Because it’s Limited We Need to Optimize the Exploitation.
Itulah quote menarik dari SKK Migas hari ini, pada Kompasiana Nangkring bareng SKK MIGAS, di City Plaza, Kantor SKK MIGAS di Jakarta, 28 Agustus 2015.
Ya, perubahan paradigma yang diusung oleh SKK Migas ini memang berdampak. Tak usah lagi kita terpenjara masa lalu dimana selalu Indonesia (negara) dianggap merugi akibat asing. Hari ini, SKK Migas sanggup buktikan, perubahan paradigma sekaligus integritas internal mereka menjadi faktor untuk membuktikan kinerja SKK MIGAS agar memenui tiga hal yang penting dalam pembangunan nasiona, yang disebut “ultimate goal” atau tujuan utama. Yaitu sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Kenal kan kalau kalimat itu? Yup, ini tujuan Nasional kita. Perjanjian “du contract social” kalau kata Rosseau bahwa sebuah bangsa bernama Indonesia terbentuk, dari imajinasi. Untuk mencapai kemakmuran bersama. Dan termaktub jelas di piagam dasar, grund norm, konstitusi negara Indonesia. Undang Undang Dasar 1945.
Untuk itu, SKK MIGAS kerja keras. Keras. Karena dulu ketika BP Migas dibentuk, mulai lah sedikit perbaikan bahwa Indonesia tidak dibawah asing. Sekarang, dalam statusnya yang “terbatas dan sementara” SKK MIGAS sudah sampai pada taraf hasilkan kontribusi nyata dalam bentuk Multiplier Effect untuk perekonomian bangsa. Nanti kita lihat seperti apa, baik internal maupun eksternal kiprah SKK MIGAS.
Paradigma dalam Aksi SKK MIGAS dan Hulu Migas
Dengan UU No 22 tahun 2001 terutama pasal 38 dan 39 jelas bahwa perusahaan lokal banyaaak banget dapat berkotnribusi di hulu migas ini. Dominasi di Low Cotst – igh impact buktikan bahwa kita mampu. Banyak prusahaan lokal konttibusi, banyak TKDN terpenubi Apalagi kalau bukan dorongan filosofi paradigma keterbatasan hasilkan kekuatan untuk bersama membesarkan bangsa ala SKK MIGAS.
Hulu Migas adalah Kepala dari semua badan. Dia merupakan sektor yang paling kontributif, menyumbang 70% perekonomian nasional. Bicara mengenai perekonomian, SKK Migas memberikan hilight bahwa adanya Lapangan Kerja Nasional yang meningkat Kapabilitas nasional yang meningkat, dan banyaknya perusahaan lokal yang bermain di jasa pendukung industri hulu migas menjadi indikator-indikator nyata.
Keterbatasan Sumberdaya Alam kita ini, harus dioptimalkan. Itulah cerminan dari filosofi Hulu Migas yang dilakukan. Sekarang, buktinya, per 2014, Cost Recovery kita mendapat 15,785 Miliar dolar, pendapatan pemerintah 28, 454 Mil dolar, dan Net Contribution Share 9,856 miliar dolar.
Ini angka saya dapat langsung pada Kompasiana Nangkring hari ini, yang berlangsung Sore hingga malam hari di Jakarta. Tak puas hanya sekali, nangkring kali ini kita menuju pula ke Emergency Response Center (ERC) SKK MIGAS. Agar tahu juga gerak lambat sedikit, ada rupiah yang hilang dan ekonomi terhambat.
Pak Elan Biantoro, Kepala Bagian Humas SKK MIGAS jadi bintang sore ini. Data dan fakta, beliau paparkan. Juga filosofi dari SKK MIGAS dan tentunya, untuk HULU MIGAS ini juga dari paparan beliau yang santai, asyik dan tanpa tedeng aling-aling.
Saya jabarkan angka-angka itu. Cost Recovery adalah yang dibayarkan ke pada kontraktor yang dulu mengeluarkan biaya, karena Negara TIDAK KELUAR biaya untuk eksplorasi loh. Bukan dari anggaran negara. Urusan kontraktor terpilih. Jadi kita untung.
Kedua, pemerintah (GOI) mendapat 28 Miliar, hasil yang cukup signifikan untuk pembangunan. Yup, akan jadi berbagai kegiatan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan nasional. Kembali ke prinsip kesejahteraan, inilah fungsi negara!
Ketiga, Net Contribution Share. Ini nih yang inti dari keuntungan Hulu Migas. Ini inti dari skema PSC (Production Share Contract) yang inovatif lepaskan belenggu cemooh Indonesia "dikangkangi" asing dan SDA kita dikeruk. Dengan kontrak ini, keuntungan dibagi, dengan tetap, Negara untung. 85% untuk negara, 15% untuk kontraktor. Silakan cek.
Akhir?
Apa yang kita tangkap dari itu, adalah paradigma yang diusung, keterbatasan membawa kita kreatif, inovatif dan kontributif. Bravo SKK MIGAS semoga akan menambah lagi di 2015 ini.
Saya kutip lagi pak Elan bilang, ketika ada yang tanya mengapa SKK MIGAS tak banyak konferensi pers, ngomong sesuatu tentang Migas, misal tentang Blok Mahakam yang "kasus". Beliau bilang, kita ngga ngomong ke media, kita konsult ke Menteri. dan saya boleh tambahkan, kita BEKERJA dan diam menghasilkan. Ini diam itu emas. kalau kata pepatah. Perjuangan belum berakhir, namun SKK Migas ada disana, mari bersama jaga INTEGRITAS dan jaga PARADIGMA ini. Amin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H