Mohon tunggu...
Unggul Sagena
Unggul Sagena Mohon Tunggu... Konsultan - blogger | educator | traveler | reviewer |

Asia Pacific Region Internet Governance Forum Fellow 2021. Pengulas Produk Berdasarkan Pengalaman. Pegiat Literasi Digital dan Penyuka Jalan-Jalan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengukur Tol Cipali, Mengukir Prestasi Negeri

3 Agustus 2015   23:43 Diperbarui: 3 Agustus 2015   23:43 607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara filosofis, keberadaan jalan tol merupakan sesuatu yang niscaya dalam negara modern. Oleh sebab, jalan tol menghubungkan ruas-ruas ekonomi antar kota yang berkembang dengan akses-akses metropolis.

Efisiensi, merupakan adagium yang dianut tol. Waktu perjalanan yang singkat memenuhi hukum ekonomi terkait perkembangan distribusi, aliran finansial, taraf hidup masyarakat antar kota yang dilalui dan desa-desa disekitar dan seterusnya.

Laporan dari World Bank mengenai Investasi Jalan di Indonesia : Meningkatkan Efisiensi dan Menutup Jurang Finansial cukuplah menjadi salah satu dasar mengapa kita memerlukan Jalan Tol. Dikatakan bahwa, per 2010, Perkembangan pembangunan jalan tol masih sangat lambat.

Beberapa konsesi jalan tol bahkan belum mencapai tahap persetujuan keuangan (financial closure) setelah 10 tahun. Hingga tahun 2010, hanya 742 Km jalan tol telah dibangun dan beroperasi meski pembangunan jalan tol pertama telah dilakukan sejak 1978.

Padahal, dikaji juga bahwa tol akan meningkatkan rangsangan ekonomi wilayah (Regional Economy), kesejahteraan masyarakat sekitar (Welfare) dan juga dalam pemeliharaanya cukup efektif efisien, menggunakan dana dari pengguna jalan tol itu sendiri (retribusi dan pajak). Sehingga pembangunan dan pemeliharaan terjaga.

Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau PPP (Public Private Partnership) juga dimuat sebagai rekomendasi dalam mewujudkan pengembangan dan pemeliharaan jalan di Indonesia, khususnya Jalan Tol. Demikian di Indonesia. Komitmen pembangunan jalan tol harus dipercepat. Sebab, ruas tol kita sangat lambat.

tol cipali, pintu masuk cikopo

Alhamdulillah, update-nya, pembangunan jalan tol di era SBY mengalami peningkatan 189 kilometer dari 595 kilometer pada 2004 menjadi 784 kilometer pada 2013. Pemerintah SBY telah membangun 15.519 kilometer dengan perincian jalan nasional sepanjang 3.942 kilometer dan jalan strategis nasional sepanjang 11.577 kilometer.

Saat ini pemerintahan Jokowi melanjutkan dengan lebih masif lagi. Ditambah, konsep “tol laut” yang menurut saya brilian dan “out of box”. Tinggal ngejalaninnya tentu Kemen PUPR yang terkait harus OK. Presiden menurut saya rada semacam simbol. Entah, Jokowi sampai kelar 2019 atau tidak, itu terserah rakyat banyak. Saya ikut mayoritas aja. Tergantung Rupiah vs Dolar kali ya hehe.

Ya, saya termasuk orang-orang golongan optimis dan nggak peduli copas-capres yang penting setelah terpilih, presiden kita memiliki pembantu yang tepat, pembangunan yang cepat!

Target Menteri PUPR, Basuki Hadimuldjono, sebagaimana yang beliau kemukakan beberapa waktu lalu adalah dengan memastikan paling tidak ada delapan jalan tol yang ditargetkan selesai pada tahun 2017 nanti. Selain 8 ruas tol yang berada di Pulau Jawa, sebagai bagian Trans Jawa, pembangunan Trans Sumatera pun sudah dikebut sejak April lalu.

Cipali, dengan penghematan waktu tempuh 40 km dengan 1-2 jam waktu lebih cepat, dalam ilmu ekonomi dapat dihitung keuntungan ekonomi yang terjadi di setiap KM dan setiap JAM efisien loh. Jadi, seperti apa daya dukung dan keunggulan Cipali?

 

Daya Dukung Cipali

Sejak diresmikan oleh Presidan Joko Widodo beberapa waktu lalu, tepatnya 13 Juni 2015, Tol Cikopo-Palimanan alias Cipali merupakan Primadona jalan tol baru di Indonesia. Selain sebagai ruas jalan tol terpanjang di negeri ini, Cipali juga merupakan jawaban gamblang atas problematika arus mudik dan arus balik yang tiap tahun membebani pantai utara jawa (pantura).

Presiden Joko Widodo meresmikan Tol Cipali (foto : liputan6.com)

 

Sebagaimana arah kebijakan pemerintah dan rekomendasi banyak ekonom dunia, skema KPS sudah dijalankan untuk Cipali. Jalan tol Cikopo – Palimanan ini dibiayai dengan Skema Private Public Partnership (PPP) dengan PT Lintas Marga Sedaya (LMS) sebagai pelaksana.

Dengan ruas 116 KM, Cipali menjadi jalan tol terpanjang se-Indonesia hingga saat ini. Tol Cipali ini dibangun pada lahan seluas 1.080,69 hektar. Lahan tol yang sepanjang 116 KM ini kemudian dibagi 6 seksi yaitu Seksi I, Cikopo-Kalijati (29,12 KM); Seksi II, Kalijati-Subang (9,56 KM); Seksi III, Subang-Cikedung (31,37 KM); Seksi IV, Cikedung-Kertajati (17,66 KM); Seksi V, Kertajati-Sumberjaya (14,51 KM) dan Seksi VI, Sumberjaya-Palimanan (14,53 KM).

om tongki, tiko, eh topik (selalu lupa saya) sedang mengagumi panjangnya tol cipali

Selain itu, fasilitas 8 rest area, 7 gerbang masuk tol, dan 7 simpang susun, dan 99 jembatan menjadi keunggulan tol ini. Semua rest area ini memiliki fasilitas kantin, toilet, dan masjid. Namun hanya 4 tipe besar yang mempunyai pom bensin. Tentu kedepan kita harap semua sudah lengkap ya.

delapan rest area di Cipali (sumber : wikipedia)

Ibarat “mimpi 20 tahun”, kata Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Kementerian PUPR, Hediyanto W Husaini, “ sudah terpenuhi”. Walau dengan biaya Rp 10 trilyun, ini jadi solusi mudik dan dijajal tahun ini!

 

berpose di depan tol Cipali

Yuk Eksplorasi Cipali

Mudik Asyik Lewat Cipali. Itulah tagline yang ada di baju kaos dan berbagai gimmick di perjalanan para bloggers-kompasianers yang berkesempatan diundang untuk Visit Tol Cipali sebelum officially dibuka untuk umum dan dimanfaatkan pemudik.

Sebagai salah satu Blogger-Kompasianers yang diundang dalam sesi Visit ke Tol Cipali pada saat operasional dibuka untuk umum dan tahap ujicoba, banyak hal dan berbagai sudut pandang kami dapatkan dari beroperasinya tol ini.

Mudik asyik lewat Cipali, itulah yang kami, kompasianers harapkan. Siap-siap eksplor!

Demi mengulas hal yang “gue banget”, saya akan memaparkan mengenai dampak-dampak dibukanya tol Cipali ini. Inilah ukuran-ukuran yang kita perlukan. Bagaimana sih, keberadaan Tol ini membuat sebuah “butterfly effect” sebagaimana teori bahwa kepak sayap kupu-kupu di depan mata kita sebenarnya dapat menggoyahkan dan membuat ‘gempa’ di belahan bumi lain.

Namun demikian, perlu saya deklarasikan disclaimer terlebih dahulu bahwa ini semua adalah opini saya semata sebagai blogger awam tentang per-jalan-tol-an maupun ke-PU-an. Pun, sebagai pemudik yang tidak melintas tol Cipali karena rute mudik saya Sumatera.

Jadi, ini lah sedikit artikel opini tentang Cipali, semata berdasarkan apa yang saya dengar, baca, dan juga saksikan pada saat diundang oleh Pihak operator Cipali, yaitu PT LMS (Lintas Marga Sedaya) dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Tentu juga andil Kompasiana sehingga memungkinkan saya ikutan “Kompasiana Visit Tol Cipali” bertema Mudik Asyik Lewat Cipali.

Salah satu jembatan yang kami singgahi. DI sisi kiri air sungai mengalir melewati jembatan ini

Sungai yang membelah Cipali

 

asyiknya melintasi jembatan dan sungai di Cipali, aliran Cisadane

 

Mengukur Cipali

Ada beberapa konsep ukuran yang bisa kita lakukan sebagai awam. Saya tak hendak menggurui dalam hal ini, tapi hanya sedikit berlogika dan melihat fakta yang ada. Ya, kesempatan eksplorasi Cipali bersama Kementerian PUPR via Kompasiana Visit Tol Cipali kemarin, harus saya optimalkan.

Utamanya, berbicara tentang dampak Ekonomi dalam beroperasinya tol ini yang sudah terasa. Paling tidak, di kabupaten Subang, Jawa Barat. Media melansir pergerakan perekonomian yang cukup signifikan di lokasi-lokasi sekitar pembangunan jalan tol.

Ada cibiran pesimis bahwa pembangunan tol justru akan melemahkan perekonomian. Pendapat ini didasarkan dengan asumsi bahwa nanti semua orang akan lewat tol sehingga Pantura sepi. Tapi ini terbukti salah.

Kabupaten  Subang misalnya, dengan potensi landasan pacu pesawat udara di Kalijati dan Pariwisata yang indah, maka beberapa waktu ini sudah mulai berkembang perekonomiannya. Selain itu, sektor informal pun tetap sebagai indikator yang cukup kasat mata. Pedagang dan warung, toko, perbelanjaan, Rumah Sakit, pendidikan berkembang di kabupaten-kabupaten sekitar tol.

Dalam sebuah kesempatan meninjau kesiapan Industri di Subang, Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hermanto Dardak mengatakan, saat ini BPIW mengembangkan 35 Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) di Indonesia, salah satunya WPS Jakarta Cirebon, termasuk Kabupaten Subang.

Kalijati, akan menjadi kawasan industri termasuk bandara internasional!

 

Konsep ukuran ekonomi ini pun ngga hanya yang langsung terlihat di ujung jalan. Tapi juga di belahan “jalan lain”. Ya, arus mudik dan balik, yang kita baru saja alami ini menyisakan fakta menarik.

Mini market lokal di rest area Cipali

Food court yang bersih dan rapi di rest area

Pertama, tentang pedagang sebelum dan sesudah Cipali. Rest Area di cipali ternyata menampung pedagang yang dulu loh. Walau tidak bisa semua tentu. Tapi ini upaya yang keren kalau menurut saya. Sisa pedagang pun juga dialokasikan ke tempat yang justru lebih layak ketimbang yang dulu. Menarik, pemain kuliner besar terbatas aksesnya di Cipali, dan pedagang lokal bisa berdagang di “negeri sendiri”.

Kios Angkringan yang dikelola Pedagang Kecil

Salah satu Rest Area di Cipali yang sudah beroperasi

Kedua, dengan arus kendaraan pribadi roda empat masuk Tol Cipali, maka kendaraan roda dua bisa aman mudik, aman berjalan. Kecelakaan pun bisa ditekan. Oke, ada 56 kecelakaan di Cipali. Tapi itu lumayan kecil, dibanding ruas Pantura yang jika kecelakaan bisa beruntun, bisa banyak pula motor yang kena. Sebagai wong cilik, motor untuk mudik menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut komuter perantau buruh ke ibukota di negeri yang kita cintai ini.

Beban Pantura teralihkan 40%, menurut Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Irjen Condro Kirono, dan diperkuat oleh konfirmasi Kementerian Perhubungan. Menteri Perhubungan Ignasius Jonan mengatakan bahwa tahun ini “merata”. Artinya, Pantura “sepi” dalam arti sepi kecelakaan, tidak macet banget, tidak stuck dan bottle neck. Lalu Cipali, wajar saja ada antrian panjang namanya Mudik di Indonesia. Manusia rantau dimana-mana. Sistem masih manual dan lajur ngga bisa banyak.

Perekonomian, tak menjadi lesu. Malah menggeliat. Dengan persaingan yang lebih manusiawi. Pedagang di Pantura lebih enjoy jajakan dan di Cipali, juga kecipratan rejeki baru di rest area dan pusat pintu gerbang pun bisa jadi ajang berjualan. Jadi dobel.

 

"Biarlah" Tol Cipali Macet!

Beberapa waktu lalu, arus balik dan arus mudik telah menjadikan tol Cipali macet. Menurut beberapa berita, ini terjadi karena kurang efisiennya pembayaran. Mungkin karena GTO belum ada. Dan 7 ruas gerbang tol masih belum mampu layani puncak arus mudik. Yach, satu pekan dua pekan tak masalah, yang penting ada masalah besar teratasi.

Beban Pantura berkurang. Kecelakaan pemudik motor di pantura berkurang drastis. Kenyamanan pemudik wong cilik naik motor terasa banget. Santai. Di tol, asal berhati-hati, pun bisa santai Mudik Lewat Cipali. Tips nya ada di tulisan saya sebelumnya Ini yaa.

 Misalnya, jalur pantura Indramayu ke arah Cirebon, Jawa Barat. Lalu lintas lengang pada saat arus mudik. Bahasa saya, jadi “manusiawi”. Padahal, dulu kawasan tersebut sudah langganan macet saat Lebaran. Motor leluasa memacu kendaraan di aspal mulus, serasa tengah malam bermotor naik ke Puncak, Bogor hehe..

Berdasarkan informasi dari CNN Indonesia, jumlah pemudik tahun 2015 ini berjumlah 6.532.403 orang, meningkat dari jumlah pemudik jabodetabek tahun lalu sebesar 5.750.854. Secara makro, jumlah pemudik di seluruh Indonesia mencapai 20 juta orang, meningkat dibanding tahun 2014 sebanyak 19 juta.

 tol cikopo yang ramai, ketika kami "ukur", belum lagi pas mudik nanti

Gerbang masuk tol dengan disapa petugas yang ramah, menjadikannya salah satu "ukuran sosial" yang ada pula. Bagaimana sebagai mahluk yang homo homini sucius, kita harus ramah dan bersosialisasi. Kesiapan personel mulai PMK, Kepolisian, mobil derek menjadi salah satu keunggulan bagaimana aspek sosial ekonomi lingkungan dimaksimalkan.

 

petugas tol di pintu masuk Cikopo dengan ramah membantu setiap pengemudi, termasuk bis kami

 

sementara kami di dalam bis, dikawal Patwal Polisi di depan, uhuyy kereen

Mengenai banyaknya kecelakaan, mari kita evaluasi. Rata-rata karena kelalaian pengemudi akibat lelah ngantuk. Walau demikian, antisipasi tambahan dari pengelola Cipali perlu. Misalnya pita pengejut, CCTV, lampu penerangan jalan, dan pagar agar tak ada hewan liar masuk ke Cipali harus dilakukan. Tidak perlu anti kritik.

Berbincang tentang kritik, ada satu hal yang mungkin sepele tapi cerminan Kementerian PUPR tak anti kritik. Di suatu obrolan santai ala-ala blogger, Menutur pak Wisnu dari PT LMS dan juga Pak Velix Wanggai, Direktur Komunikasi Kementerian PUPR, dulu, namanya bukan Cikopo-Palimanan loh. Tapi Cikampek-Palimanan. Singkatan sih sama.

Cek deh Google kalau ngga percaya. Karena masukan pemerintah Provinsi Jawa Barat, dengan argumen ruas pertama itu masuknya Cikopo bukan Cikampek, maka no problem, argumennya didukung data wilayah kok. Done. Ganti.

Ini contoh kecil tapi bermakna bagi saya, blogger. Karena kami blogger jarang diberi ruang untuk kritik saran.  Alhamdulillah, beberapa kali event bersama Kemnterian PUPR ini, kita bisa leluasa mengulas, mengkritik konstruktif. Yuk lanjutkan.

Kementerian PUPR dan PT LMS meladeni serbuan kompasianers yang ingin tau banyak tentang Cipali


Selain itu, ada pula antisipasi lain, Plan X lah kira-kira. Yaitu skenario alternatif jalur kendaraan. Jadi arus dipecah menjadi empat alternatif jalur berdasarkan kajian sebelumnya oleh Kementrian PUPR. Jalur exit Tol Pejagan-simpang Pejagan-Brebes, Jalur kedua melewati Tol Pejagan-Pemalang, Jalur ketiga adalah exit Tol Pejagan-Ketanggungan-Jatibarang-Slawi dan yang keempat adalah jalur exit Tol Pejagan-Ketanggungan-Prupuk-Slawi.

 

Mengukur Lingkungan

Bahkan masukan tentang penghijauan tol Cipali pun disambut antusias. Ya, pada saat kami kesana, udara panas dan rerumputan yang mencoklat akibat terik matahari. Memang, sedang kemarau, tapi kami sarankan untuk memberikan pengairan dan penanaman pohon yang agak besar sekaligus. Tak hanya rerumputan saja.

Selain itu, ternyata kami bisa beri masukan tentang lingkungan di Cipali. Akses irigasi ke persawahan harus tetap diperhatikan. Serta pembangunan industri kelak, jangan sampai rusak lingkungan dan perlu AMDAL yang komprehensif, walaupun ini terkait pengembangan ekonomi.

Yang terjadi saat ini, memang membuat miris. Pemudik pun ngga sadar lingkungan. Banyak botol aqua bekas di sepanjang jalan. Berpikir positif, mungkin kebelet jadi "buang panggilan alam" di dalam botol. Eh tapi, sepertinya ini memang nyampah. Tengok, botolnya semua kosong. Ini perlu perhatian nggak hanya pengelola seperti LMS, tapi juga pengendara, pengguna jalan.

sampah disepanjang jalan antrean gerbang dan juga rest area Cipali (foto: lapor.go.id)

 

Dari sisi pengelola, tempat sampah yang banyak di rest area, bahkan rest area tambahan, mungkin jadi solusi. Untuk pengguna tol, perbaiki sikapmu, dan simpan sampah di mobil mu saja!

 

Mengukur Sosial Budaya

Ada yang menarik, yaitu Batu Hitam besar disisi jalan tol. Penduduk menamakannya "Batu Bleneng". Batu seperti menhir ini menjulang, tidak diapa-apakan. Padahal, secara teknologi, mudah saja tentu, dihancurkan dengan dinamit. Namun karena menghormati Kearifan Lokal (Local Wisdom), Kemen PUPR maupun LMS tak mengganggunya. Justru, jalan tol Cipali yang kompromi, agak berbelok dari semestinya.

Batu Bleneng, Batu Besar Hitam yang tak diusik

Juga dengan membelah bukit lebih dalam dan agak berputar. Ini contoh bagaimana budaya dihargai dan harus dijaga. Selain itu, ritual-ritual lokal juga diperhatikan. Ukuran dampak sosial adanya Jalan Tol, yaitu akses dan kontak dengan dunia "pop" dan "jakarta" membuat perlu pula waspadai anak mudanya. Agar tak terjerumus, program-program pemberdayaan yang positif tentu bukan hal yang tabu dilakukan pengelola, Kemen PUPR maupun LMS langsung, sebagai "CSR".

 

diskusi lebih intens dengan Pak Velix (Kemen PUPR) dan Pak Wisnu (LMS) di Mushola PT LMS yang baru mau beroperasi. Suasana syahdu nih bro

Mengukir Prestasi

Jadi, mengukur Cipali, bukan mengenai panjang jalan dan mulusnya saja. Tapi juga perkembangan atau dampak ekonomi yang ada, juga berbagai alternatif solusi “fitur” dari Cipali seperti exit tol alternatif, rest area, personel yang siap sedia, mobil pemadam dan kepolisian, pusat monitor (monitoring room) di LMS dan sebagainya. Itu ukuran tol Cipali yang saya pahami, dan untuk dioptimalkan.

front office PT LMS, Operator Cipali

 

ruang monitoring CCTV Tol Cipali di kantor LMS. Disini diharapkan berbagai kejadian dapat direspons dengan cepat

 

Itulah prestasi pembangunan kita yang saya ketahui. Paling tidak, menjadi pemicu semangat pembangunan infrastruktur lainnya. Tentu kita harus apresiasi semua kegiatan ini. (Pembangunan) ini dari pajak kita semua, untuk bangsa ini. Dengan "Berprestasi", baru kita berani buka potensi ekonomi di banyak daerah. Penghematan 40 KM dalam berkendara, sama dengan jarak antara Depok dan Bogor. Lumayan menghemat sekitar 2 jam dari biasanya. Jadi, karena ada akses tol untuk transportasi dengan efisien, efektif dan ekonomis, maka pembangunan untuk negeri dapat berjalan dengan lebih baik lagi.

prestasi tol cipali. Ruas panjang, membuka dan meningkatkan potensi ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Ruas yangm akan menjadi bagian yang menghubungkan ujung barat ke ujung timur Jawa, hingga Madura. Semoga diikuti oleh Trans Sumatera, Trans Sulawesi dan seterusnya, sebagai Bhineka Tunggal Ika!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun