Secara filosofis, keberadaan jalan tol merupakan sesuatu yang niscaya dalam negara modern. Oleh sebab, jalan tol menghubungkan ruas-ruas ekonomi antar kota yang berkembang dengan akses-akses metropolis.
Efisiensi, merupakan adagium yang dianut tol. Waktu perjalanan yang singkat memenuhi hukum ekonomi terkait perkembangan distribusi, aliran finansial, taraf hidup masyarakat antar kota yang dilalui dan desa-desa disekitar dan seterusnya.
Laporan dari World Bank mengenai Investasi Jalan di Indonesia : Meningkatkan Efisiensi dan Menutup Jurang Finansial cukuplah menjadi salah satu dasar mengapa kita memerlukan Jalan Tol. Dikatakan bahwa, per 2010, Perkembangan pembangunan jalan tol masih sangat lambat.
Beberapa konsesi jalan tol bahkan belum mencapai tahap persetujuan keuangan (financial closure) setelah 10 tahun. Hingga tahun 2010, hanya 742 Km jalan tol telah dibangun dan beroperasi meski pembangunan jalan tol pertama telah dilakukan sejak 1978.
Padahal, dikaji juga bahwa tol akan meningkatkan rangsangan ekonomi wilayah (Regional Economy), kesejahteraan masyarakat sekitar (Welfare) dan juga dalam pemeliharaanya cukup efektif efisien, menggunakan dana dari pengguna jalan tol itu sendiri (retribusi dan pajak). Sehingga pembangunan dan pemeliharaan terjaga.
Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau PPP (Public Private Partnership) juga dimuat sebagai rekomendasi dalam mewujudkan pengembangan dan pemeliharaan jalan di Indonesia, khususnya Jalan Tol. Demikian di Indonesia. Komitmen pembangunan jalan tol harus dipercepat. Sebab, ruas tol kita sangat lambat.
Alhamdulillah, update-nya, pembangunan jalan tol di era SBY mengalami peningkatan 189 kilometer dari 595 kilometer pada 2004 menjadi 784 kilometer pada 2013. Pemerintah SBY telah membangun 15.519 kilometer dengan perincian jalan nasional sepanjang 3.942 kilometer dan jalan strategis nasional sepanjang 11.577 kilometer.
Saat ini pemerintahan Jokowi melanjutkan dengan lebih masif lagi. Ditambah, konsep “tol laut” yang menurut saya brilian dan “out of box”. Tinggal ngejalaninnya tentu Kemen PUPR yang terkait harus OK. Presiden menurut saya rada semacam simbol. Entah, Jokowi sampai kelar 2019 atau tidak, itu terserah rakyat banyak. Saya ikut mayoritas aja. Tergantung Rupiah vs Dolar kali ya hehe.
Ya, saya termasuk orang-orang golongan optimis dan nggak peduli copas-capres yang penting setelah terpilih, presiden kita memiliki pembantu yang tepat, pembangunan yang cepat!
Target Menteri PUPR, Basuki Hadimuldjono, sebagaimana yang beliau kemukakan beberapa waktu lalu adalah dengan memastikan paling tidak ada delapan jalan tol yang ditargetkan selesai pada tahun 2017 nanti. Selain 8 ruas tol yang berada di Pulau Jawa, sebagai bagian Trans Jawa, pembangunan Trans Sumatera pun sudah dikebut sejak April lalu.