Mohon tunggu...
Undix Doang
Undix Doang Mohon Tunggu... -

Menulis tidak bisa diajarkan, tapi bisa dipelajari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendar-pendar Cahaya Menjelang Gempa Bumi

5 Januari 2014   21:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:07 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Agustus 2007 seorang nelayan di pantai Peru melihat rona langit tiba-tiba berubah menjadi lembayung dan beberapa menit kemudian gempabumi datang. Hampir seabad sebelumnya, seorang perempuan di Ebingen, Jerman melihat pendar-pendar aneh meliuk-liuk bagaikan ular menjelang gempabumi melanda tempat tinggalnya.

Selama berabad-abad muncul laporan mengenai gelagat-gelagat aneh menjelang gempabumi besar. Salah satu gejala aneh yang dilaporkan adalah pendar-pendar cahaya. Sebagian besar laporan itu diabaikan oleh komunitas ilmiah karena sering dikait-kaitkan dengan hal-hal klenik.

Dalam jurnal Seismological Research Letters  edisi Januari/Februari 2014, Robert Thériault, geolog di Quebec's Ministry of Natural Resources, menyangkal sangkut-paut klenik dengan fenomena itu. Ia berargumen perubahan cahaya itu tidak terkait dengan masalah klenik atau UFO, melainkan akibat proses perubahan muatan listrik akibat benturan lempeng batuan di bawah tanah menjelang gempabumi.

Dalam laporan itu Thériault menyimak laporan kemunculan cahaya ini sejak 1600-an. Sebanyak 63 dari 65 laporan perubahan cahaya diikuti gempabumi patahan vertikal. Benturan antar lapisan tanah menimbulkan perubahanmuatan listrik pada bebatuan. Muatan listrik itu bisa bergerak vertikal sampai ke permukaan tanah. Ketika sampai di atmosfir, muatan listrik ini berinteraksi dengan atmosfir dan menghasilkan perubahan cahaya. Muatan ini bergerak lebih cepat daripada gempabumi itu sendiri.

Menyebarluaskan informasi mengenai pendar-pendar aneh ini, akan membantu mengurangi korban jiwa sebagaimana pengalaman seorang bapak di L'Aquila, Italia pada April 2009. Pagi itu dia mendapati perabot dapur di rumahnya berpendar. Dia bergegas mengajak seluruh keluarganya ke luar dari rumah. Dua jam kemudian gempabumi besar pun memporakporandakan kawasan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun