Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Paspampres Untuk Anakku : (Menolak) Undangan Presiden

18 Desember 2015   13:49 Diperbarui: 18 Desember 2015   19:45 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil tes lab pada Rabu malam, 10 Desember di RS PMI Bogor mengkhawatirkan. Namun kami lum bawa dulu lagi ke dokter, baru perintah Lab. Meringkuk digendongan istri, Jessica lemes tak berdaya. Jumat pagi esok rencana hasil lab diberikan ke dokter untuk analisa dan diagnosa. Tidur di kamar dan kadang mengigau serta bangun, saya jadi Paspampres terus untuk dia. Kebetulan, istri juga harus keluar kota karena pekerjaan kantor. Sebagai pengangguran terselubung karena berstatus mahasiswa, saya siap sedia, Ayah SIAGA. Siap Antar Jaga.

Jumat pagi, saya ke dokter anak. Karena hujan terus menerus di Bogor, saya juga mulai merasakan tidak enak badan. Kepala migren. Badan mulai panas-dingin. Namun pagi itu, saya harus ke bogor. Dokter mengatakan ini ada tiga kemungkina, pertama Virus yang sedang ramai, entah waktu itu saya saking pusingnya melapor ke istri via telepon kalau virusnya namanya Rosella. Padahal itu sejenis teh hehe.

Bercanda dalam duka, saya dapat mendengar istri saya yang bermuram durja beberapa hari ini ketawa sejenak. Ah, hari yang kelam tapi kita tak mengapa menertawai kehidupan sekali waktu. Salmonella atau apa. Kemungkinan lain, Demam Berdarah atau DBD dan ketiga, Tipes. Semua tak enak mendengarnya.

Dokter sarankan untuk tes Lab kedua kali selang dua hari, yaitu Minggu, 13 Desember guna melihat perkembangannya. Kalau memburuk, masuk Rumah Sakit. Surat pengantar Lab diberikan ke saya.

Anak saya semakin meringis, kali ini bukan hanya karena sakitnya, namun karena jarum suntik di Lab untuk mengambil darah. Hal yang sangat dia takuti. Saya tambah menakut-nakuti dengan tujuan baik, walau hati saya sedih, bahwa dia harus begitu, kalau tidak, akan masuk Rumah Sakit dan Ayah Bunda tak bisa temani tidur di kasur. Ya, anak saya memang selama ini masih disela-sela Ayah Bunda nya untuk tidur. Bahkan dia berkata mau dibeliin kasur lipat asal masih di dalam kamar Ayah Bunda, bukan tidur di kamar terpisah. Ah, anak Indonesia. Manja, namun tetap anakku.

Berbekal obat tambahan hasil browsing dan tanya teman-teman, kami putuskan tidak ke dokter dan tes lab lagi, tapi kamu harus sembuh. Itu Jumat pagi menuju siang. Jam 10 pagi, se

Siang, saya ada event yang sudah saya jadwalkan untuk hadir, yaitu Kompasiana Nangkring bersama JNE di Tomang, Jakbar. Beberapa kali WA dengan teman-teman grup blogger, saya ragu datang atau tidak, hanya menanyakan jalan menuju Gedung JNE. Anak saya sakit, saya bilang.

Namun demikian akhirnya saya putuskan datang, melawan migren, paspampres ini berangkat ke JNE. Selain karena sudah mendaftar, juga saya janji untuk kembali urus anak saya sebagai bapak rumah tangga nanti malam. Hari ini, saya akan datang ke Event Kompasiana yang beberapa kali terlewatkan walau nama saya terdaftar. Semacam komitmen.

Alhamdulillah, disana bertemu banyak teman dan mengikuti kegiatan. Di JNE pula, Kang Pepih, COO Kompasiana saya ketahui berulang tahun. Salah seorang panutan saya di Kompasiana dengan kedalaman berpikir dan kemampuan manajemen nya yang relatif baik. Pernah bertemu di beberapa event salah satunya Bedah Buku di kantor Kompasiana di Palmerah.

Juga bertemu Kang Iskandar Jet, yang mengatakan bahwa saya diundang untuk menghadiri jamuan makan siang bersama Presiden Joko Widodo. Wah, kabar menggembirakan sekaligus shocking. Karena kondisi sudah mulai drop, dan anak saya dirumah sakit. Sedangkan saya memang berharap esok dia sembuh sehingga tak perlu ke Lab pada hari Minggu sesuai perintah dokter.

Jadi, dengan harapan demikian, saya iya-kan. Tak berapa lama, Kompasiana menelpon pula, mengatakan hal teknis seperti dress code. Saking gembiranya saya tetap iya-kan. Walau mencari batik bukan perkara mudah di momen dadakan ini. Namun demi kesempatan sekali seumur hidup, mesti diupayakan yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun