Memang, dulu Kereta Khusus Wanita pertama muncul tahun 2012, namun mendapat respons negatif dari masyarakat. Sehingga, tahun 2013 dihapuskan. Nah gerbongnya dipisah dan dijadikan untuk dua gerbong depan dan belakang.
Namun anehnya, penyebutan (bahasa saya, peng-kereta-an) gerbong ini terjadi terus menerus dan diamini oleh semua orang. Padahal perlu "revisi" penyebutan dan edukasi karyawan (jika ini terjadi karena kebiasaan karyawan).
Saya rasa, ini bukan kesalahan satu-dua pegawai karena penyebutan ini seragam. Di setiap Stasiun, disetiap Kereta yang saya masuki. Bahasa kerennya terjadi penggunaan istilah yang TSM. Terstruktur, Sistematis dan Masif hehe.
Saya mengerti kalau gerbong-gerbong wanita yang sekarang adalah "copotan" dari Kereta Wanita yang dulu (dan sepertinya sih bukan dari itu saja karena jumlah KRL CL yang lumayan banyak). Hanya saja, mbok ya di cat ulang dengan tulisan Gerbong Wanita kek. Atau tidak ada tulisan tapi nuansa pinky nya saja sudah cukup. KRL CL bisa mengecat gerbong-gerbong lain dengan produk sponsor, masa hanya dua gerbong tidak sanggup?
[caption id="attachment_322964" align="aligncenter" width="259" caption="Gerbong atau Kereta?"]
Saat ini yang terjadi, semua gerbong sekarang disebut KERETA dan semua kereta sekarang disebut RANGKAIAN KERETA. Pengistilahan baru. Yang menyimpang. Kita juga punya BAHASA INDONESIA yang berbeda dengan Bahasa Melayu induknya yang mengatakan "kereta" itu "kendaran".
Di berita mengenai penghapusan kereta KRL Wanita, seperti yang pernah dilansir antaranews, diisyaratkan bahwa masyarakat-lah yang salah kaprah kebiasaan memiliki persepsi bahwa kereta adalah gerbong. Padahal pada kenyataannya, saya rasa tidak.
Disitu malah ada indikasi, Dahlan Iskan yang menyebut "rangkaian kereta" menjadi rujukan "anak buahnya" untuk kemudian memiliki pendapat bahwa ada "rangkaian kereta" dan ada "kereta" sebagai bagian dari rangkain itu. Ya, mungkin kita jadi terbayang rantai :) ada rantai dan ada mata rantai-nya.
Aneh, kalau instansi pemerintah/BUMN yang seharusnya memelopori penggunaan bahasa yang benar malah menjadi pangkal kesalahan berbahasa yang fatal. Apakah KAI selain CL juga menggunakan istilah baru "hasil temuan" PT KAI CL ini juga? Hehehe...