sirkulasi udara yang lebih baik.

(3)    Rusun dengan sistem Pracetak BOX (kotak) berbahan beton bertulang dengan kombinasi rangka baja siku sebagai elemen struktural terhadap beban tarik. Selain itu juga diterapkan teknologi N-Panel System yang mana bangunan dikonstruksi dengan empat panel dinding berbentuk N yang disambungkan dengan sistem kombinasi sambungan basah (wet joint) dan sambungan kering (dry joint).

(4)    Secara praktik, tiga jenis inovasi permukiman diatas, Rumah Susun Sederhana (Rusuna)  bisa kita lihat sudah dibangun di Cigugur-Cimahi, Jawa Barat.

 

Rumah yang Sederana namun Sehat Dukung Kualitas Kehidupan

Selain itu Puslitbang ini juga ada produk Rumah Instant Sederhana Sehat (RISHA) yang merupakan salah satu bukti nyata kontribusi inovasi teknologi PUPR untuk masyarakat. Rumah RISHA juga sudah dibangun loh pasca Tsunami sebanyak 10.000. Seperti apa rumah ini sih? Ini dia :

 

Saya sempat mengunjungi Workshop RISHA langsung. Lokasinya waktu itu di Bandung.  Menarik, melihat pembuatannya yang juga melibatkan masyarakat sekitar. Jadi suplai rumah untuk rakyat, 1 juta rumah, akan berkembang terus, dan teknologi rumah akan disuplai pula oleh Balitbang PUPR.

RISHA menggunakan modul atau istilahnya "MAL". Jadi modul ini sudah pra-fabrikasi dan sudah dibuat dengan beberapa tipe yang nantinya akan membentuk ruangan. Contoh ukuran ruangannya 1,8 m x 1,8 m, 1,8 m x 3 m, atau 3 m x 4,2 m. Dengan joint modul MAL ini, maka pembuatan satu rumah dengan tipe 36 hanya membutuhkan waktu selama dua hari saja!

Walau demikian, RISHA ngga asal-asalan. Rumah ini sudah teruji. Selain pembangunannya CEPAT juga dengan harga MURAH hasil kombinasi tukang pekerja yang hanya sedikit dan waktu singkat, dengan harga jual rumah yang juga murah terjangkau masyarakat. INIOVASI nya tak hanya di modular nya saja, namun teknologi beton pracetaknya juga membuat desain RISHA RINGAN namun dapat diandalkan karena presisi komputer yang mana sudut-sudut yang pas dan baut-mur yang disematkan sudah sangat presisi.

 

Rumah RISHA yang Sehat dan Cepat dibangun. (pic : puskim PUPR)

Selain itu, dalam berbagai kondisi, bisa loh dimodifikasi. Misal, diubah ukuran dan atau dijadikan Puskesmas sementara apabila diperlukan dalam kondisi gempa misalnya. Oya, RISHA sendiri didesain tahan gempa loh. Soalnya begini, Rumah yang ambruk karena gempa kan karena Kolom (Pilar penyangga rumah) runtuh dahulu sebelum balok. Hal ini karena dimensi baja yang kecil misalnya, dan ukurannya tidak standar. Semaunya saja. Sedangkan RISHA suda sistem knock down dimana Kolom dan Balok tidak dapat direkayasa sebab sudah fit dan firm di tempatnya dan ukurannya Jadi tukang tidak asal-asalan.

RISHA Type 36 (pic : aplikator sumsel gazebo-creation)

Hal lain yang perlu disampaikan terkait keuntungan atau keunggulan RISHA ini adalah inovasi rumah ini juga ramah lingkungan. Pencemaran udara dan pencemaran suara akibat proses pembangunan rumah konvensional tak terjadi. Hal ini karena tak ada pengadukan semen dan pasir serta pemotongan dan pengelasan ini-itu.

Semua sudah diatur dari awal sebagai prafabrikasi. Pra-cetak betonnya. Tinggal pasang but dan maur serta koneksikan saja. Seperti mainan blok LEGO yang revolusioner itu. Tak perlu kendaraan besar, tukang yang banyak dan aktivitas yang mengganggu lingkungan.

Membuat Kos-kosan dengan RISHA akan menghemat biaya dan potensi keuntungan yang baik. (pic: aplikator RISHA gazebo-creation Sumsel)

RISHA, Sosekling dan PINTU Kementerian PUPR

Nah, karena berbicara lingkungan, maka Last but not least, dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, terdapat satu faktor kunci yaitu implementasi dan pemanfaatannya di masyarakat. Oleh karena itu, ada faktor yang beyond teknis. Yaitu perlunya nilai-nilai sosial ekonomi dan lingkungan untuk memperkuat dan menjadikan penggunaan teknologi menjadi komprehensif.

Jadi, apakah nilai-nilai yang kita harus perhatikan? Misalnya nilai yang dipegang oleh masyarakat dalam memanfaatkan teknologi. Nilai-nilai sosial yang ada meliputi nilai kesesuaian teknologi dengan kaidah-kaidah normatif masyarakat. Kemajuan teknologi jangan menjadi justru pemisah kehidupan sosial budaya masyarakat, namun menjadi pemersatu dan pendorong ke arah kehidupan yang lebih baik.

Dalam hal inovasi perumahan misalnya, solusi yang ditawarkan ini juga di-riset dan dilihat bagaimana masyarakat menanggapinya dan bagaimana masyarakat meng-akses-nya. Penting. Karena sosekling (sosial ekonomi lingkungan) harus menjadi perhatian.

Di daerah rawan bencana dan ternyata aspek sosekling memerlukan rumah kayu yang berteknologi seperti RISHA, maka RIKA lah solusinya. RIKA (Rumah Instant Kayu) dengan laminated veneer lumber (LVL) merupakan rumah yang tepat, tuk pastikan kualitas kehidupan berjalan, walaupun di daerah rawan bencana. Untuk Indonesia, bisa!

Rumah RIKA (Rumah Instant Kayu (pic : puskim PUPR)

Rumah inovatif ala Balitbang PUPR sudah di-tes dengan mengedepankan aspek keamanan dalam hal bahan dan pemakaian, juga aspek sosekling misalnya penggunaan bahan yang tak merusak lingkungan dan desain yang sehat serta bentuk rumah yang mengedepankan aspek efisiensi namun memenuhi kebutuhan sebuah keluarga.

Ruang tamu, Ruang Kamar dan Dapur misalnya, sudah di-cek dengan seksama untuk hadir dalam kapasitas terbaik untuk keluarga Indonesia. So, solusi dengan inovasi perumahan ini seyogyanya dapat membantu Masyarakat Indonesia mendapatkan rumah yang layak, sehat, aman dan nyaman. Karena di rumah-lah pendidikan sebenar-benarnya dari orangtua. Disinilah konsep menuntut ilmu dari buaian (tempat tidur) hingga ke liang lahat (hingga meninggal).  Disinilah Kualitas Kehidupan (Quality of Living) yang baik diuji. Di rumah kita sendiri.

Saat ini, terdapat pula konsep RUSPIN (Rumah Unggul Sistem Panel Instant) yang merupakan penyempurnaan RISHA. Hal ini erat sekali dengan kajian sosekling sehingga apa yang dibutuhkan masyarakat dan perkembangan teknologi dipadukan dengan kebutuhan tersebut.

Yuk cari tahu info tentang inovasi rumah Balitbang PUPR!

Caranya gampang. Selain bisa melalui googling, kamu juga bisa langsung "buka Pintu PUPR" dan langsung tanya. Pusat Informasi Terpadu alias PINTU, selain beneran buka pintu dan bertanya, bisa kamu lakukan.

Kebetulan, acara Nangkring Kompasiana bareng Kementerian PUPR beberapa waktu lalu, digedung Heritage, Kementerian PUPR, 5 Nov 2015, adalah juga sebagai ajang launching PINTU, sehingga saat ini, kamu tak sulit dapatkan informasi tentang berbagai produk inovatif dari Kementerian PUPR. Yuk!!

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun