Mohon tunggu...
Novrida Yanti Sitompul
Novrida Yanti Sitompul Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember

KKN Back To Village III Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN BTV III UNEJ: Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati Berbahan Dasar Tembakau di Desa Pakusari

30 Agustus 2021   19:14 Diperbarui: 30 Agustus 2021   19:27 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Pestisida Nabati pada Hari Kedua Pembuatan/dokpri

Jember,-(30/08/2021) KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diadakan Universitas Jember kali ini masih sama seperti periode sebelumnya, yaitu dilaksanakan berdasarkan sistem Back To Village (BTV) atau dapat diartikan sebagai kegiatan KKN di desa masing-masing. 

Kebijakan penerapan KKN yang ditetapkan oleh Universitas Jember ini didasarkan oleh adanya keputusan Pemerintah Indonesia mengenai kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara daring di lokasi masing-masing pelajar. 

Hal tersebut juga bertujuan untuk memutus rantai penyebaran virus Covid19 pada masa pandemi ini. Penulis, Novrida Yanti Sitompul merupakan salah satu mahasiswi yang turut berpartisipasi dalam kegiatan KKN BTV III Universitas Jember Kelompok 42 dengan Dosen Pembimbing Lapang (DPL) Anang Andrianto. Penulis melaksanakan kegiatan KKN di Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Universitas Jember.

Topik kegiatan KKN yang dilaksanakan penulis ialah Program Inovasi Tehnologi/Informasi Dalam Penanganan Covid19. "Kualitas tanaman palawija yang saya budidayakan kurang baik dikarenakan adanya hama yang menyerang tanaman tersebut" ujar Bapak Nurul Hudah, seorang petani palawija dan tembakau, sekaligus menjadi sasaran utama penulis dalam kegiatan KKN. Penulis juga melakukan observasi terkait potensi desa yang bisa dijadikan solusi dalam mengatasi permasalahan petani tersebut. 

Mata pencaharian di Desa Pakusari didominasi oleh pertanian, terutama tanaman tembakau. Hal tersebut dapat penulis simpulkan berdasarkan pengamatan langsung di sepanjang Desa sekaligus wawancara bersama Kepala Desa. "Limbah tembaku disini juga banyak mbak, apalagi kalau hasil panen kurang bagus, pasti banyak daun tembakau yang tidak lulus sortir saat distribusi ke pabrik/mitra" tambahan Bapak Nurul Hudah.

Berdasarkan observasi tersebut, penulis merasa tertantang untuk memberikan pelatihan kepada sasaran dalam melakukan suatu inovasi pembuatan pestisida nabati berbahan dasar tembakau guna memanfaatkan limbah tembakau yang ada serta mampu menciptakan produk yang mampu menanggulangi permasalahan hama di lahan palawija. 

Kegiatan pengabdian ini dilakukan dalam beberapa tahap, tahap pertama ialah sosialisasi yang sudah dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2021 mengenai pestisida nabati dan cara pembuatannya melalui pemaparan materi yang menarik. 

Langkah selanjutnya ialah melakukan penyiapan alat dan bahan pada tanggal 27 Agustus 2021, yaitu blender, saringan, botol bekas, mangkok, sprayer, corong, limbah tembakau, dan air. Langkah berikutnya ialah praktek pembuatan pestisida nabati dengan dua tahapan yang dilakukan pada tanggal 28-29 Agustus 2021. 

Kegiatan di hari pertama pembuatan ialah menghaluskan 2 genggam limbah tembakau tembakau kering menggunakan blender, kemudian mencampurkan bahan tersebut menggunakan air sampai batas 3 liter. Larutan tersebut didiamkan atau difermentasikan selama 1 malam, kemudian dilanjutkan pada hari kedua pembuatan dengan kegiatan panen melalui cara penyaringan larutan pestisida kemudian memindahkannya ke sprayer.

Gambar 2. Pembuatan Pestisida Nabati/dokpri
Gambar 2. Pembuatan Pestisida Nabati/dokpri

Gambar 3. Pestisida Nabati pada Hari Kedua Pembuatan/dokpri
Gambar 3. Pestisida Nabati pada Hari Kedua Pembuatan/dokpri

Kegiatan pengaplikasian dilaksanakan di hari yang sama dengan waktu pemanenan pestisida, yaitu pada hari Minggu, 29 Agustus 2021 pukul 08.00 Wib di lahan tanaman terung milik Bapak Nurul Hudah. 

Kegiatan pengaplikasian pestisida harus dilakukan saat matahari sedang tidak dalam keadaan terik, yaitu pada pagi hari atau pada sore hari. 

Pengaplikasian yang dilakukan pada saat matahari terik justru dapat memberikan dampak negatif bagi tanaman, misalnya daun tanaman akan mengering, layu, bahkan kematian pada tanaman. 

Penyemprotan pestisida nabati ini juga harus dilakukan secara merata mengenai seluruh bagian tanaman agar kinerja dari pestisida dapat berlangsung lebih optimal. "semoga dengan adanya pengaplikasian pestisida nabati ini, hama yang ada di tanaman terung saya dapat segera hilang ya mbak" ujar Bapak Nurul Hudah.

Gambar 4. Pengaplikasian Pestisida Nabati/dokpri
Gambar 4. Pengaplikasian Pestisida Nabati/dokpri

Melalui inovasi pembuatan pestisida nabati berbahan dasar tembakau ini diharapkan petani Indonesia dapat lebih memanfaatkan bahan-bahan organik berpotensi yang ada di lingkungan sehingga penanganan limbah organik dapat lebih optimal. 

Selain itu, melalui pelatihan ini diharapkan petani, terutama Bapak Nurul Hudah dapat tetap memenuhi kebutuhan pestisida secara mandiri sehingga dapat meminimalisir biaya pengeluaran sekaligus dapat menjadi agent pemutus rantai penularan virus Covid19 pada masa pandemi saat ini. 

Penggunaan pestisida berbahan dasar nabati/organik dapat mencegah resistensi hama, menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat, tidak merusak lingkungan, tidak berbahaya bagi makhluk hidup disekitarnya, sehingga pertanian berwawasan berkelanjutan dapat direalisasikan dengan baik di Indonesia. (Novrida Yanti Sitompul/KKN42/Pakusari/Anang Andrianto, S.T., M.T.).

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun